Menatap kedua orang di depan sana, membuat Feby tersenyum. Eirlys dengan gesit mengikuti apa yang Salwa lakukan dan perintahkan. Gadis itu benar-benar terpukau oleh keahlian memasak Salwa. Teknik memotong, mengiris, menakar, dan menambahkan bumbu, semuanya dilakukan wanita itu dengan lihai. Melihat sang ibu dari Feby ini, Eirlys jadi merasa bahwa keahlian memasaknya bukanlah apa-apa. Ia masih harus belajar banyak.
"Nah, jangan lupa pinggiran piringnya dilap pake tisu biar lebih rapi dan gak kotor."
Eirlys mengangguk dan berjalan mendekati kotak tisu yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia menarik tisu itu dengan cepat tanpa melihatnya, lalu kembali melangkahkan kakinya.
Prang!
"Ahhh!!"
Sontak Feby dan Salwa melihat ke arah Eirlys. Feby yang sedang duduk, langsung menghampiri gadis itu dan mengambil sehelai tisu lalu berjongkok.
"Aduh, Eirlys..." Sementara Salwa panik dan mengambil pisau di dekat kaki Eirlys.
"Aw... Sakit..."
"Darahnya keluar banyak! Kita harus cuci kaki kamu dulu, Lys!" Feby kembali berdiri, lalu merangkul Eirlys menuju kamar mandi.
Di sana, gadis itu dengan telaten membersihkan luka akibat pisau yang tak sengaja terjatuh karena Eirlys yang menarik tisu, sementara kotak tisu itu ikut terbawa dan menyebabkan pisau yang berada di dekat sana tergeser lalu jatuh dan menimpa kakinya. Ia juga menekan luka itu dengan pelan agar darahnya keluar, lalu kemudian dibersihkannya lagi noda merah di sana.
Setelah selesai, ia membawa Eirlys menuju sofa kemudia pergi mengambil kotak obat dan kembali lagi lalu duduk dengan kaki gadis itu yang berada di pangkuannya.
"Hiks hiks."
Feby menoleh, menatap Eirlys yang menangis sembari mengucek matanya. "Udah gak apa-apa, jangan nangis..." Tangannya mengusap lembut kaki Eirlys, lalu kembali mengobatinya.
"Perih..."
"Bentar lagi selesai. Tahan, ya!"
Eirlys menatap kakinya yang tengah dibalut perban. Lalu, atensi beralih menatap Feby yang sedang fokus dengan kegiatannya itu. "Maaf ya ngerepotin lagi..."
"Sssttt..."
"Tapi aku beneran minta maa--"
"Ssttt!" Feby mengalihkan pandangannya menatap Eirlys yang langsung terdiam. "Jangan ngerasa kalo kamu itu ngerepotin."
"Gimana Eirlys kakinya???" Salwa menghampiri kedua gadis itu setelah membereskan dapurnya.
Sang anak menoleh ibunya dan tersenyum. "Udah diobatin, kok."
Salwa balas tersenyum lalu mendekati Eirlys dan mengusap pucuk kepalanya. "Maaf ya kamu jadi luka gini."
"Lohhh? Aku yang harusnya minta maaf, Tante... Kan aku yang udah duluan minta diajarin masak. Aku juga yang jatohin pisau itu sampe kena kaki aku. Terus, sekarang Feby juga yang obatin aku. Aku minta maaf."
"Tante juga minta maaf. Yang naro pisau terlalu pinggir, kan Tante."
"Gak apa-apa, Tan. Tapi tetep aku yang harus minta maaf."
"Aduh kaliaannn! Udah deh! Aku aja yang minta maaf! Ck." Feby mengacak rambutnya kesal.
Salwa dan Eirlys menatap gadis itu lalu berkata secara bersamaan, "Kamu gak salah, kita yang harusnya minta maaf."
"Dahlah."
***
"Hati-hati, ya, kalian! Feby bawa motornya jangan ngebut-ngebut! Pelan-pelan aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending My End
Teen Fiction(Completed) Mereka menyebutnya gadis yang cantik, baik, sopan dan penyayang. Mungkin memang benar. Tapi, ada satu fakta yang tidak mereka ketahui. Entah dengan atau tanpa alasan, diam-diam dirinya sering melakukan hal yang membuat seseorang kehilang...