Flashback
Senin pagi, setelah upacara di bubarkan. Chika berjalan keliling koridor mencari Aran yang sejak pagi menghilang dari jangkau pandangnya. Setelah mengantarnya ke kelas Aran tidak lagi bisa di hubungi, Chika harap pria yang telah menjadi kekasihnya itu tidak lagi membuat masalah.
"Ish, ini Aran kemana sih?" Chika menghela napas ketika langkahnya berhenti di lorong perpustakaan, bener bener di ujung gedung sekolahnya.
Setelah lelah berkeliling hampir 20 menit sosok yang di carinya itu tak kunjung di temukan, Chika hampir saja menyerah ketika sayup sayup ia mendengar obrolan di belakang gedung perpustakaan. Tanpa ragu langkah kakinya mendekat, namun ia tak melihat sesiapapun disana selain rumput bergoyang. Hingga hidungnya mencium aroma tembakau di susul suara batuk seseorang di atas pohon mangga.
"Zee, jangan batuk anjir nanti ketahuan." Aran membekap mulutnya Zee, ia tidak sadar jika di bawah sudah ada seseorang yang siap menceramahinya dua hari dua malam.
"Ya maap, bau asap kalian tuh bikin gue batuk."
Chika bercak pinggang seraya menggelengkan kepalanya. Lelah ia mencari ternyata sosok kekasihnya malah asik nangkring diatas pohon semberi menikmati batang rokoknya. Chika tidak habis pikir, apa enaknya benda itu sehingga hampir para siswa menyukainya, bukanya menyehatkan justru malah akan merusak paru-paru.
"Di cari dimana ternyata disini. Bagus banget bukanya ikut upacara malah bolos disini." suara lantang dari Chika berhasil mengejutkan mereka semua. Aran menengok ke bawah dan terbelalak, tubuhnya nyaris saja terjatuh jika tidak dengan cepat bertahan pada dahan pohon. Aran menengguk kasar ludahnya, tatapan dari Chika membuat nyalinya menciut. Kenapa Chika bisa tau ia ada disini.
"Ada Chika ada Chika, kabur weh kabur." kelewat takut, Onil dengan gesit bergelantungan di dahan pohon dan meloncat, di susul Adey yang tak kalah cepatnya meloncat ke bawah. Mereka bener benar takut terkena amarah Chika, sang ketua OSIS yang terkenal sangat galak.
"Ran ini gue gimana turunya." Zee menatap khawatir Aran yang malah diam tak bereaksi, Zee mendenggus kesal lalu kembali menatap Chika. Untuk saat ini ketakutannya melihat Chika lebih besar dari rasa takutnya untuk turun. Dengan modal keberanian yang di paksakan akhirnya Zee berhasil melompat turun meski harus tersangkut dulu.
"Mampus, gue Chika marah."
"Ngapain masih diatas, turun!" Chika menunjuk Aran yang malah tak bergerak diatas sana sedangkan teman-temanya sudah lebih dulu kabur ketika melihatnya.
"Aku tadi diajak Onil, pliss jangan marah." Aran lebih memilih kena amuk Bu Meki ketimbang harus menghadapi Chika mode singa betina.
"Turun dulu Aran nanti kamu jatuh."
Tidak ada pilihan lain selain menurut, Aran mengambil ancang ancang untuk turun dan...
Hap.
Tubuhnya mendarat sempurna tepat di depan Chika. Aran memaksakan senyumnya ketika menyadari sorot mata Chika masih dingin padanya.
"Ngapain tadi diatas, lihat ini kotor banget seragam kamu." Chika menepuk berulang kali kedua bahu Aran, membantu membersihkan seragam Aran yang sedikit kotor. "Kurang kurangin deh Ran nakalnya, tadi kalau kamu jatuh gimana coba."
Aran tak dapat menahan senyumnya, meski terlihat marah kekasihhnya ini masih memerhatikannya. Tidak ada yang lebih beruntung baginya bisa memiliki seorang Yessica Tamara, seorang gadis yang banyak menjadi di incara di sekolah. Sang ketua OSIS yang memiliki paras rupawan yang mampu menarik perhatian.
"Apa kamu senyum-senyum?" Chika mendelik tajam.
"Kamu cantik."
Jawaban spontan itu mampu memberikan semburat merah di pipi Chika, jika saja Chika tidak sadar jika ia dalam mode kesal mungkin bibirnya akan menciptakan senyuman. Aran, kekasihnya itu selalu mampu membuat dadanya bergemuruh hanya dengan gombalan gombalan recehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE (END)
Teen FictionSebuah janji yang teringkari, cinta yang di paksa berhenti, dan rindu yang harus di pendam sendiri.