Terbuka album semasa duduk di bangku SMA maka terlihatlah samar kilas di baliknya. Hari itu, langit terlihat sedang murung, gelap mendungnya mulai mengeluarkan rintik hujan. Masih teringat jelas pula seorang pria berseragam putih abu yang rela seragamnya basah terkena hujan demi melindungi sesosok gadis yang tidak menerima tempat meneduh di halte karena penuh.Suaranya yang seolah mengimbangi berisiknya air hujan terdengar menawari gadis itu untuk ikut pulang bersamanya menggunakan mobil jemputan, dengan senyum malu-malu sang gadis pun menerimanya.
Dan hari itu, menjadi hari paling menyakitkan melihat sang mantan kekasih bersama gadis lain, hatinya bahkan mungkin lebih patah
dari sang langit menyadari bahwa dirinya sudah terganti.Amira Fatin, yang dengan tidak relanya harus melihat Aran, mantan kekasihnya dekat dengan gadis yang akhir akhir ini ia cari tahu bernama Yessica Tamara. Gadis itu sangat cantik, terlihat pintar dengan perilaku yang lembut, mungkin karena hal itu Aran bisa begitu cepat move on darinya yang merupakan gadis tomboy.
Hubungan keduanya berjalan sangat manis, bukan dirinya dengan Aran, melainkan Aran dengan Yessica. Dan setelahnya kabar menyakitkan itu kembali terdengar, Aran dan Chika resmi berpacaran dan di gadang gadang kan sebagai couple gols di sekolah mereka, SMA 48 Jakarta, padahal Mira tau bahwa keduanya baru dekat sekitar 2 minggu.
Tak ada jalan lain selain mundur, perlahan Mira mulai belajar mengikhlaskan, lagipula putusnya hubungan mereka juga karena di sebabnya dirinya sendiri, dirinya yang terlalu bodoh mengambil keputusan.
"Udah hampir 10 tahun Mir, Aran sama Chika juga udah nikah, udah mau punya anak malahan, lo ngerepin apaan?"
Mira menoleh pada pria yang barusan duduk di sebelahnya, melempar tersenyum lalu menutup album yang ia temukan di rumah Badrun, kakak kelasnya dulu di SMP. Orang yang sangat berjasa dalam proses move on-nya.
"Engga kok, gue juga ikut bahagia lihat mereka bisa sama-sama lagi."
Badrun tertawa singkat, agak kurang percaya dengan ucapan adik kelasnya ini, namun ia sudah lebih dari kata bersyukur melihat perubahan Mira yang sekarang. Gayanya udah agak sedikit anggun, merah merah eyeshadow mulai menghiasi di sekitar kelopak matanya, cantik, meskipun tanpa itu semua Mira sudah sangat cantik di matanya. Dan yang paling penting Mira sudah tidak ada perasaan apapun lagi pada Aran.
"Enak banget ya jadi Aran, udah dapet istri cantik, di gamonin pula sama spek bidadari, jujur gue iri Mir."
"Fiony emang cantik sih."
"Tapi yang gue maksud Lo sih Mir, Amira Fatin." Badrun tertawa keras menerima pukulan dari Mira, tentu ia hanya bercanda, Mira sudah tidak menganggap Aran segalanya, "Aran sama Onil ngajakin ngegame nih, join gak Mir?"
"Benarkah?" Mira ikut melihat isi hape Badrun yang memperlihatkan ajakan Chat dari Aran, lalu melihat jam yang sudah pukul 10 malam, "Pantes aja Chika sering marah, tuh orang bukanya pulang kerja istirahat, berdialog nemenin Istri malah main game." Mira tersenyum sembari menggelengkan kepala, merasa lucu bila mengingat Aran pernah di diemin Chika seminggu setelah pernikahan karena sering di tinggal ngegame.
"Aran emang gak ada kapok kapoknya, tunggu aja ntar juga palingan curhat di suruh tidur di luar sama Chika."
Belum sampai satu menit Badrun berbicara satu pesan masuk dari Aran, tawanya meledak saat itu juga membaca curhatan Aran yang mengatakan bahwa Chika tidak berhenti mengomel karena nyidamnya yang belum di turuti.
"Nadhif aja rela mengarungi 7 laut samudera, mendaki pegunungan himalaya buat kekasihnya, lah kamu apa? Di suruh nurutin istri nyidam udah ngeluh gak karuan." Chika melirik Aran dari atas ranjang, terlihat suaminya yang seolah menulikan telinganya untuk tidak mendengar berbagai macam sindiran yang telah ia lontarkan sebagai luapan kekesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE (END)
Novela JuvenilSebuah janji yang teringkari, cinta yang di paksa berhenti, dan rindu yang harus di pendam sendiri.