4. Bekerja II

42 2 0
                                    

"Liburan kali ini semoga berguna. Semoga pekerjaan ini lebih meringkankan orang tuaku." ~Farheena Angie
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Author POV

Farheena mulai menuju meja kerjanya. Mateo, mengikuti Farheena dari belakang sembari memperkenalkan sekelilingnya.

"Hai... Aku Aldene Rawles."

"Hello Aldene, aku Farheena, salam kenal ya,"

"Tentu, aku juga akan membantumu,"

"Terima kasih," mereka berdua berpelukan seakan-akan sudah menjadi teman akrab. Sedangkan, mateo yang melihatnya tersenyum lebar.

"Lady's? Bolehkan aku bergabung?"

"Enak saja!" Cibir Aldene. Mateo hanya mengerucutkan bibirnya sebal. Farheena dan Aldene hanya tertawa melihatnya. Keduanya sama-sama mengajari Farheena menggunakan laptop perusahaan dan cara mendapati dokumen penting.

"Nah, jadi nanti ini tinggal klik enter lalu kamu klik submit itu akan langsung terkirim ke Pak Shaquile." Farheena yang mendengarnya mengangguk paham. Lalu telepon Mateo berdering, seseorang di seberang sana menghubunginya dan terlihat cukup penting. Ia pun memutus sambungan dan kembali menatap Farheena dan Aldene.

"Baiklah lady's aku harus melanjutkan pekerjaanku, Aldene, ajari dia ya, kalo begitu aku permisi."

"Baiklah," jawab Aldene.

"Terima kasih, Mateo." Ucap Farheena degan sembari menunduk. Mateo membalas keduanya dengan senyuman dan bergegas pergi. Aldene dan Farheena melanjutkan pekerjaannya lagi.

*****

Shaquile POV

Hari ini cukup membuatku lelah, hampir setengah hari aku berkutat dengan laptop berbentuk apel yang digigit ini. Mataku lelah menatapnya. Kurentangkan kedua tanganku melemaskan otot-ototku.

"Jam berapa ini?" Kulihat jam ternama di tanganku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12. Itu artinya waktu jam istirahat.

"Sebaiknya aku keluar menghirup udara segar," aku merapikan sedikit berkas-berkas di mejaku dan keluar dari ruangan. Kulihat yang lain sudah beristirahat, antara mereka ke kantin, keluar, pulang sebentar dan belanja. Biasanya itu yang dilakukan oleh beberapa karyawan. Meskipun begitu, jam kantor akan kembali pada saat pukul 1 siang.

Namun, aku menatap sesuatu yang tidak asing bagiku. Sedang apa dia di sini? Seharusnya dia tidak di sini.

"Kenapa masih di sini?"

"Oh, Pak? Maaf, tapi pekerjaan saya-"

"Ini waktunya istirahat, seharusnya kamu istirahat, makan dulu,"

"Ah ya, saya tidak lapar Pak, setelah ini saya akan pergi sholat kok Pak,"

"Ikut saya," ucapku sembari menarik lengannya. Dia kaget saat mendapati perlakuanku yang tiba-tiba begitu. Aku membawanya menuju mobilku. Ku kemudikan mobilku menuju suatu tempat.

"Turunlah," ucapku padanya.

"Tapi Pak-"

"Far?" Aku menatapnya tajam, seakan-akan memberinya peringatan bahwa aku tidak suka penolakan. Yah, seseorang yang kubawa adalah Farheena. Aku tidak tahu ada apa dengannya. Lagipula ini jam istirahat, dia justru masih bekerja. Aku tidak ingin karyawanku sakit. Terlebih lagi jika itu Farheena, wanita yang sudah menyelamatkan Ibuku. Jadi aku berhutang padanya.

"Pak? Ini restauran mahal? Untuk apa Bapak membawa saya kemari?"

"Bisakah kamu memanggilku Shaquile saja? Kita sedang di luar kantor dan ini jam istirahat,"

Love Can't Be ForcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang