Hari kelima Lebaran, Fahri memutuskan untuk mengunjungi rumah sahabatnya, Putra, setelah beberapa hari sibuk dengan keluarga. Begitu sampai di depan rumah, Fahri langsung berteriak dengan semangat.
"Assalamualaikum warahmatullahi bunda, anakmu Fahri yang ganteng datang!" teriak Fahri dengan suara ceria.
Niken, ibu Putra, keluar dan tersenyum lebar melihat kedatangan Fahri. Fahri langsung mendekat dan mencium tangan kanan Niken sebagai tanda hormat.
"Maafkan Fahri ya bunda," ucap Fahri dengan tulus.
"Iya, maafkan bunda juga ya nak," balas Niken, dengan senyuman hangat.
"Putra kemana bunda?" tanya Fahri dengan penasaran.
"Di dalam, kebetulan ada yang lain juga," jawab Niken.
"Eh seriusan!" pekik Fahri dengan antusias, dan langsung berlari menuju ruang dalam rumah.
Ternyata, di ruang tamu ada beberapa sahabatnya yang sedang asyik bermain PS. Fahri langsung mendekat dan menyapa mereka.
"Oi, Fahri datang!" seru Putra dengan senang hati.
"Lha nih anak baru dateng," ujar Ridho sambil tersenyum.
"Dari mana aja lu?" tanya Santo, dengan wajah penuh rasa ingin tahu.
"Ke rumah keluarga mommy dan daddy dulu, silahturahmi," jawab Fahri santai.
"Sini lu!" teriak Putra sambil melambai-lambaikan tangan.
Fahri pun bergabung, dan segera meminta maaf kepada semua teman-temannya.
"Nih, mohon maaf ya semuanya kalau gua ada salah kata, baik yang disengaja atau nggak," ucap Fahri dengan serius.
"Iya, nanti lu ulangin lagi!" balas Danel, sambil tertawa.
"Harus dong!" jawab Fahri dengan percaya diri.
"Maafkan gua juga ya," tambah Wiwit, yang kemudian membuat Fahri terkekeh.
"Dan jangan ngomong sayang-sayangan gitu ke gua, malah jijik jadinya gua," ucap Fahri sambil menggoda.
"Gua tuh sayang tahu sama lu sebagai sahabat, bukan sayang kayak cinta begitu lho Ri!" jawab Wiwit dengan tawa.
"Ayah Dwi tuh Wiwitnya!" teriak Fahri, bercanda.
"Astaga, Wiwit, kau ini jangan belok!" ujar Dwi, ayah Wiwit, dengan geli.
"Tidak kok ayah!" protes Wiwit, sambil tertawa.
Di sisi lain, suasana di rumah semakin ramai. "Afi, nih makan dulu cemilan," panggil Ibu Ali, Lilis Suryani, sambil menyerahkan makanan.
"Iya mami," jawab Ali dengan semangat.
"Sudahlah sayang, Afi sudah besar, biarkan dia ambil sendiri," ucap Abdul, ayah Ali, sambil tersenyum.
"Nel, nih makan dulu," panggil Ibu Danel, Mirnawati, dengan suara lembut.
"Iya bunda," jawab Danel, yang kemudian bangkit untuk mengambil piring berisi opor ayam dan duduk makan dengan tenang.
"Mah, mau makan!" pekik Santo dengan semangat.
"Jangan begitu Santo, tidak baik," ucap Ali dengan penuh perhatian.
"Lebih pintar Ali dibandingkan lu, Santo," kata Fahri sambil tersenyum nakal.
"Sialan lu!" Santo kesal, tapi hanya tertawa melihat guyonan Fahri.
"Kalian ini jangan bertengkar, kan baru saja minta maaf tadi," ucap Danel, mencoba menengahi.
"Niko, jangan begitu nak," kata Nicholas, ayah Santo, sambil memberi nasihat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fahri (END)
Novela JuvenilMahendra Sabil Al Fahri, seorang cowok yang selalu terlihat ceria dan penuh canda tawa di depan semua orang. Namun, di balik senyumnya yang menawan, ia menyimpan luka mendalam akibat perlakuan tak adil dari kedua orangtuanya. Topeng keceriaan yang i...