8. Have Fun

969 148 0
                                    

Chelsy terengah-engah, memeluk lututnya panik saat telah berhasil sembunyi di bawah meja makan. "F-feby gimana??? Apa dia juga dapet tempat sembunyi?"

Tap... Tap...

Dirinya semakin panik saat mendengar langkah sepatu memasuki ruang makan. Di sela kepanikannya, ia terus berpikir bagaimana bisa orang itu masuk rumah? Sejak kapan dia datang? Siapa orang itu? Dan apa tujuannya datang ke sini? Merampok, kah? Jika iya, seharusnya dirinya tidak bersembunyi dan memilih untuk keluar berteriak meminta pertolongan. Tapi, jika orang itu adalah penculik atau bahkan pembunuh, bagaimana bisa ia menunjukkan dirinya jika hanya terdengar suara saja, orang itu akan datang dan langsung mengakhiri nyawanya.

Ia benar-benar takut sekarang. Ia juga khawatir jika Feby akan tertangkap. Ingin melapor polisi atau ayahnya pun, ia tak bisa. Ponselnya ia tinggalkan di ruang tamu, di mana Feby menunggu tadi. Ia harap gadis itu sempat mengambil ponselnya, atau setidaknya dia juga membawa ponsel agar bisa melapor. Mengingat, Feby ini jarang sekali memegang ponselnya.

Krek!

Matanya membulat saat melihat dua kaki menginjak kue yang akan ia suguhkan tadi. Kue itu sempat berjatuhan karena dirinya yang panik. Dan kue-kue yang jatuh itu, tepat berada di hadapannya.

"Hmph!" Chelsy membekap mulutnya, menahan nafas agar orang itu tak mengetahui bahwa dirinya ada di bawah sini. Netranya terus mengawasi kaki itu yang masih berjalan mengitari meja makan. "Kapan dia bakal pergi???"

Tap... Tap...

Setelah beberapa saat, orang itu akhirnya melangkah pergi meninggalkan meja makan. Chelsy pun menghembuskan nafasnya perlahan, menyalurkan kelegaan yang sempat tertahan.

Ia memejamkan matanya, menangis tanpa suara. Tak pernah gadis itu dihadapkan ketakutan semacam ini. Yang hanya ia inginkan sekarang adalah pergi dari rumah ini bersama Feby untuk meminta pertolongan jika benar orang asing itu adalah orang jahat yang akan menyakiti mereka.

Setidaknya jika orang itu adalah perampok, segeralah ambil barang yang diinginkan, lalu cepat pergi dari sini dan jangan kembali lagi. Harta ada banyak dan bisa dicari lagi, tetapi nyawanya itu hanya satu.

Cukup lama Chelsy berada di kolong meja makan. Gadis itu tak tahu dirinya sudah aman atau belum sekarang. Tak terdengar suara pintu luar yang dibuka atau suara lainnya sedari tadi. Apakah orang itu sudah pergi lewat jendela, atau masih menunggunya di rumah ini? Ia takut jika harus keluar dari persembunyiannya. Tapi, ia juga tak mau jika harus ada di sini tanpa melakukan apapun untuk keselamatannya. Bagaimana jika sekarang ia memang sudah aman? Mana mungkin ia akan menyia-nyiakan kesempatannya itu untuk keluar dan melapor bahwa telah ada orang asing yang masuk ke rumahnya. Jika dia terus berada di sini, ia hanya akan seperti orang bodoh yang menunggu hal tidak jelas.

Perlahan, Chelsy keluar dari kolong. Ia menatap sekitar dan memastikan bahwa tak ada seorang pun di sini. Lalu, ia melangkah perlahan menuju dapur yang bersebalahan dengan ruang makan ini, dan mengambil pisau untuk berjaga-jaga.

Apa hal pertama yang harus ia lakukan? Keluar memita bantuan atau mencari Feby terlebih dahulu? Bagaimana jika temannya itu juga dalam bahaya sekarang dan membutuhkan bantuan segera?

Tak apa, sudah ada pisau di tangannya sekarang. Jika orang itu berani menyakiti dirinya, ia akan langsung menusuknya dengan pisau. "Tunggu aku Feby..."

"Psst!"

Chelsy berjengit di tempatnya saat mendengar seseorang tak jauh dari dirinya berdiri.

"Pssttt! Hey!" Suara itu semakin terdengar walau hanya bisikan.

Gadis itu hampir pasrah jika dirinya harus tertangkap. Kakinya bergetar, tak mampu untuk sekedar berjalan.

"Hey! Liat sini!"

Ending My EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang