"Loh Aran, kok udah sekolah sih kamu?" Fiony menghampiri Aran yang baru saja keluar dari mobil, Fiony sedikit tersenyum membalas sapaan dari supir yang mengangtarkan Aran.
"Emang kenapa, aku udah sembuh kok." Aran tersenyum seraya merapikan seragam sekolahnya.
"Tapi kan harusnya kamu istirahat dulu, Aran."
"Aku gak perlu istirahat Fio, aku udah kuat dan ak-Awww sakit Fiony." Aran berteriak merasakan pukulan di punggungnya, Aran menatap Fiony yang sedang menatapnya dengan remeh."Ngapain sih Fio, sakit tau."
"Katanya udah sembuh, udah kuat, baru di pukul dikit aja teriak," Fiony memeletkan lidah untuk mengejek, kemudian berjalan melawati Aran untuk masuk kedalam sekolah setelah sebelumnya mereka berdiri di luar gerbang. Fiony terus melangkahkan kakinya meski tahu Aran berjalan mengikuti langkahnya.
"Tau gak Fio, tadi Papa aku kerumah sakit. Dia marah-marah waktu Mama mau bawa aku pulang, hahaha lucu banget."
Diam-diam Fiony tersenyum, setelah sekian lama ia kembali mendengar kekehan itu lagi meski ia tidak tahu betul apa arti dari kekehan itu.
"Kenapa ya aku di paksa ikut sama dia padahal selama ini aku tidak merasa di butuhkan, bahkan Papa terkesan tidak peduli." ucapnya tanpa menghentikan jalanya.
"Terus kamu jadinya ikut Papa?" di tengah undakan tangga menuju lantai 2 Fiony menghentikan langkahnya, tubuhnya berbalik, menatap Aran berdiri di bawahnya. "Udah baikan sama Papa kamu?"
"Aku masih tinggal disana bukan berarti aku ikut Papa, dan
pukulan malam itu aku terima sebagai hukuman. Soal baikan aku tidak tahu, dia tidak menunjukan hal baik itu.""Terus kenapa kamu gak coba untuk memulainya, aku yakin hubungan kalian gak akan seburuk itu kalau salah satu dari kalian menurunkan ego." Fiony sedikit tersenyum membalas sapaan siswa yang melewatinya.
"Gak akan semudah itu Fio, kita udah terlalu jauh." Aran menepi memberi jalan siswa lain untuk lewat, "Setelah kesalahan yang aku lakukan aku cukup berterima karena masih di anggap anak."
Aran mendongak sedikit menatap wajah Fiony yang sedikit lebih tinggi karena gadis itu berada dua langkah dari tangga yang ia pijaki.
"Ternyata benar, gak ada orang tua yang bener-benar tega mengusir anaknya terlepas dari apapun yang terjadi." Aran menyandarkan tubuhnya pada pembatas tangga, bibirnya terangkat membalas senyuman dari Fiony."Gak ada luka yang bertahan selamanya, bahagia itu akan datang dan kamu tinggal nunggu waktunya."
Tidak ada perubahan, setiap kalimat yang Fiony ucapkan selalu mampu jadi penenang hatinya. Aran menatap Fiony, "Makasih ya Fio, kamu udah nguatin aku dan buat aku percaya bahwa aku gak sendiri di dunia ini." Aran mendekati Fiony tanpa memudarkan senyumnya di wajahnya, sampai tangannya terulur untuk merapikan poni gadis itu. "Bahagia terus ya Fio, aku gak akan terima kalau ada yang nyakitin sahabat aku ini."
Fiony menganggukkan lalu menepis tangan Aran dari kepalanya, bukanya merapikan pria itu malah akan merusak tatanan poninya.
Aran terkekeh dan melanjutkan jalannya mengikuti Fiony, Aran tak akan lupa dengan kebaikan yang gadis itu berikan. Selama di rumah sakit, terhitung Fiony yang paling sering menamainya, merawatnya meski harus di selingi petuah petuah yang terkadang menjengkelkan. Fiony gadis yang baik, Zee tidak akan rugi memperjuangkan gadis seperti Fiony.
"Chika, Aran udah masuk sekolah loh." ucapan spontan dari bibir Eli langsung mendapat respon pelototan mata dari Freya dan Flora, sedangkan Olla hanya menggelengkan kepalanya lalu melempar pandangan pada Chika yang sedari tadi asik membaca buku paket padahal posisi mereka sedang berada di kantin. Apa gak pusing seharian belajar terus?
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE (END)
Teen FictionSebuah janji yang teringkari, cinta yang di paksa berhenti, dan rindu yang harus di pendam sendiri.