23. Pamit

29 2 0
                                    

Keesokan paginya, saatnya Farheena menempuh pendidikannya, yaitu belajar. Hari ini hanya satu mata kuliah saja. Ia pun dengan semangat berangkat dengan senyuman khasnya di pagi hari. Sesampainya di kampus ia kembali berkumpul dengan teman-temannya. Semester lima cukup mudah dan sulit. Di mana ia harus membagi tugas kuliah dengan pekerjaannya. Jadi sebisa mungkin Farheena memanfaatkan bwaktu berkumpulnya dengan teman-temannya.

"Nanti jangan pulang dulu ya," ucap Dwi yag dibalas anggukan oleh Farheena. 1 jam 40 menit mereka lewati untuk berkuliah. Setelah selesai, mereka semua berbondong-bondong memenuhi kantin dan membeli gorengan yang ada di sana. Namun saat dalam perjalanan menuju taman, fokis Farheena teralihkan oleh seseorang yang sangat ia kenal.

"Shaquille?" Shaquille yang menyadari kedatangan Farheena pun tersenyum dan melambaikan tangannya.

Lagi-lagi Shaquille mampu mengalihkan semua pandangan yang ada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi-lagi Shaquille mampu mengalihkan semua pandangan yang ada di sana. Farheena hanya mampi menggelengkan kepalanya. Pria itu benar-benar! Batinnya. Lantas Farheena segera menghampirinya.

"Kamu ngapain di sini?"

"Jemput kamu. Aku mau bawa kamu ke suatu tempat." Farheena mengernyit bingung mendengarnya. Kemana? Pikirnya.

"Sudah selesai kan?" Farheena menoleh ke arah teman-temannya lalu kembali menatap Shaquille.

"Sudah, tapi kan motorku-"

"Biar nanti di bawa Pak Darma." Farheena hanya mengangguk. Yah seperti biasa, jika kejadian ini terjadi, Pak Darma adalah orang suruhan Shaquille untuk membawakan motornya.

"Baiklah, aku pamit pada teman-temanku dulu." Farheena lalu menghampiri teman-temannya yang masih berdiri memperhatikan keduanya.

"Aku pulang duluan ya, ada urusan. Lain kali kumpulnya." Ucap Farheena.

"Iya Far, gapapa. Eman-eman, cowok ganteng gak kemana?"

"Enak aja lu," Farheena pun memukul kecil lengan teman bar-bar nya itu sebelum melangkah kembali menghampiri Shaquille. Akhirnya keduanya pun pergi meninggalkan pekarangan kampus. Saat mobil memasuki area luar dan berbelok kanan, Farheena agak curiga, sebenarnya mau pergi kemana ia dan Shaquille.

"Kok lewat sini? Mau ke Surabaya?" Tanya Farheena penasaran.

"Nanti juga tahu," Ucap Shaquille sembari menebar senyum smirknya. Farheena pun memilih diam dan sibuk menikmati pemandangan. Hingga perjalanan mulai terasa jenuh dan mata yang terkena ac membuatnya sangat mengantuk.

"Tidurlah,"

"Kita mau kemana sih? Ini udah daerah mana?" Tanyanya sembari mengantuk.

"Ada suatu tempat, tenang aja, aku gak akan nyulik kamu kok." Farheena mendengus sebal. Pria di sampingnya ini selalu saja membuatnya kesal.

"Tidurlah, nanti aku bangunkan," namun Farheena menggeleng cepat.

"Nggak, nanti ileran. Aku kalo tidur sukanya ileran," ceplosnya dengan mata yang sudah beberapa kali terkejap. Shaquille yang mendengarnya justru tertawa terbahak-bahak.

Love Can't Be ForcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang