13. Anxious

760 132 6
                                    

Drrtt!

Bola matanya langsung beralih yang semula menatap foto itu, sekarang melihat ke arah notifikasi yang muncul pada bagian atas layar ponselnya. Segera saja ia menekan notifikasi yang ternyata pesan masuk itu.

Eirlys

"Feby udah tidur belum??"

"Belum, kenapa?"

"Aku udah chat Claudine sama Odelia, tapi kayaknya mereka udah tidur soalnya gak bales-bales, jadi, aku chat kamu aja. Aku gak tau bilangnya gimana, tapi barusan ada yang telepon aku. Nomornya gak aku kenal, terus aku udah cek juga di aplikasi buat cari namanya, tapi belum ada yang save dia makanya gak ada namanya."

"Emang dia ngomong apa di telepon?"

"Dia bilang, aku bakal...mati."

Mata gadis itu membulat saat membaca pesan dari Eirlys.

"Dia cuma prank mungkin."

"Aku gak tau, Feb. Tapi, aku takut. Suaranya cowok dan dia kedengeran gak main-main. Terus, dia juga tau nama aku. Gak mungkin kan salah sambung?"

Feby memutar otaknya. Bisa dibilang, gadis itu memang cukup jenius. Tapi untuk yang satu ini, ia merasa otaknya mendadak buntu. Entah itu karena kurangnya bukti, atau dirinya yang terlalu panik.

Eirlys dalam bahaya.

"Aku harus gimana, Feb? Aku takut dia nelepon lagi pake nomor lain. Nomor yang tadi langsung aku blok."

"Kayaknya itu cuma orang iseng deh, Lys. Mending, sekarang kamu tidur aja. Lupain tentang ini."

Bagaimanapun, dirinya harus tetap tenang dalam menghadapi ini. Ia juga tak ingin membuat Eirlys semakin takut.

"Tapi aku gak tenang."

"Kamu di rumah sama siapa?"

"Sama Kakak."

Setidaknya, gadis itu tak sendiri.

"Yaudah, tidur aja, gih. Jangan terlalu dipikirin."

"Iya, deh. Kamu juga tidur yaaa!"

Dan percakapan pun berakhir.

Feby kembali masuk ke dalam galeri ponselnya. Ia memandangi kembali foto tadi. Matanya menatap tajam pada orang yang berdiri dekat pohon besar jauh di belakang mereka "Kamu gak bakal bisa sentuh Eirlys sedikitpun."

***

Beberapa hari telah berlalu. Dan beberapa korban juga telah habis oleh tangannya. Membunuh, bagaikan makan malam yang wajib ia lakukan. Jika tidak dilakukan, gadis itu akan kelaparan di tengah malam.

Tapi, korban yang ia dapatkan, ternyata tak sebanyak korban yang berjatuhan di luar sana. Lagi-lagi, berita terus menyiarkan adanya pembunuhan dengan sebagian anggota tubuh korban yang hilang. Feby penasaran, siapa orang lain yang juga tega membunuh dan mengambil bagian tubuh korbannya seperti itu? Dan untuk apa, bagian-bagian tubuh itu?

Hari sudah mulai gelap. Gadis itu kini sedang duduk di depan meja belajarnya sembari mengerjakan tugas. Saat sedang fokus, ponselnya tiba-tiba bergetar, menandakan ada pesan masuk di sana.

08xxxxxxxxxx

"Masih bisa hidup tenang?"

Alis Feby berkerut. Siapa orang ini? Dan apa maksudnya mengirim pesan seperti itu?

Ending My EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang