Shaquille kembali disibukkan dengan penataan kembali perusahaan sang Papa sebelum ia benar-benar harus kembali ke Indonesia. Ia kembali menuusun ulang semua sistem dan beberapa program beserta orang-orang kepercayaannya. Kesibukannya membuatnya fokus dan menghiraukan hal di luar pekerjaan. Sampai suatu hari ia baru ingat dan membuka ponselnya yang ternyata sudah cukup banyak panggilan, pesan, bahkan email yang masuk.
"Ah sial! Kebanyakan kerja panggilan dari rumah sampai terabaikan." Satu persatu Shaquille membuka pesan-pesan itu, hingga pesan dari Mateo berhasil membulatkan matanya dan sedikit menghentikan jantungnya.
'Farheena resign!!!" Lo di mana??'
Begitulah isi pesan yang cukup mampu membuat Shaquille syok dan langsung menghubungi Mateo. Tapi kali ini giliran Mateo yang tidak dapat dihubungi.
"Kemana Mateo???" Ucapnya yang terus berusaha menghubungi Mateo. Selang beberapa menit barulah Mateo dapat menerima telepon dari Shaquille.
"Lo kemana aja hah? Di telepon gabisa bisa? lo tahu ga-"
"Gimana ceritanya Farheena bisa sampai resign???" Potong Shaquille langsung to the point.
"Gue juga gatau. Gue pas kejadian itu lagi meeting di luar. Tiba-tiba balik kantor Aldene langsung kasih tahu gue. Gue gatau alasan dia resign. Aldene tanya juga Farheena ga jawab apa-apa. Cuma kata Aldene Minggu depan dia wisuda. Lu ga ada niatan pulang hah?? Gue denger juga ada cowok deketin Farheena. Mau dia diambil orang?" Pernyataan dan pertanyaan Mateo mampu membuat kepala Shaquille seketika pusing dan berat. Apa yang terjadi dengan Farheena? Kenapa gadis itu melakukan itu semua? Apa ada sesuatu yang salah? Apa benar jika dia akan menikah dengan orang lain? Gamungkin. Arrrgghhhh... Pikiran Shaquille benar-benar kacau. Ia pun berusaha segera menyelesaikan urusannya dan segera kembali untuk mengetahui apa yang terjadi di Indonesia, khususnya Farheena.
Di sisi lain, saat ini Farheena tengah sibuk mempersiapkan yudisiumnya. Ia sibuk memilah pakaiannya untuk bersiap berangkat melakukan yudisiumnya. Yudisium ini tidak terlalu membuatnya gugup atau deg-degan dan lebih kepada hanya sekilas pengumuman IPK dan hanya dihadiri para mahasiswa/i.
"Gilak. Nyari kerudung ungu biar sama kek background logo aja susah banget. Mana warna ungu tuh banyak. Eh sekarang liat, warna warni dah tuh." Cibir salah satu anak yang juga diangguki oleh teman-teman lainnya.
"Haduuhhh.... Bismillah semoga lancar." Acarapun berjalan dengan meriah dan penuh kebahagiaan. Meskipun sebenarnya dalam hati sedikit ada rasa sedih karena harus berpisah dengan teman-teman.
"Nanti wisuda kudu foto-foto lagi yah!" Ucap yang lain dengan penuh semangat namun suara yang sedikit bergetar.
"Aaaaa bakal kangen..." Mereka saling memeluk satu sama lain dan kembali berfoto-foto sampai akhirnya memilih pulang dikarenakan mendung dan siap untuk membasahi bumi.
*****
Shaquille terus disibukkan dengan pekerjaannya. Sebentar lagi ia harus bisa segera kembali ke Indonesia dan menyelesaikan masalahnya di sana, terutama dengan Farheena yang terus saja menghantui pikirannya dan membuatnya beberapa kali tidak fokus dalam bekerja. Ia masih bingung mengapa Farheena berhenti dari perusahaannya tanpa alasan. Tidak mungkin hanya karena alasan beda jurusan bukan? Pasti bukan itu, pikirnya. Ia terus memikirkan hal-hal yang menjadi alasan Farheena berhenti.
"Tolong Minggu depan siapkan aku tiket secepatnya. Karena aku akan segera pulang ke Indonesia." Perintahnya pada asistennya. Shaquille pun berharap ia masih bisa memperbaiki hubungannya dengan Farheena. Apalagi beberapa hari terakhir ini sebenarnya Shaquille sering menghubungi orang tua Farheena tanpa sepengetahuan perempuan itu. Bahkan Shaquille sudah mengatakan bahwa ia ingin mempersunting Farheena. Orang tuanya setuju, namun tetap saja semua keputusan ada di tangan Farheena. Shaquille pun meminta bahwa hal itu dirahasiakan dan menjadi kejutan saat ia pulang nanti. Akan tetapi, hal di luar kendali Shaquille justru terjadi dan membuat hubungan keduanya semakin rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Can't Be Forced
RomanceBagaimana jika Tuhan mempertemukanmu dengan banyak lelaki yang mampu menarik perhatian, kepada siapa hatimu jatuh? Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan?