25. What did I do?

477 61 21
                                    

WARNING : KEKERASAN DAN KATA-KATA KASAR
(jangan ngeyel ya)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"MATIIII!!!" Feby langsung menyerang Egar tanpa ampun. Tinjuan dan sayatan terus ia layangkan pada lelaki itu.

Egar yang tak mengira Feby akan sebrutal ini, sedikit kewalahan saat harus menghindar. Tak tanggung-tanggung, lelaki itu juga kadang melawan dengan memukuli gadis itu menggunakan kayu yang masih ia pegang.

Tapi, itu tak menghentikan aksi Feby. Gadis itu tak henti-hentinya menyerang dengan membabi buta.

Bugh!
Sret!

"Eunghh!!!" Emosinya tersulut, pikirannya kalut. Yang ada dipikirannya sekarang adalah mengakhiri nyawa lelaki ini.

"Anj*ng stop!! Mau bunuh aing beneran, hah?!!"

"Aarrrrgghhh kamu harus matiii!! Eunghhh!!!"

"F*ck!! Sialan!!! Berhenti!!"

Tentu saja Feby tak mendengarkan itu. Tangannya terus bergerak menyiksa tanpa ampun.

Lelaki itu hampir dibuat tak berkutik olehnya. Ingin sekedar menjaga jarak saat ada kesempatan pun, tidak berhasil. Feby terus menyerangnya.

DUAKK!!

"Hhhhh... Hhh..." Egar melotot, menatap Feby yang menunduk dengan rambut terurai yang berantakan menutupi wajahnya. Lelaki itu baru saja menghantam bagian belakang kepala Feby dengan keras menggunakan kayu.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Egar pun berusaha bangkit dan segera berlari menjauh dari sana.

Di tempatnya, Feby masih menunduk. Gadis itu memegang belakang kepalanya, lalu menatap telapak tangannya yang menampilkan noda darah.

Perlahan, ia berdiri. Matanya menatap sangat tajam pada Egar yang berlari semakin menjauh. "Mangsa aku gak pernah bisa pulang hidup-hidup."

Ia pun ikut berlari, mengejar lelaki itu yang sudah tidak terlihat keberadaannya.

Kemurkaan semakin membuat dirinya hilang akal.

Bahkan ia lupa, di sana masih ada Salwa Ibu kandungnya yang ternyata masih memliki sisa-sisa dari hidupnya.

"S-sayang... J-jangan bunuh lagi... J-jangan..." Dan di detik itu juga, Salwa benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya dengan kondisi tubuh cukup mengenaskan.

Drap drap drap!

Feby berhenti, matanya menjelajah ke sekitaran hutan aneh itu. Pohon-pohon besar yang mengelilinginya, membuat gadis itu merasa pening kembali.

Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha untuk tetap menyadarkan dirinya.

Srak... Srak...

Sontak, kepalanya menoleh pada sumber suara. Seperti suara rumput yang diinjak.

"Feby..."

Matanya membulat, menatap lelaki itu yang sedang menyeringai padanya.

Tanpa berpikir panjang lagi, ia pun kembali menyerang dengan pisau lipatnya.

"ARRRRGHHH MATIIII!"

Brak!!
Sret!
Jleb!

Pisau itu kini ia gunakan pula sebagai alat penusuk. Ya, Feby menusuk lelaki di bawahnya itu berkali-kali. Menyayatnya, menghantamnya, mencabik-cabiknya tanpa ampun. Dengan Egar yang tidak melawan, membuat Feby dengan mudah membunuhnya tanpa terluka lagi.

Ending My EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang