3 hari sudah Farheena menyibukkan dirinya sendiri. 3 hari pula ia menginap di rumah Mamanya, namun jika pagi dan sore ia hanya akan mengecek rumah. Sesekali ia pergi ke butik untuk menyibukkan dirinya.
Setidaknya jika tidak ada suaminya ia bekerja lebih leluasa karena si over protective sedang bekerja. Malamnya ia berada di rumah orangtuanya dan berkumpul bersama keluarganya. Ia memilih menonton drama korea bergenre comedy bersama adik perempuannya. Sedangkan adik laki-lakinya sudah bekerja di sebuah kapal pesiar.
"Far nontonnya jangan malem-malem. Gabaik."
"Iya Ma. Bentar lagi jam 9 tidur kok."
"Yasudah." Cepat lambat matanya sesekali menutup namun ia masih memaksanya menonton drama. Sedangkan sang adik sudah pergi ke kamarnya.
"Huh.. ganteng banget oppa-oppa. Tapi harus sadar aku punya suami. Ya kan sayang?" Cibir Farheena berbicara sendiri dan sambil mengusap perutnya. Hingga lama kelamaan matanya sangat-sangat berat sedangkan layar laptop masih menampilkan adegan lucu. Tapi tanpa sadar ia mulai tertidur dengan posisi miring.
Tepat pukul 11 malam, Farheena merasakan seperti ada yang mengusap rambutnya lalu menciumnya sekilas. Farheena mengerjapkan matanya dengan setengah sadar. Ia samar-samar melihat Shaquille tengah berada di hadapannya.
"Shaquille? Kamu pulang?"
"Hmmm... Tidurlah. Aku masih ingin berkemas." Bisiknya dan kembali mengusap lembut kepalanya. Lalu pria itu pergi. Namun beberapa saat, Farheena baru sedikit tersadar, lantas ia terbangun dan mencari keberadaan Shaquille. Ia melihat pintu kamar sedikit terbuka. Ia pun keluar kamar dan melihat lampu ruang tamu dan keluarga masih menyala serta mendengar suara samar-samar.
"Maaf ya Ma, Pa, jadi bangunin kalian malam-malam begini. Tapi ya bagaimana, aku merindukannya."
"Iya Mama Papa paham. Tapi Alhamdulillah Farheena baik-baik saja."
"Aku juga bawakan oleh-oleh untuk Mama dan Papa. Aku sempat melihatnya di lemari kaca, jadi kubelikan. Aku pikir kalian menyukainya." Ucapnya memberi beberapa bungkusan berlabel 'GUCCI'.
"Haduh, ini mahal loh. Kamu belinya juga banyak."
"Tidak apa. Ini hadiah dariku." Ucapnya lagi. Ia juga membelikan beberapa pakaian untuk Orang tua Farheena dan adiknya. Sedangkan Farheena hanya memperhatikannya mereka di balik gorden. Farheena tersenyum dengan segala perhatian yang diberikan Shaquille kepada keluarganya. Ia benar-benar menerima keluarga Farheena dengan baik.
"Aku juga ingin mengatakan terima kasih sudah menjaga Farheena selama aku pergi. Mungkin ke depannya aku juga akan meminta kalian menjaganya di saat aku pergi bertugas."
"Iya Nak Shaquille. Bagaimana pun Farheena tetaplah putri kami. Kamu tidak perlu khawatir."
"Terima kasih Ma, Pa." Melihatnya membuat hati Farheena tersentuh dan ia hampir menjatuhkan air matanya. Namun ia segera mengusapnya dan kembali ke kamarnya. Jika ia melihat hal itu perasaannya jadi ingin menangis haru.
"Kalau begitu saya izin bersih-bersih."
"Iya silakan." Shaquille pun pergi ke kamarnya dan mengambil pakaian ganti lalu bergegas membersihkan tubuhnya. Setelah selesai ia memperhatikan Farheena yang sudah terlelap dengan memeluk gulingnya. Shaquille segera menggantung handuknya dan naik ke ranjang perlahan takut si empu terbangun dari tidurnya.
"I miss you," bisiknya di telinga Farheena lalu mengecup puncak kepalanya. Farheena yang sebenarnya belum sepenuhnya tidur menggeliat dan mengubah posisi tidurnya.
"Kamu sudah pulang????" Tanyanya. Shaquille sedikit terkejut tatkala Farheena menyadarinya. Akan tetapi pria itu senang bisa mendengarnya.
"Apa aku membangunkanmu?" Farheena dengan cepat menggeleng dan mendekatkan tubuhnya lalu memeluk Shaquille
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Can't Be Forced
RomanceBagaimana jika Tuhan mempertemukanmu dengan banyak lelaki yang mampu menarik perhatian, kepada siapa hatimu jatuh? Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan?