08_Sebiru Batu Safir

1.8K 336 458
                                    

Terima kasih, kalian keren!! Update setelah dua ratus lima puluh komentar.

..

Persiapan menuju kediaman keluarga Satyo telah dimulai sejak tadi siang. Bapak memakai setelan jas terbaik yang dipunya, Ibu dan Rini memakai kebaya supaya terlihat anggun, namun tidak dengan Asmaranti.

Perempuan itu berdiri mematut di depan cermin setengah badan, dielusnya baju terbagus yang ia punya. Pemberian Satyo sama sekali tidak ada cela, potongan serta rapinya jahitan menandakan jika harga yang harus ditebus tidak sedikit. Padahal dalam benak Asmaranti sedang bertanya-tanya, butuh berapa hari lagi dia bekerja di perkebunan untuk bisa melunasi baju yang ia pakai?

Atau mungkin Satyo hanya meminjamkan? Bisa jadi kan? Kalau upah yang ia terima selama dua minggu tidak sanggup memenuhi nilai baju yang melekat di badan, mungkin salah satu cara untuk selamat adalah dengan mengembalikan.

Tapi sayang sekali kalau tidak dimiliki, Asmaranti terlanjur jatuh hati dengan kain yang melekat di tubuhnya saat ini.

"Sudah cantik, Satyo pasti kesengsem."

Asmaranti mengerjap pelan, diamati punggung tangannya yang tidak segelap kemarin. Untung Satyo membelikan baju lengan panjang sehingga bisa menyembunyikan belangnya warna kulit karena efek terbakar sinar matahari.

"Pilihan calon anak mantu memang sip," Rini ikut mematut cermin di balik tubuh Asmaranti. "Aku tidak sabar untuk kalian segera menikah," ujarnya.

"Mas Satyo belum menentukan pilihannya, Mbak. Jangan berharap terlalu tinggi."

"Tidak perlu kata-kata untuk mengungkapkan penerimaannya kepadamu, Nti. Dari sikapnya saja terlihat jelas dia menaruh perhatian padamu, sama saja dengan menaruh hati kan? Kamu jadi perempuan harus peka."

Asmaranti membalikkan tubuh, ditatapnya wajah Rini yang terlihat lebih bahagia seolah sebentar lagi akan ada acara besar di keluarga mereka. "Bukannya perempuan butuh kepastian lewat kata-kata, Mbak? Untuk memastikan cintanya tidak bertepuk sebelah tangan."

Rini terlihat kaget namun tak lama lengkungan di sudut bibir telihat, "kamu sudah jatuh ke dalam pesona Satyo ya?"

Asmaranti menggeleng, "kuharap tidak.., sebelum dia benar-benar memberikan keputusan akan mengikat atau melepasku."

Rini menepuk pipi sang adik dengan lembut, "aku tau hatimu entah sekecil apapun telah dimiliki Satyo. Jujur, Nti. Mbak seneng kalau kamu bisa diterima dengan tangan terbuka di keluarga Wikraman."

"Aku tidak dijual kan, Mbak?"

"Hush! Kamu pikir Bapak setega itu?"

Asmaranti menggeleng, "kalau ternyata Ibu, Mas-Mas dan Mbakyunya Mas Satyo tidak menerimaku, bagaimana?"

Hawa (Perempuan Dalam Pelukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang