13

1.7K 234 40
                                    

Aran meraih tas sekolah dan segera keluar dari kamarnya. Hari ini adalah hari Senin dan ia di paksa bangun pagi agar tidak lagi terkena hukuman, belum lagi nanti ia harus menjemput Chika. Aran berjalan tergesa menuruni tangga seraya mengancingkan seragam sekolahnya, sesekali melirik jam di tangan,
Memastikan jika masih ada waktu untuk menjemput Chika. Sampai di ujung langkahnya mulai memelan, pandangnya terpaku pada meja makan yang kini terisi lengkap keluarganya. Pemandangan yang sangat langkah, Aran bahkan lupa kapan terakhir melihat Mama Papa nya makan di satu meja yang sama.

"Mama, itu Kak Alan udah angun." Kathrina tersenyum lebar menunjuk Aran yang masih berdiri di sana.

Aran tersenyum membalas lambaian tangan adiknya, dengan segera kakinya bergerak mendekat. Aran memeluk sebentar Kathrina dan mencium lembut kedua pipi adiknya sebagai sapaan seperti biasa.

"Baru aja Mama mau panggil kamu Sayang, yuk sarapan dulu sebelum berangkat."

"Ini siapa yang masak?"

"Mama dong, lihat Mama juga buatin telur sambal balado kesukaan kamu, kamu makan yang banyak ya biar semangat sekolahnya." Veranda menuntun Aran untuk duduk di samping Kathrina, mengambil satu piring dan langung mengisinya dengan nasi, "Segini cukup?"

"Cukup kok Mah, makasih ya."

Veranda tersenyum dan mengangguk, kembali duduk di kursinya yang berhadapan dengan Aran. Veranda melirik suaminya yang tak bersuara daritadi, entah dengan cara apalagi agar Keynal bersikap sedikit hangat.

"Oh iya Sayang, nanti pulang sekolah kamu langsung pulang kerumah ya, soalnya Mama ada pemotretan di Bintaro, setelah selesai Mama janji akan langsung pulang."

"Iya Mah."

Veranda tersenyum karena Aran mulai paham dan mengerti keadaanya. Veranda yakin jika perlahan keluarganya akan kembali hangat, semalam juga ia memikirkan untuk tidak memperpanjang masa kontraknya. Setelah tidak menjadi model Veranda akan lebih fokus pada keluarganya.

Aran melahap satu suapan dan terdiam, mengunyah dengan pelan, mengecap setiap rasa yang ada, Aran menatap Veranda lalu tersenyum,
tidak ada yang berubah, mamanya selalu bisa memanjakan lidahnya, masakan Veranda lebih enak daripada masakan restoran yang biasa ia makan. Dan Aran begitu sangat merindukan masakan mamanya.

Boleh Aran kembali menaruh harap? Momen ini, Aran ingin selalu merasakannya, meskipun Papanya tidak menunjukan kehangatan setidaknya mereka bisa berkumpul meski hanya untuk makan.

Setelah menghabiskan nasi dan susunya, Aran berpamitan. Aran menaiki motornya dan melenggang keluar dari rumah, laju motornya memelan ketika mendapati Fiony yang juga baru keluar dari gerbang rumah.

"Hai Fio, mau berangkat sekolah?" Aran berhenti untuk sekedar menyapa tetangga sekaligus sahabat kecilnya, jika di pikir-pikir, setelah kepindahan gadis itu ia belum banyak mengobrol, tentu saja karena banyaknya masalah yang datang di hidupnya.

"Masih aja pakai pertanyaan itu. Kalau mau nyapa tuh harusnya 'Hai Fio, selamat pagi' gitu."

Aran terkekeh pelan karena Fiony berhasil mematahkan basa basinya. Aran menatap ke dalam rumah Fiony dan tidak mendapati satupun mobil disana.

"Papa udah berangkat, mau pake mobil Bunda tapi ban nya bocor, jadi aku harus berangkat pakai taxi." ucap Fiony seakan menyadari arti pandangan Aran. Tak berselang lama terdengar suara bising motor di belakang Aran lalu berhenti di sampingnya.

Di pengendara membuka kaca helmnya dan langsung melempar senyum. "Hai Fio, selamat pagi!" Zee menyapa tanpa memudarkan sedikit senyumnya, menoleh ke samping dan langsung memudarkan senyumnya. "Ngapain lo disini Ran?"

PROMISE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang