Update besok setelah tiga ratus komen, bisa?
..
Asmaranti tidak mengerti mengapa ia semudah itu jatuh dalam pesona Satyo. Bibirnya terkunci untuk mengatakan tidak, nafasnya tercekat karena menahan gejolak yang diakibatkan kecupan Satyo pada ceruk leher. Bahkan ketika binar laki-laki itu kembali menatapnya, Asmaranti justru memalingkan muka karena malu.
"Kalungnya semakin mempercantik lehermu," Satyo mengusap kalung pemberiannya yang kini melekat di leher sang istri.
"Mas yang pilih."
Satyo sedikit merasa terganggu dengan kehadiran kalung emas tersebut, "boleh kulepas?"
"Nanti malah hilang."
"Baju ini juga menghalangiku."
Suara berat Satyo membuat Asmaranti kian merinding, dia tidak siap melihat tubuh telanjang sang suami. Menggelengkan kepala ketika terjadi pergerakan di antara kedua kaki, paha Asmaranti merasakan milik Satyo menginginkan dirinya di balik celana yang masih melekat.
"Mara..," Satyo menyentuh pipi Asmaranti untuk mendapatkan persetujuan entah lewat verbal atau gerakan tubuh. "Lihat aku." Namun ketika mengatakannya, jemari Satyo pada tangan yang terbebas kian menjamah tubuh sang istri tanpa henti hingga turun menelusup di antara kedua paha mulus yang terpampang karena baju yang tersingkap.
Satyo kembali menyentuhkan bibir pada dada sang istri, dengan kedua mata terpejam, ia menikmati milik Asmaranti di dalam mulutnya. Ia tahu Asmaranti menikmati karena dada yang dibusungkan ke atas dengan rintihan putus-putus.
Saat membuka kedua mata, ia melihat Asmaranti terengah di bawah sentuhannya.
Puncaknya, bibir Asmaranti mendadak terbuka saat telunjuk Satyo mengusap lembut kedua puncak dada dengan sebuah pola melingkar berkali-kali, lalu desahan panjang keluar begitu saja dari mulut Asmaranti. Semakin lama semakin tak tahan, ia merasakan ledakan di bawah tubuhnya, nafasnya kian berat meski sang suami belum memasukinya sama sekali.
Satyo membiarkan Asmaranti kehilangan kesadaran beberapa saat, dikecupnya bibir sang istri untuk kembali memanggilnya ke dunia nyata. "Mara?" ucapnya saat Asmaranti membuka kembali membuka kedua mata.
"Aku.., kenapa?" Asmaranti tidak paham dengan tubuhnya yang memberikan respon aneh. Selama ia hidup, baru kali ini ia merasakan sensasi yang membuatnya kehilangan kata-kata ketika Satyo menguasai.
Mengusap kening Asmaranti yang mulai dihiasi buliran keringat, Satyo lantas bergeser dengan dua lengan menumpu di kedua sisi agar tidak menindih tubuh mungil sang istri. Namun ketika ia akan memulai lagi aksinya, tanpa diduga terdengar suara handel pintu digerakkan.
"Mama?"
Spontan Asmaranti kembali mendapatkan kesadaran yang sempat berlarian, "Anne?"
"Bukan," Satyo tidak yakin anak itu terbangun.
Ceklek!
"Mama....,"
Bersamaan dengan derik pintu dibuka, Asmaranti refleks mendorong tubuh Satyo dari atas tubuhnya, dikancingkan baju yang sudah terbuka lebar mempertontonkan dadanya yang terekspos karena ulah Satyo. "Adek?" buru-buru ia membetulkan rok yang tersingkap.
Bagaimana dengan Satyo?
Laki-laki itu pura-pura tertidur meski tidak dapat dipungkiri nafasnya terengah saking kagetnya Anne datang tanpa aba-aba. Seharusnya ia mengunci pintu tadi, inilah mengapa saat akan melakukan hubungan intim diperlukan kewaspadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hawa (Perempuan Dalam Pelukan)
Romance[On going] Perempuan Jawa pada masanya hanya menjadi konco wingking para pria, Asmaranti menolak konsep tersebut meski langkahnya sangat berat menaklukkan hati Satyo yang ternyata telah menambatkan rasa pada wanita di ujung benua Eropa. Akankah Asma...