"Aaaa! Feby, jangan dilepas!!"
"Ahahahahaha! Kamu udah bisa kok sebenernya. Ayo coba gowes lagi!"
"Ya tapi jangan dilepas, aku takut"
"Iya gak akan!"
Eirlys pun kembali menggerakkan kakinya perlahan untuk memutar pedal sepeda. Tubuhnya sedikit bergetar karena ia benar-benar takut akan terjatuh. Tapi, gadis itu tetap berusaha walaupun rasa takut lebih besar dari kegigihannya itu.
Feby menatap punggung Eirlys. Tangannya juga masih setia memegang jok belakang sepedanya agar gadis di depannya itu tak jatuh. Baru saja sedetik lalu ia tertawa, sekarang bibirnya bahkan tak membentuk senyuman.
Mereka tetap berjalan maju walau perlahan. Nampak Eirlys yang masih belum begitu lihai dalam menyeimbangkan tubuhnya sendiri. Jika begini, gadis itu akan dengan sangat mudah terjatuh dari sepeda saat keseimbangannya tak ia pertahankan. Ia tak jatuh sebab ada Feby di sana. Feby-lah yang membuatnya tetap bisa duduk di sepeda itu sembari menjalankannya, bukan? Bagaimana jika Feby melepasnya? Atau apa yang akan terjadi jika gadis itu mendorong sepeda dengan kuat ke arah danau di depan sana? Tepat, Eirlys pasti akan tenggelam!
"Feb? Feby kok kamu dorongnya jadi agak kenceng gini??? Pelan-pelan, aku takuttt!"
Gadis itu tak merespon.
"Feby jangan di dorong lagiiii! Di depan sana ada danauu!!!"
Mulutnya menyunggingkan senyuman.
"Febyyy!!! Please, stoppp!!!!"
Senyuman itu semakin lebar saat sepeda tinggal beberapa centi lagi menuju danau.
"Aaaaaaa!!!!!!"
BYUR!!!
"Aaaaaa!!! Tolongg!!! Aaaaa!!!"
"Tenang! Kamu gak kecebur, Eirlys!"
Gadis itu membuka matanya perlahan. Lalu, ia mendapati dirinya yang berada dalam dekapan Feby. Kepalanya menengadah, menatap Feby masih dengan wajahnya yang nampak menyiratkan ketakutan. Takut akan jatuh dan tenggelam di danau itu.
"Pelan-pelan." Feby membantu Eirlys agar bisa berdiri tegak.
Eirlys sendiri masih sedikit linglung. Tadi, ia baru saja melaju cepat ke arah danau ini. Ia sudah menduga bahwa dirinya akan tercebur ke dalam sana. Ia bahkan mendengar suara air dan bajunya pun sedikit basah. Tapi kenapa saat membuka mata, dirinya ada di sisi danau dalam posisi di dekap temannya itu?
"Bentar, aku ambil sepeda dulu."
Eirlys memerhatikan Feby yang mengulurkan tangannya ke arah danau untuk mengambil sepedanya itu. "Ha? Kenapa sepeda kamu ada di situ tapi aku ada di..." Semakin bingung saja dia.
"Engh! Fyuh! Berat juga." Akhirnya, Feby berhasil menarik sepedanya dan mengangkatnya ke tepian. Ia pun berdiri dan menatap Eirlys sembari tersenyum. "Tadi gak tau kenapa kamu gowesnya cepet banget, makanya aku kejar karena takut kamu bakal kecebur. Untung aku bisa cepet tarik kamu, tapi sepedanya tetep maju ke arah danau gara-gara tadi dijalanin terlalu cepet."
"Aku? Aku yang gowes kecepetan?"
Feby mengangguk. "Emangnya apa yang rasain tadi? Kenapa kamu gowes secepet itu?"
"T-tapi aku ngira kalo kamu yang dorong sepedanya secepet itu."
Gadi itu tersenyum sembari menggelengkan kepala. "Aku bahkan gak megangin sepedanya tadi. Justru aku kaget pas lepasin pegangan, kamu malah gowes cepet. Kamu gugup, ya, terus panik dan akhirnya gak kerasa kalo kamu udah gowes secepet itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Ending My End
Teen Fiction(Completed) Mereka menyebutnya gadis yang cantik, baik, sopan dan penyayang. Mungkin memang benar. Tapi, ada satu fakta yang tidak mereka ketahui. Entah dengan atau tanpa alasan, diam-diam dirinya sering melakukan hal yang membuat seseorang kehilang...