Besok mulai kerja lagi, kemungkinan update hanya di akhir pekan. Tapi kalau target komen tiap part terpenuhi, mungkin bisa dipertimbangkan. Siap-siap dagdigdug sampai part depan yaa!! 350 komen untuk lanjut, bisa?
..
"Mboten pareng, Adek. Tangannya kotor." Asmaranti mengambil tangan kanan Anne yang hendak dicelupkan ke dalam air kolam ikan. Padahal baru saja habis dimandikan Mbok Inah.
"Mama!"
"Iya?"
"Eum.., bo –nekah," meski masih penuh keterbatasan, Asmaranti dengan telaten mengajarkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa kepada Anne. Tidak ada yang keberatan, justru Romo dan Ibu mulai memperhatikan cara bicara bocah perempuan tersebut. Walaupun sebetulnya jika tidak ada siapapun di antara Anne dan Asmaranti, calon istrinya Satyo berbicara dalam Bahasa Belanda meski hanya satu atau dua kosakata.
"Ini?" Asmaranti mengambilkan boneka bayi perempuan yang dibelikan Satyo kemarin.
Anne kecil mengangguk, "Mama cinih," ajaknya sembari menarik ujung telunjuk Asmaranti.
"Maem dulu ya," Asmaranti mengambil mangkuk berisi nasi dan sayur sop buatan Mbok Inah yang sudah disiapkan sedari tadi. Biasanya anak-anak akan disuapin sembari bermain sore. Anne duduk di anak tangga teras, dia seolah berbicara dengan boneka dengan bahasa ala anak balita yang terkadang acak-acakan.
"Buka mulutnya, aa...," Asmaranti mencontohkan dengan membuka mulut, lantas dengan mudah makanan berpindah ke dalam mulut Anne.
"Den Anti mulai kapan dipingit?" Mbok Inah yang ikut mengawasi Anne merasa terbantu jika Asmaranti datang menjenguk Anne.
"Lusa, Buk." Asmaranti membetulkan poni Anne yang mulai tumbuh panjang menutupi dahi hingga kedua mata.
"Setelah menikah, tinggal di sini nggih?"
Asmaranti mengangguk, "rencananya begitu."
Mbok Inah tersenyum, "saya seneng kalau ada Den Anti di sini."
"Kenapa?"
"Den Satyo ada yang menemani, tidak kesepian lagi."
"Memang selama ini dia kesepian?" Asmaranti kembali menyuapi Anne namun mulut bocah kecil itu masih penuh nasi. "Dikunyah, Dek. Jangan diemut, nanti sakit giginya."
Anne menggeleng, dia masih fokus dengan bonekanya.
"Nonik kalau makan sukanya ngemut, kalau bobok juga njempol."
"Jarinya bersih tidak?" Anne meletakkan mangkuk, diraihnya jemari Anne. Dia lupa tadi belum membasuh dengan air bersih.
"Lha nggih niku, saya takut ada sisa kotoran di jarinya Nonik, Den."
"Ya harus diawasi," Asmaranti mengambil tubuh Anne untuk digendong lantas berjalan menuju kamar mandi. Dibasuhnya kedua telapak tangan kesayangan Satyo tersebut. "Adek setelah bermain, cuci tangan ya?"
"Iyah..," Anne manggut-manggut mengerti.
"Dicium, harum..," Asmaranti menyodorkan sabun ke hidung mbangir Anne yang membuatnya iri setengah mati. Memang keturunan orang Eropa cantiknya tidak terbantahkan.
"Hayum, Mama."
Tanpa disadari Asmaranti yang sibuk membersihkan jemari Anne dengan sabun, ada Satyo yang baru datang dari rumahnya Romo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hawa (Perempuan Dalam Pelukan)
Romance[On going] Perempuan Jawa pada masanya hanya menjadi konco wingking para pria, Asmaranti menolak konsep tersebut meski langkahnya sangat berat menaklukkan hati Satyo yang ternyata telah menambatkan rasa pada wanita di ujung benua Eropa. Akankah Asma...