"Maukah kamu menikah denganku, Farheena?"
Pernyataan itu tentu saja membuat Farheena diam bergeming. Semua orang oun ikut menyorakinya. Hatinya berdebar tak menentu. Ingin sekali ia mencubit pipinya untuk menyedarkannya apakah ia sedang tidak bermimpi. Apakah Shaquille benar-benar melamarnya kali ini? Atau dia sedang di Prank? Ia tidak tahu pasti.
"Far..." Farheena tersadar tatkala Shaquille memanggilnya. Ia menatap Shaquille yang menunggu jawaban dari dirinya. Tapi bukan Farheena namanya jika ia harus langsung menjawab.
"Shaquille, jangan bercanda." Ucapnya berdiri dan meraih tangan Shaquille untuk berdiri. Tapi Shaquille tetap diam dan menahan dirinya.
"Aku gak bercanda. Jawab dulu baru aku berdiri." Farheena menghela nafas berat. Ia benar-benar tidak ingin diperhatikan semua orang seperti ini.
"Shaquile kamu tahukan aku-"
"Baiklah," Shaquille seolah-olah paham maksud Farheena. Wanita itu tidak mudah memberi jawaban. Ah, lebih tepatnya tidak mudah percaya begitu saja dengan orang yang beberapa bulan ini ia kenal. Dia susah untuk jatuh cinta. Tapi sekalinya jatuh, ia akan menetap di sana dan akan sulit melupakan. Itulah Farheena.
"Kita pulang saja," ucap Shaquille ssmbarj memasukkan kembali kotak cincin itu dan menggandeng Farheena keluar restoran. Sedangkan Farheena hanya diam dan merasa bersalah.
Sesampainya di mobil, Shaquille membukakan pintu dan mempersilakan Farheena masuk. Di dalam mobil Farheena masih canggung, sedangkan Shaquille terlihat datar namun bereaksi biasa saja.
"Uhmm... Shaquille aku minta maaf, tadi aku tidak bermaksud begitu. Kamu tahu bahwa aku-"
"Sstt... Aku paham. Aku tahu kamu masih belum sepenuhnya percaya padaku. Tapi aku percaya kamu bisa aku dapatkan. Yah, meskipun butuh waktu." Jelas Shaquille tegas membuat Farheena lagi-lagi merasa bersalah. Entahlah sebenarnya Farheena itu wanita seperti apa? Tapi jika ia bercerita dengab temannya, pasti ia akan dianggap bodoh menyia-nyiakan pria kaya dan tampan serta baik seperti Shaquille.
"Maaf." Lirih Farheena. Shaquille yang melihatnya tersenyum dengan sedikit mengacak-acak rambut Farheena gemas.
"Tidak apa." Keduanya pun akhirnya memilih untuk pulang dengan suasana yang canggung dan tidak nyaman.
*****
"Hai...."
"Yuhuuu..."
"Eh ntar beli-beli ke kantin dulu yah, baru ke taman." Farheena hanya mengangguk sembari menulis materi di dalam bindernya.
Yah, karena hari ini hari kamis, ia memilih kuliah terlebih dulu. Meskipun kuliahnya hanya 2 matkul berurutan. Dia memilih meliburkan diri terlebih dulu. Ditambah lagi jika mengingat kejadian semalam saat ia menolak bosnya sendiri. Sangat memalukan.
Selesai perkuliahan pukul 10.20, Farheena dan teman-temannya memilih duduk santai depan fakultas mereka yang merupakan taman kampus. Mereka berkumpul membentuk lingkaran dengan makanan berlemak di hadapan mereka. Satu per satu obrolan gosip mulai beredar layaknya berita di WhatsApp.
"Haduuh baru juga masuk kuliah, tugas udah innalilahi..."
"Pen rabi ae,"
"Wes punya tah kamu?"
"Yowes, dosen iku." Perbincangan yang seperti inilah yang digosipkan oleh teman-teman Farheena. Bisa-bisanya mereka berimajinasi memiliki suami dosen yang sudah memiliki istri dan anak. Bahkan usianya sudah menginjak usia 40 ke atas. Entahlah apa yang ada di pikiran mereka. Tak bisakah mereka berimajinasi memiliki suami artis saja? Idol Korea mungkin? Sungguh perbincangan yang menggelitik hati dan perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Can't Be Forced
RomanceBagaimana jika Tuhan mempertemukanmu dengan banyak lelaki yang mampu menarik perhatian, kepada siapa hatimu jatuh? Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan?