Bagian 16

33 3 0
                                    

Sekarang perempuan yang tadi pagi tergeletak pingsan di bandara, kini sudah di pindahkan ke ruangan inap nya. Tertulis ruangan mawar indah vvip yang sengaja aresta tempatkan untuknya.

Ia menatap kosong jendela besar yang mengarah ke suasana luar, mengingat dirinya ternyata kali kedua jatuh sakit tanpa di urus oleh sang ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menatap kosong jendela besar yang mengarah ke suasana luar, mengingat dirinya ternyata kali kedua jatuh sakit tanpa di urus oleh sang ibu.

Benar juga kata orang, hidup tanpa sosok ibu seperti kehilangan arah. Namun bagaimana lagi, ia tetap harus bertahan. Ibunya selalu mendambakan kebahagian tercetak di bibirnya, jika menyerah begitu saja. Mungkin detik itu juga ia mengecewakan ibunya.

Ia rindu dengan keluarga nya yang utuh, lantas siapa saat ini yang harus ia salahkan. Takdir kah? Atau tuhan? Tentu bukan, ia selalu menyalahkan dirinya sendiri.

"Bu, adek kangen sama ibu..." ucapnya disertai air mata yang tak sengaja mengalir begitu saja di matanya.

"Ibu lagi apa di sana? Ibu gak kangen adek?" Ia terus menangis.

"Ibu... adek sakit bu, adek gak bisa hidup tanpa ibu disini" ia meringkuk meremas dadanya yang semakin sakit akibat terlalu banyak menangis.

Ceklek

Suara pintu ruangan terbuka.

"De-" baru saja orang tersebut akan memanggil nindy, tapi tak jadi karena pandangan pertama saat masuk keruangan ini membuatnya mengurungkan niat.

"Bu..., bawa adek pergi bu" ucap nya sambil terus menangis sesegukkan.

"IBU, AAAAAAAAAAA" kini nindy semakin tak terkendalikan, ia berteriak sekencang-kencangnya sampai aresta bergegas menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat, dan berusaha menenangkan nindy.

"Abang disini dek, abang ada di samping adek. Tenang ya dek" ucap aresta semakin menahan tangisannya melihat adiknya yang seperti tak tau arah dengan pandangannya yang kosong serta tangisannya yang semakin menguasai dirinya.

"Ibu..."

"Ibu dimana bu...."

"Bilang ke adek kalo sebenernya ini cuma mimpi" nindy memukul-mukul kepalanya nya berusaha terbangun dari mimpi nyatanya.

"Adek tenang dek" aresta semakin kencang memeluk sang adik, seketika aresta menekan tombol darurat yang ada di sebelah ranjang nindy dengan susah payah.

☆☆☆☆☆

Beberapa saat kemudian dokter dan suster itu berlari menghampiri nindy yang masih berontak, mereka langsung mengambil alih nindy dan aresta pun mundur beberapa langkah mempersilahkan dokter dan suster itu bertindak.

"Bu, ternyata ini sulit buat adek bu. Kalo boleh abang tukar,  abang yang bakal gantiin Ibu disana. Karena nindy disini lebih butuh ibu dibanding ares bu..." gumamnya dalam hati sembari menyaksikan dokter dan suster yang sepertinya kewalahan mengatasi nindy.

Sembagi Arutala (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang