23_Seharusnya Kamu Tahu

3.2K 310 420
                                    

Hai, saya baik-baik saja. Terima kasih telah menunggu book ini dengan sabar. Lebih baik kalian membaca seorang diri dan pelan-pelan. Update setelah empat ratus komen, bisa?

..

"Abang sedang banyak uangkah?" Agam kawan sekamar Arlis tampak kaget ketika lelaki keturunan Aceh itu datang membawa paper bag yang berisi berbagai macam roti.

"Aku dapat dari kawan baru," Arlis melepas syal yang melilit leher, digantungkannya jaket tebal di balik pintu.

"Kawan baru siapa? Baik sekali!" Agam si anak Medan mengambil satu donat lalu menggigitnya setelah berdoa.

"Dia orang Belanda, dulu pernah menetap di Indonesia."

"Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan," Arlis menangkap raut penuh tanda tanya pada wajah Agam, "jangan berpikir macam-macam."

"Bahkan di negri yang jauh dari kampung, kaupun tetap mempesona, Bang."

"Kau itu laki-laki, pujilah wanita jangan kaum kita."

"Macam manalah, Bang! Aku ini lelaki tulen! Justru aku iri padamu, sudah berapa wanita saja yang mengejarmu? Bagilah resep cara memikat wanita. Aku juga maulah, Bang."

"Kalau aku memang pemikat wanita seperti yang kau bilang, kenapa sampai saat ini aku belum bisa mendapatkan cinta Mariana?"

"Tak usah kau tanyakan, Mariana mencintai Tuhannya," Agam membersihkan remah roti yang terjatuh di lantai, "Abang cinta dengan Tuhan kita, dia cinta dengan Tuhannya. Macam mana menyatukan dua Tuhan yang berbeda?"

Arlis tersenyum menertawakan kebodohannya, "perempuan itu mengingatkan aku pada Mariana."

"Siapa?"

"Faye, perempuan Belanda itu."

Agam tersenyum miris, "mungkin Abang terlalu rindu, jadi semua wanita terlihat sama seperti Mariana." Agam menyodorkan cokelat hangat untuk Arlis, "isi dulu perutmu."

"Sudah tadi, aku tidak terlalu lapar. Terima kasih coklatnya." Arlis merebahkan tubuh di atas ranjang yang hanya muat untuk satu orang.

"Lusa kita shalat idul fitri di KBRI Den Haag."

Arlis memandang langit-langit atap kamar, "rasanya selalu rindu dengan kampung ketika lebaran tiba."

"Akupun sama, tapi perjuangan kita akan selesai satu tahun lagi. Setelah itu kita akan mengabdi pada bangsa sebagai putra-putra yang akan melahirkan pemuda-pemuda hebat di masa depan."

"Sebelum melahirkan pemuda hebat, kau harus kawin dulu, Gam."

"Cerdas sekali Abang ini! Siapa tau jodohku adalah mahasiswaku sendiri?"

Arlis geleng kepala mendengar alasan Agam ingin menjadi dosen di Universitas Indonesia, perguruan tinggi di bergengsi yang memiliki banyak dosen dari Belanda. Dan kini pemuda-pemuda pribumi mulai bangkit untuk mengambil alih profesi tersebut.

"Bang."

"Hm?"

"Siapa tadi nama wanita pemberi makanan ini?"

"Faye, kau pasti kaget dia siapa."

"Siapa? Orang pentingkah?"

Arlis mengangguk, "dia adik dari Profesor Robert Van Den Bergh."

Hawa (Perempuan Dalam Pelukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang