Feby segera meninggalkan motornya, lalu berlari ke arah pohon itu. Penglihatannya yang sudah terbisa dengan suasana malam, mampu dengan mudah menyusuri sekitar tanpa memerlukan pencahayaan apapun.
Di sana ternyata tak ada orang maupun hewan. Tapi, gadis itu yakin bahwa ada sesosok manusia yang sedari tadi berdiam diri di sini. Dan ia yakin, ranting itu patah akibat terinjak.
Ia semakin berjalan memasuki area gelap yang mirip hutan itu. Matanya semakin tajam melihat sekitar, berharap bisa menangkap sosok itu.
Tapi nihil, gadis itu tak mendapati apapun yang mencurigakan sekarang. Tidak salah lagi, orang itu pasti sudah kabur sebelum dirinya berlari ke arah sini.
Feby pun meninggalkan area gelap itu dengan tatapan penuh peringatan. Ia berjalan kembali ke arah motornya, lalu akhirnya pulang.
"Kamu gak seteliti yang aku kira, Feb."
***
"Seorang wanita ditemukan tewas mengenaskan di dalam toko buku yang merupakan tempatnya bekerja selama 5 tahun terakhir. Wanita ini diduga menjadi korban pembunuhan dari seorang pembunuh yang akhir-akhir ini menjadi incaran polisi. Ditemukan bukti yang menguatkan mengapa wanita itu menjadi korban dari si pembunuh itu. Telinga, lidah, dan juga jari-jari tangannya dikabarkan hilang, sama seperti korban-korban sebelumnya yang selalu kehilangan salah satu bahkan beberapa dari anggota tubuhnya. Masih diselidiki motif dari si pembunuh. Untuk saat ini, jenazah wanita itu sudah diamankan. Toko buku yang menjadi tempat kejadian pun, sudah diberi garis polisi. Untuk info selengkapnya, kami--"
Pik!
Gadis itu mengetuk-ngetuk sofa menggunakan jarinya setelah mematikan televisi. Berita hari ini, cukup membuatnya berpikir.
Drrtt!!
Tangannya bergerak, meraih ponsel yang ia letakkan di samping tempat ia duduk.
Eirlys
"Mau ikut gaaa? Aku, Claudine, sama Odelia mau ke danau tempat kita liat sunset waktu itu."
"Mau apa?"
"Yaaa main aja, mumpung hari ini kita juga libur."
"Aku siap-siap dulu."
"Mau bareng atau kamu mau langsung ke sana aja?"
"Kalian duluan aja, nanti aku langsung ke sana."
"Okay!! See you!"
Gadis itu pun lantas bangkit dari sofanya, lalu segera bersiap diri.
***
"Rame juga. Padahal udah dikasih garis polisi, tapi masih ada aja wartawan yang maksa masuk buat moto bagian dalem tokonya."
Tak ingin terlalu lama melihat TKP itu, Feby pun langsung mengayuh sepedanya lagi menuju ke arah danau. Ia takut Eirlys dan teman-temannya itu terlalu lama menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending My End
Teen Fiction(Completed) Mereka menyebutnya gadis yang cantik, baik, sopan dan penyayang. Mungkin memang benar. Tapi, ada satu fakta yang tidak mereka ketahui. Entah dengan atau tanpa alasan, diam-diam dirinya sering melakukan hal yang membuat seseorang kehilang...