Pendek tapi saya mau ada 200 komentar untuk lanjut. Mature konten menyesuaikan tema, be wise. Terima kasih!
..
"Hai," Faye tersenyum menyapa Arlis saat lelaki itu memenuhi janjinya untuk bertemu. Di luar ekspektasinya, Arlis hanya memberikan respon dengan sebuah anggukan. "Apa kabar?" Faye menyelipkan anak rambut yang sedikit berantakan ke arah belakang telinga.
"Baik, ada apa memanggilku?"
Faye menatap kedua mata Arlis, sepertinya ia mengerti bahwa lelaki di hadapannya sedang tidak mood bertemu dengannya, "apa aku mengganggu waktumu?"
"Sedikit."
"Apa kamu ada acara?"
"Mungkin," Arlis menjawab seadanya, "ada apa? Waktuku tak banyak."
Faye membasahi bibirnya yang kering karena terkena angin, "aku telah memikirkan hal ini dengan sungguh-sungguh."
"Hal apa?"
"Soal perasaanku saat ini."
Arlis berkedip, dia sepertinya bisa menebak isi pikiran Faye, "soal perasaanmu sepertinya tidak lagi penting untukku."
"Tidak penting?"
"Iya, kau hanya ingin mengatakan hatimu masih untuk laki-laki di Indonesia sana."
"Bukan untuk laki-laki, tapi seseorang di negerimu yang aku kuatirkan."
Lagi-lagi pembahasan yang sama, Arlis semakin jengah, "butuh sebuah kegilaan untuk kembali ke negaraku."
"Iya aku tahu," Faye sedikit menunduk, "maka dari itu aku ingin menjadi bagian dari kegilaan itu."
Kening Arlis mengernyit, "mana bisa kau berbuat gila? Wanita terhormat seperti dirimu tidak akan mampu."
"Aku yakin mampu, meskipun ini sulit." Faye mengangkat pandangan, "Tuan Arlis, bisakah aku menjadi bagian dari keluargamu?"
"Apa maksudmu?" mendadak jantung Arlis berdegup kian kencang, tatapan Faye tidak sedang berlakon.
"Bisakah kau membuka hatimu untukku?"
"Aku tidak paham, atau mungkin aku salah dengar?"
"Aku tahu pasti seluruh keluargaku akan mengusirku dari rumah, tapi aku tidak peduli." Faye berusaha untuk membuang rasa malu yang selama ini ia pertahankan. "Tolong nikahi aku."
Butuh waktu beberapa detik bagi otak Arlis memproses kalimat Faye, "tunggu, aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba kau memintaku untuk menikahimu. Atas dasar apa?"
"Karena aku ingin menjadi orang Indonesia, aku ingin memulai hidupku di sana. Bersamamu."
"Tapi kau tidak mencintaiku, bagaimana bisa?"
"Aku belajar untuk mencintaimu."
"Cinta tidak untuk dipelajari, Nona. Perasaan cinta tak bisa dipaksa."
Kedua mata Faye berkaca-kaca, "aku pikir selama ini kamu menaruh hati padaku, apa aku salah menilai?"
"Itu dulu."
"Sekarang tidak?"
Kalau mau jujur, Arlis masih menaruh hati pada Faye, namun ia tidak mau tergesa-gesa menerima permintaan perempuan itu. Menikahi orang asing tidak semudah yang dibayangkan, "aku tidak mau mempermainkan perasaan, sekalipun itu perasaanku sendiri. Lagipula kita berbeda, secara keyakinan sangat jauh. Kau memiliki Tuhanmu, aku memiliki Tuhanku, sayangnya Tuhan kita berbeda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hawa (Perempuan Dalam Pelukan)
Roman d'amour[On going] Perempuan Jawa pada masanya hanya menjadi konco wingking para pria, Asmaranti menolak konsep tersebut meski langkahnya sangat berat menaklukkan hati Satyo yang ternyata telah menambatkan rasa pada wanita di ujung benua Eropa. Akankah Asma...