Perdebatan kembali terjadi di dalam rumah mewah, Keynal sangat marah ketika ia pulang ke rumah tidak mendapati putranya di rumah. Hampir setengah jam menunggu namun Aran tak juga pulang sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 11 lebih.
Veranda meremas tanganya khawatir, matanya tak berhenti menatap kearah pintu utama, menunggu kepulangan Aran. Beberapa kali Veranda mencoba menghubungi namun Aran tak juga mengangkatnya, itu yang menjadi penyebab kekhawatiran Veranda, ia sangat takut sesuatu tidak di inginkan terjadi pada putranya.
"Kamu pulang atau pergi tidak ada bedanya Ve, kamu tidak bisa mendidik anak kamu.
Kamu di rumah tapi kamu bahkan tidak tau Aran pergi kemana."Veranda hanya diam dan masih terus menghubungi Aran, Veranda sama sekali tidak peduli dengan suaminya yang sedari tadi mara-marah tidak jelas. Terlalu sering seperti itu sampai ia pun sudah terbiasa, hanya saja ia tidak akan terima jika Keynal sampai menghina anak-anaknya.
"Emang dia gak bilang mau pergi kemana? Jangan karena besok libur dia bisa pulang seenaknya."
"Izinya tadi mau pergi sama Zee, tapi Zee udah pulang tadi. Sabar Pah, mungkin dia masih ada urusan."
Keynal menepis tangan Veranda yang mengusap bahunya lalu berdiri "Urusan apa? Urusan yang gak berguna, apa yang bisa di lakuin anak nakal seperti dia selain membuat masalah."
"Pah, Aran itu anak kamu loh, kok bisa kamu ngomong gitu?" Veranda ikut berdiri dan menatap Keynal begitu kesal, Veranda sakit hati dan tidak terima bila ada yang menjelekkan anaknya. "Jangan karena Aran tidak bisa memenuhi ekspektasi kamu, kamu lihat dia berbeda, setiap anak punya kepintarannya masing-masing."
"Pinter apanya, dia bahkan sama sekali tidak berprestasi. Kalau bukan karena kuasa aku di sekolah mungkin dia tidak akan naik kelas. Kamu ibunya tapi kamu sendiri gak tau seberapa sering dia mendapat surat peringatan."
"Prestasi gak hanya soal akademik Keynal, Aran punya bakat di luar itu. Anakku, dia pandai bermain alat musik, dia jago nyanyi, basket, dan bela diri, apa kamu tau Aran sedang mengembangkan kemampuannya dengan ikut nyanyi di cafe cafe." Veranda menggelengkan kepalanya karena tau Keynal tidak akan pernah mau tau perkembangan Aran selain nilai-nilai pelajaran di sekolahnya."Anakku berbakat, tapi kamu aja yang gak pernah mau lihat." Meski sering menghabiskan waktu di luar bukan berarti Veranda lepas tanggung jawab, ia tetap memantau dan memastikan anaknya berada di lingkungan yang tepat.
Keynal tersenyum sinis, lucu jika keturunannya akan melenceng dan terjun ke dunia seperti itu.
"Terus dia mau jadi penyanyi gitu?" Keynal menatap Veranda tak kalah sengit, "Menjadi penyanyi tidak akan membuat dia terlihat hebat, hasil dari dia manggung sebulan tidak seberapa dari uang yang tiap harinya aku transfer ke dia, wajar kalau aku menginginkan dia menjadi seperti yang aku mau.""Apa yang kamu mau dari Aran? Kamu pengen dia senurut Zee,
Atau sepintar Cindy?"Keynal menatap Veranda yang terlihat sangat marah, alasan utama ia sering bertengkar dengan istrinya adalah karena Aran. Kenapa Veranda harus selalu membela anak yang tidak tau caranya mengormati kedua orangtuanya.
"Kamu membandingkan Aran dengan Cindy, kamu kahilangan Cindy sehingga kamu menuntut Aran untuk jadi pintar seperti kakaknya. Apa kamu sadar kelakuan kamu yang seperti ini bukan hanya buat kamu kehilangan Cindy tapi kamu juga akan kehilangan Aran, Keynal." ucapnya dengan penuh emosional, menggebu dan penuh amarah. Veranda menunjuk Keynal,
"Cindy pergi karena kamu, sikap tempramen kamu yang akhirnya buat putriku tertekan lalu pergi.""Cindy pergi karena kesalahannya, dia memepermalukan keluarga besar kita dengan aib yang dia bawa."
Plak...
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE (END)
Teen FictionSebuah janji yang teringkari, cinta yang di paksa berhenti, dan rindu yang harus di pendam sendiri.