20. The Truth

634 96 0
                                    

"Emang dia udah keliatan mencurigakan dari awal..." Feby kembali menegakkan tubuhnya, mendekati ranjang Alicia dan menatap gadis itu intens. "I'm curious, who was it?" Tanyanya tanpa mengeluarkan suara, hanya menggerakkan bibirnya saja.

"Mmm..." Feby membulatkan matanya saat Alicia tiba-tiba menggumam dan menggerakan bola matanya. Tapi, Feby kembali tenang walaupun tau, Alicia bisa saja bangun saat itu juga.

Feby masih diam di tempatnya, menatap Alicia di bawah kegelapan malam ini. Mungkin karena merasa diperhatikan, gadis itu perlahan membuka matanya dan terlonjak kaget saat melihat sosok hitam sedang berdiri di samping ranjangnya.

"Aa--mmph!" Feby langsung membekap Alicia. Gadis yang masih dalam posisi tidur itu berontak dan panik. Ia bahkan tak bisa melihat wajah orang yang tengah membekapnya karena suasana kamar yang cukup gelap.

"Sstt..."

"Mmpph!!"

"Aku bakal lepasin, kalo kamu diem..." Bisiknya pelan.

Alicia mulai menenangkan dirinya, berusaha untuk menuruti apa kata orang itu agar dirinya selamat.

"Aku mau tanya sesuatu, tapi kamu harus jawab se-detail mungkin." Tangan itu mulai menjauh dari mulut Alicia. "Siapa orang di lemari kamu itu?"

Alicia terbelalak, merasa tercekat akan pertanyaan yang didengarnya. Perlahan, tangannya meraih sesuatu di bawah bantal. Ia yakin, orang yang sedang bersamanya ini pasti seorang perempuan. Tidak akan sulit membuat orang itu ikut berada di lemarinya.

"A-aku gak ngerti..."

"Siapa orang di lemari i-- Akh!" Sontak Feby mundur sembari memegang lengannya. Suatu benda tajam baru saja menusuknya.

Alicia bangkit, mengibas-ngibaskan pisaunya dengan sembarang sembari mencari saklar lampu, "Jangan mendekat!"

Sebelum lampu di kamar itu menyala, segera saja Feby berlari keluar dan pergi dari sana secepat mungkin.

Tlak!

Alicia memasang kuda-kudanya saat lampu sudah menyala. Ia melihat sekitar, mencari keberadaan seseorang yang telah mengganggu tidurnya itu. "Di mana kamu?! Hey!!!" Merasa bahwa di kamarnya sudah tidak siapa-siapa, gadis itu pun terduduk, menyisir rambutnya ke belakang dengan frustasi. "Gimana ini?? Orang tadi tau ada orang di lemari itu..."

Tok tok tok!

Alicia kembali bangkit dan mengarahkan pisaunya ke arah pintu.

"Kak???"

Saat mendengar bahwa yang mengetuk pintu kamarnya adalah Eirlys, ia pun menyimpan kembali pisau itu di bawah bantal, lalu berjalan ke arah pintu.  "Ekhem. Eh, kamu? Kenapa??"

"Aku denger Kakak teriak tadi. Ada apa, Kak???" Nampak raut panik di wajah gadis itu.

"Tadi Kakak kayaknya mimpi buruk, terus ngigo..."

"Tapi Kakak gak kenapa-napa, kan??? Aku kira ada orang asing masuk!"

"Enggak, kok.. Maaf ya ganggu kamu... Sana tidur lagi, ini masih malem."

"Kakak mau aku ambilin minum dulu, gak?"

"Gak usah... Kakak juga mau lanjut tidur lagi..."

Eirlys hendak melangkahkan kakinya memasuki kamar itu demi mengintip bahwa di sana tak ada siapapun. Pasalnya, ia masih di luar kamar sekarang. Alicia langsung menarik pintunya agar sedikit tertutup saat gadis itu keluar untuk menghampiri Eirlys.

"Eh, mau apa??"

"Beneran gak ada orang lain, kan?"

"Gak ada, Eirlys... Tadi Kakak beneran mimpi buruk. Kamu tenang aja..."

Ending My EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang