Assalamualaikum readers...
Ini ada cerita ke 3 aku dengan genre Romantis.
Aku harap kalian tidak baper.
Oh ya, cerita ini terdapat beberapa kisah nyata perjalanan rasa saya sendiri.
Jika ada yang mengenal saya, pasti akan langsung peka.
Saya pastikan cerita ini bisa membuat kalian baper dan kalian ingin sekali hidup nyata kalian seperti yang ada pada cerita ini.Oh ya, jangan lupa bintang yah!
Untuk mendukung cerita ini nantinya bisa terbit..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Perkenalkan namaku Farheena Angie. Aku lahir pada malam tahun baru yang penuh keceriaan. Sesuai dengan namaku Farheena yang memiliki arti ceria. Aku harap namaku membawa keceriaan bagi setiap orang.
Ah ya! Umurku masih menginjak hampir 21 tahun. Tapi wajahku terlihat lebih tua, bukankah begitu? Tak apa, wajahmu adalah wajahmu. Jangan pernah bandingkan wajah kita dengan wajah orang lain. Apapun yang sudah Tuhan berikan, maka kita harus terima.
Karena umurku masih 21, artinya aku masih duduk di bangku kuliah. Tahun ini, aku sudah menginjak semester 4. Perjalanan menuju semester ini cukup menyenangkan. Terlebih semester 4 adalah semester di mana antara dosen dan mahasiswa penuh dengan drama. Untung saja bukan drama Korea. Ck!
Aku mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Awalnya aku tidak tahu mengapa mengambil jurusan ini? Hanya saja, aku terlalu mudah untuk berimajinasi. Ah lebih tepatnya halusinasi. Aku juga suka membuat beberapa cerita. Meurutku, tidak salah jika manusia penuh dengan imajinasi atau halusinasi mereka. Asal semua itu bisa dikontrol. Tahukah kalian? Bahwa halusinasi bisa membuat bahagia? Bahkan halusinasi bisa menolong kalian dari manusia-manusia tak bertanggung jawab.
Baiklah, hari ini aku ada kuliah siang. Mau tidak mau aku harus segera bersiap. Bukan apa-apa, tahu sendirilah bagaimana ribetnya menjadi perempuan yang harus tampil rupawan. Bahkan hanya dengan memoles bedak dan lipstik.
"Itu pipi kenapa merah? Ngapain sih di merah-merahin?" Suara pagi hingga malam yang akan selalu megocehiku mulai memekakan telinga.
"Ah mama... Aku hanya menggunakan blush on sedikit kok."
"Dih, siapa juga yang mau sama lo?" Via, adikku, ikut serta mencela diriku.
"Dasar adik durhaka!" Segera aku menoyor kepalanya. Dia mengusap kepalanya akibat ulahku. Rasakan!
"Aku berangkat yah," ucapku lalu mencium tangan mamaku. Segera aku pergi dengan menaiki motor yang sebelum aku lahir, motor ini sudah ada.
Ah, aku menyayanginya. Aku tak ingin motor-motor bagus, asal masih bisa dipakai kenapa tidak? Beberapa orang luar yang tidak mengenalku dan tidak tahu tentang aku pasti mengira aku anak kurang mampu. Tak banyak dari mereka yang mengatakannya. Tapi saat mereka main ke rumah, mulut mereka akan menganga. Kenapa? Yah, karena melihat 3 mobil terparkir sempit di rumahku. Lalu mengapa aku masih menggunakan motor yang jauh dari kata motor-motor tren? Karena Papaku tidak mengajarkan aku dan adik-adikku untuk meminta-minta hal yang tidak dibutuhkan. Sehingga, kami terbiasa memakai apa yang ada di rumah lagipula Papaku bukan tidak mau membelikan anak gadisnya motor seperti Scoopy atau N-Max, hanya saja bahkan aku tidak mau. Kenapa? Kasian mobil-mobil itu, mending aku pakai saja. Aku sedang tahap belajar pada adikku. Adikku yang cowok dan udah jago nyetir. Waw.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Can't Be Forced
RomanceBagaimana jika Tuhan mempertemukanmu dengan banyak lelaki yang mampu menarik perhatian, kepada siapa hatimu jatuh? Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan?