Nindy duduk bersimpuh di lantai kamarnya yang berantakan dengan barang-barang yang ingin ia singkirkan. Hatinya terasa berat, seolah-olah setiap benda yang ia sentuh membawa kembali kenangan yang tidak ingin ia ingat lagi.
Setelah membuang beberapa barang yang menyakitkan, matanya tertuju pada sebuah kotak kecil yang tersembunyi di bawah tumpukan barang-barang lain. Kotak itu sudah berdebu, menandakan bahwa sudah lama ia tidak pernah menyentuhnya.
Dengan hati-hati, Nindy membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat sebuah kado yang masih terbungkus rapi, beserta sepucuk surat yang terlipat rapi di sampingnya.
Perlahan, ia membuka kado itu dan menemukan sebuah boneka beruang putih yang pernah ia ceritakan pada Bian.
Boneka itu terlihat begitu manis, namun kehadirannya justru membuat hati Nindy terasa semakin berat.
Diikuti dengan perasaan yang sulit ia jelaskan, Nindy membuka surat dari Bian dan mulai membacanya.
---
Nindy,
Kalau kamu membaca surat ini, mungkin segalanya sudah terlambat untuk diucapkan secara langsung. Aku menulis surat ini dengan harapan bisa menyampaikan sesuatu yang selama ini aku pendam.
Nindy, aku tahu betapa beratnya semua ini untuk kamu. Berat untuk kita berdua, sejujurnya. Tetapi, yang paling berat mungkin adalah menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa selalu bersama seperti yang kita harapkan. Ketika aku meninggalkanmu di bandara, aku tahu aku telah menyakitimu, dan untuk itu, aku sangat menyesal. Namun, keputusan itu bukan hanya untuk kita berdua, tapi juga untuk masa depan yang harus aku jalani.
Kamu harus tahu, Nindy, bahwa kepergianku ini bukan sekedar perjalanan ke negeri yang jauh. Ini adalah perjalanan terakhirku. Aku tidak bisa lagi kembali, bahkan jika aku ingin. Ada sesuatu yang lebih besar dari keinginan kita yang memisahkan kita kali ini.
Aku ingin kamu tahu bahwa aku selalu menyayangimu, lebih dari apa yang bisa aku ungkapkan dengan kata-kata. Tapi sekarang, aku harus pergi untuk selamanya. Aku butuh kamu untuk merelakan ini, Nindy. Ikhlas menerima bahwa kita tidak lagi bisa bersama di dunia ini. Kamu harus terus melangkah, menemukan kebahagiaanmu sendiri tanpa bayanganku.
Boneka ini adalah kenangan terakhir yang ingin aku berikan padamu. Bukan untuk kamu simpan dalam duka, tapi sebagai simbol dari semua kenangan manis yang kita miliki. Aku berharap kamu bisa memeluknya saat kamu merasa sedih, tapi jangan biarkan kesedihan itu menguasai hidupmu. Kamu harus merelakanku, Nindy. Jangan terjebak dalam masa lalu yang tidak lagi bisa kita ubah.
Aku pergi, tapi cinta kita tidak akan pernah hilang. Itu akan selalu ada, meski dalam bentuk yang berbeda sekarang. Aku ingin kamu bahagia, lebih dari apa pun. Dan untuk itu, aku mohon, ikhlaskan aku pergi.
Selamat tinggal, Nindy. Sampai kita bertemu lagi di tempat yang lebih damai.
Dengan segala cinta yang pernah kita bagi,
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembagi Arutala (ON GOING)
أدب المراهقينNindy dan Abrar adalah dua jiwa yang terluka, dipersatukan oleh takdir dan cinta yang penuh pengorbanan. Di balik setiap senyuman tersembunyi rasa sakit dan keraguan yang mereka coba atasi bersama. Ketika Tuhan mempertemukan mereka, Abrar menjadi ja...