Assalamualaikum!
Kalo ada salam, harus dijawab ya teman-teman.
Kita lanjutkan acara baper-bapeeannya ya?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Uhm... Ma-Maaf Pak," Farheena melepaskan dirinya dari Shaquile. Keduanya saling mengalihkan pandangan.
"Terima kasih," Ucap Farheena dan hanya dibalas deheman oleh Shaquile.
"Saya permisi ke dalam," tambah Farheena dan bergegas masuk ke dalam. Suasana di dalam masih ramai. Hingga mata Farheena menangkap sosok yang tidak lagi asing baginya.
'Wanita itu belum pulang,' batin Farheena saat ia melihat Elina dan Ibunya tengah berbincang-bincang. Mata Elina juga menatap Farheena yang masih menatung di pintu. Terlihat Elina sedikit berbisik kepada Ibunya. Pandangan mereka pun tertuju pada Farheena.
'Kenapa pada ngeliatin gue ya?' batin Farheena. Ia bingung dengan arti pandangan mereka, termasuk Meira, Mama Shaquile. Farheena pun tidakbtahu harus berbuat apa. Dia masih mematung di tempat dengan tangan yang mulai dingin. Hingga sebuah rasa hangat menggenggam tangannya. Sontak, Farheena menoleh dan mendapati Shaquile sudah berdiri di sampingnya dan menggenggam tangannya. Hangat.
"Akting..." Bisik Shaquile dengan suara sangat kecil. Namun masih bisa didengar oleh Farheena. Genggamannya membuat gelenyar aneh pada Farheena. Entah apa itu, antara rasa aneh dan rasa gugup. Shaquile menggandeng Farheena menghampiri Meira dan yang lainnya.
"Shaquile...." Panggil Meira.
"Iya Ma,"
"Bener kamu sama Farheena-" Ucapan Meira terpotong tatkala Shaquile langsung menjawabnya.
"Iya Ma," yah. Shaquile tahu apa yang dipikirkan oleh Mamanya itu. Sedangkan Farheena yang mendengarnya hanya mampu menunduk malu dan tidak tahu harus apa.
"Mama seneng banget... Far, tante seneng banget kamu sama Shaquile..." Ujar Meira sembari menatap keduanya bergantian. Lalu, Meira memeluk Farheena dan mengusap punggungnya.
"Ma. Ayuk pulang ih," rengek Elina kemudian. Akhirnya, Elina dan Ibunya berpamitan untuk pulang. Setelah keduanya tak lagi terlihat, Farheena yang sedari tadi sudah gugup akhirnya memilih melepaskan genggamannya.
"Tante... Sebenarnya aku dan Shaquile hanya berakting. Maaf Tante...." Tutur Farheena sembari menunduk meminta maaf. Meira sedikit tercengang dan menatap Shaquile.
"Maafin Shaquile, Ma. Soalnya Shaquile gak suka sama Elina, Ma. Dia keliatan manja banget," Meira menatap sedih Shaquile dan Farheena.
"Tante... Aku hanya-"
"Iya gapapa, Tante gak marah sama kamu. Tapi, Tante marah sama Quile." Tangan Meira terangkat menjewer telinga Shaquile karena berani membohonginya.
"Aduh mah... Mah, sakit Mah, ampun."
"Kamu ini ya! Berani bohongin Mama?"
"Ma, Shaquile kan gak suka sama cewe itu. Emang mama mau punya menantu manja gitu?"
"Iya enggak sih," Meira melepaskan tangannya. Sedangkan Shaquile menggosok telinganya yang sedikit sakit.
"Yaudahlah, Mama mah beresin makanan, acaranya juga udah selesai,"
"Tante, Farheena bantu ya?" Farheena menyusul Meira ke ruang depan. Meira sempat menolak dibantu Farheena. Namun, Farheena memaksa dan Meira akhirnya mengizinkan Farheena membantunya. Sedangkan Shaquile melihat keduanya bak ibu dan anak yang bercengkrama sembari membersihkan sisa-sisa makanan acara malam itu.
Farheena sedang minum di dapur, lalu Shaquile menghampirinya dan membuat Farheena terperanjat hingga hampir terjatuh. Namun, Shaquile berhasil menangkap dan menahannya. Lagi-lagi keduanya saling menangkap pandang. Hingga, tanpa mereka sadari, Meira memergoki keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Can't Be Forced
RomanceBagaimana jika Tuhan mempertemukanmu dengan banyak lelaki yang mampu menarik perhatian, kepada siapa hatimu jatuh? Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan?