30. Rindu

29 1 0
                                    

Farheena masih berdiri di depan sebuah foto seseorang yang ia rindukan. Ia rindu bagaimana pria itu terus menggodanya dan berusaha menjadi pria terbaik. Sesekali Farheena menatap setiap sudut kamar, di mana keduanya juga memiliki kenangan manis di sana. Senyumnya kembali tatkala mengingatnya. Tapi sekarang? Ia tidak tahu apa yang dilakukan pria itu. Benar-benar tidak tahu.

"Jika kamu memang untukku, aku harap Allah akan terus menjaga hati kita berdua. Aku akan menunggumu kembali. Jika kamu memang jodohku, maka aku meminta Allah agar selalu mengingatkanku tentangmu agar aku tidak dekat dengan yang lain." Lirih Farheena pelan sembari meyakini dirinya sendiri dan berharap Allah mendengarnya dan mengabulkannya.

"Permisi, Non..." Suara seseorang membuat Farheena tersadar dan mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

"Iya Bi?"

"Kami sudah menyiapkan makan siang, maukan Nona turun dan menyantapnya?" Farheena sedikit mengernyit, pasalnya ia tidak meminta apapun, apalagi makan siang.

"Tapi saya tidak memintanya Bi,"

"Tapi Tuan Shaquille bilang, jika Nona kemari, kami harus tetap melayani Nona, termasuk makanan, karena Tuan Shaquille bilang, Nona tidak teratur dalam urusan makan," sejenak Farheena terdiam. Hatinya nyilu mendengar penuturan Bibi. Ternyata pria itu benar-benar sudah paham betul dengan sifat dan karakter dirinya. Pria itu tidak hanya membiarkannya bekerja di perusahaan, bahkan pria itu menitipkanku pada sahabatnya untuk menjagaku, dan ia juga memperbolehkan dirinya berkunjung ke rumah dengan segala fasilitas yang ada. Bukankah itu adalah hal yang sangat beruntung? Lebih dari itu.

"Baiklah, sebentar lagi saya akan turun," maid itu pun menunduk sembari tersenyum dan meninggalkan Farheena yang masih menatap foto Shaquille di meja kamarnya.

"Baiklah, sebentar lagi saya akan turun," maid itu pun menunduk sembari tersenyum dan meninggalkan Farheena yang masih menatap foto Shaquille di meja kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bahkan kamu tidak di sini, tapi perhatianmu masih di sini," tidak disadari, air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya turun membasahi pipi mulusnya. Apakah ia benar-benar mulai menaruh perasaan padanya? Apa mungkin itu benar? Iya perlu meyakini dirinya untuk tahu soal perasannya sendiri.

*****

1 tahun lebih sudah berlalu, Farheena Angie semakin disibukkan dengan proposal skripsinya. Saat ini ia sudah berada di semester akhir. Setelah kemarin disibukkan oleh praktik lapangan dan disusul kuliah kerja nyata, kini saatnya ia kembali berkutat dengan proposal skripsinya dan mengejar seminar proposalnya.

"Oke, kamu bisa Far! Semangat!" Teriaknya sendiri tatkala ia mulai lelah namun situasi memaksanya mengerjakannya. Ia tetap semangat untuk segera lulus dan bisa bekerja dengan senang hati. Hingga pada akhirnya, momen yang ditunggu pun hadir. Ia bisa mengejar Seminar Proposalnya di kloter kedua pertama. Tidak mudah menggapainya, tapi ia berusaha dan yakin Allah selalu bersamanya. Syukurlah semua berjalan lancar. Ucapan bahagia satu persatu mendatanginya. Tapi meskipun begitu, ia masih merindukan seseorang. Setiap momen spesial, ia selalu terbayang seseorang datang dan memeluknya lalu mengatakan 'aku kembali'. Tapi nihil, itu tidak pernah terjadi, bahkan di hari ulang tahunnya sekalipun.

Love Can't Be ForcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang