22. Tragedi

27 1 0
                                    

"Apakah kamu pernah menyukai seseorang?" Pertanyaan Farheena membuat Shaquille menatapnya lekat. Shaquille pun hanya mengulas senyum sedikit.

"Apa kamu mendengar gosip yang beredar?" Farheena hanya diam. Tentu saja ia penasaran apakah lelaki itu pernah memiliki kekasih? Tidak mungkin kan seorang Rafka Shaquille Zafran tidak mencintai seorang wanita? Para wanita saja menyukainya.

"Pernah." Jawabnya sekilas membuat Farheena membulatkan matanya dan semakin penasaran.

"Lalu?"

"Saat SMA. Aku menyukai seseorang. Dia teman baikku. Tapi saat itu aku tidak berani mengungkapkannya. Aku takut pertemanan kami rusak karena hal bodoh itu. Sampai akhirnya alu tahu ia memiliki kekasih yang notabenenya saat itu ialah ketua basket di sekolah. Aku pun mundur perlahan dan berusaha menghilangkan semua rasaku padanya. Sampai akhirnya kami lulus, aku kuliah di luar negeri. Sekarang aku tidak tahu. Terakhir aku dengar ia juga sedang berada di luar negeri. Ntahlah, aku tidak lagi bertemu dengannya." Farheena yang mendengarnya menganggukkan kepalanya pelan.

"Lalu? Misal nih ya. Misal. Jika orang itu hadir lagi dalam hidupmu, dan ternyata statusnya sama denganmu, apa kamu masih mau padanya?" Pernyataan Farheena mampu membuat Shaquille menghentikan mobilnya seketika. Untung saja ia berada di sisi kiri sonta saja ia langsung menginjak remnya. Tatapannya masih kosong memandang ke arah luar. Farheena yang melihat ekspresi wajah Shaquille pun juga sedikit terkejut, akankah Shaquille akan kembali kepada wanita itu?

"Kembali?" Shaquille menatap Farheena lekat. Berusaha mencari sesuatu di dalam mata Farheena untuk dapat menjawab pertanyaan gadis di depannya.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Aku ingin memperjuangkan seseorang yang ternyata lebih susah. Padahal aku sudah menyatakannya, bahkan aku sudah melamarnya dua kali. Coba bayangkan, itu lebih susah didapatkan daripada aku harus kembali ke masa lalu." Farheena yang mendengarnya langsung kalah telak. Pasalnya ia tadi ingin mengetahui masa lalu Shaquille. Tapi justru Shaquille membalikkan keadaan dan itu membuatnya malu. Farheena pun memilih diam dan mengalihkan pandangannya.

"Kita pulang saja." Pinta Farheena kemudian da berusaha menjaga jarak dari Farheena. Shaquille yang melihat perubahan Farheena hanya menghela nafas.

"Orang bilang, kita harus memperjuangkan sesuatu yang sudah ada di hadapan kita sebelum orang itu pergi jauh." Jelas Shaquille. Farheena kembali menatap Shaquille yang masih terus menatapnya.

"Aku masih berharap kamu adalah orang yang tepat untukku. Meskipun aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran dan perasaanmu. Aku masih akan memperjuangkan itu hingga titik lelahku untuk menggapaimu." Farheena terus menatap mata Shaquille berharap bahwa apa yang dikatakan pria itu benar dan ia tidak berbohong. Farheena sendiripun ingin mencintai lelaki itu. Sudah banyak tindakan yang ditunjukkan olehnya. Tapi, Farheena terlalu naif dan enggan menerimanya karena takut kejadian yang sama akan terulang. Ia perlu kembali menetralkan perasannya.


*****


Farheena berjalan menuju toilet, pekerjaannya masih cukup banyak. Jam masih menunjukkan pukul setengah sepuluh dan dia sudah pergi menuju toilet karena ruangannya yang cukup dingin membuatnya lebih cepat ke kamar mandi. Ia pun dengan cepat segera menyelesaikan aktifitas ke toilet. Namun saat ia keluar dari toilet, tiba-tiba ada dua orang yang menyiramnya menggunakan ember. Sontak saja itu membuat Farheena terkejut bukan main.

"Aaaaaah" teriak Farheena tatkalan air itu dengan perih mengenai wajah dan bajunya.

"Heh perempuan gatel. Lo bisa gak sih gak usah sok kecentilan kalo deket Pak Shaquille? Lo aja gak cocok sama dia. Cih!" Ucap salah satu dari fua orang wanita itu.

Love Can't Be ForcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang