WARNING : SENSITIVE CONTENT!
.
.
.
.
."Aa bawa apa itu?"
"Nih, ada nasi goreng dikasih Ibu yang biasa jualan di deket lampu merah. Katanya, sayang masih ada sisa."
"Wahhh, kalo gitu ayo kita makan, A!"
Lelaki itu menggeleng sembari tersenyum, "Erna aja yang makan, tadi Aa udah duluan di sana." Ucapnya bohong.
"Beneran?? Okee aku makan, ya! Makasih, A!!" Kepalanya diusap lembut oleh sang Kakak, keluarga satu-satunya.
Egar, pernah menjadi lelaki yang baik dan penyayang.
Lelaki itu punya satu adik berumur 9 tahun yang selalu menemaninya. Sejak ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, Egar jadi memiliki tanggung jawab besar untuk menghidupi sang adik sementara dirinya yang masih bersekolah SMP kelas dua.
Yang pasti, Egar tak akan meninggalkan adiknya seperti yang orang tua mereka lakukan.
Tetapi, justru adiknya yang meninggalkan lelaki itu.
Saat itu, dirinya baru saja pulang dari sekolah membawa makanan sisa jualan dari orang-orang seperti biasa. Dia sangat senang sepanjang perjalanan pulang karena membayangkan Erna yang akan memakan bakso yang dibawanya dengan lahap.
Saat memasuki rumah kecilnya, lelaki itu dibuat terkejut dengan Erna yang sudah tergeletak di dapur dan bersimbah darah.
"Ernaaa?!! Na bangun, Naaa!!" Egar panik dan meminta pertolongan. Namun sayang, rumah mereka tidak berada dalam lingkungan padat penduduk. Sehingga, tidak ada yang mendengarkan teriakan lelaki itu selain udara yang menggema.
Ingin berlari ke daerah yang terdapat banyak orang pun, Egar takut. Takut jika suatu hal terjadi lagi pada adiknya yang sudah sekarat.
Jadi, yang hanya bisa dilakukannya adalah mencari cara agar pendarahan pada leher Erna bisa tertahan walaupun sudah kecil kemungkinan untuk adiknya tetap hidup.
Anehnya, seisi rumah tidak ada yang rusak, berantakan, ataupun hilang. Hanya ada Erna yang terluka di sana. Berarti bukan ulah pencuri, pikirnya.
"Na tolong buka mata kamuuu!" Dipeluknya sang adik dengan erat dan ditatapnya berkali-kali berharap ada keajaiban.
Dan ya, gadis itu mulai membuka matanya perlahan, menatap sang kakak dengan sendu dan wajah pucatnya. "A..."
"Iyaa! Iya kamu harus bangunn! Ayo kita ke rumah sakit, Aa gendong!!"
"Aa... A-ada bapak-bapak yang masuk r-rumah tadi... Hhh..."
"B-bapak-bapak?? Siapaaa???"
"Y-yang kita liat waktu di deket s-sekolah Aa... Hhh... Y-yang kayak ngeliatin aku terus..."
Egar terdiam, mengingat-ngingat pria yang adiknya maksud.
"D-dia tiba-tiba dateng, t-terus..."
"Kenapa??"
"T-terus aku dipukulin... B-badan aku di..."
Egar memejamkan matanya, mengerti yang adiknya maksud.
"T-terus leher aku.."
"Udah, Na... Kita ke rumah sakit aja sekarang!" Hendak mengangkat Erna ke gendongannya, tiba-tiba gadis itu terlihat kejang. "Naaa???"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending My End
Teen Fiction(Completed) Mereka menyebutnya gadis yang cantik, baik, sopan dan penyayang. Mungkin memang benar. Tapi, ada satu fakta yang tidak mereka ketahui. Entah dengan atau tanpa alasan, diam-diam dirinya sering melakukan hal yang membuat seseorang kehilang...