66

3.1K 80 26
                                    

Rafael dengan mata yang masih terpejam, ia meraba sampingnya mencari Rachel. Namun, ia tak menemukannya sama sekali, dengan terburu-buru ia bangun dari tidurnya. Ia melihat sekelilingnya, ia hanya merasakan kekosongan.

Rafael turun dari tempat tidur "Rachel, kamu dimana?".panggil rafael

Rafael terus mencari rachel, ia membuka pintu kamar mandi. Tapi, ia tak menemukan rachel.

Rafael dengan perasaan yang campur aduk, ia terus mencari rachel. Saat akan membuka pintu ruangan, seseorang terlebih dahulu membukanya.

Setelah melihat siapa yang membuka pintu, Rafael segera memeluknya dengan erat.

Rachel mematung beberapa saat, ia terkejut dengan pelukan tiba-tiba yang diberikan oleh rafael. Sedangkan Cellyn hanya menggelengkan kepalanya, lalu meninggalkan keduanya.

"Kamu kemana aja? Aku cariin dari tadi, aku pikir, kamu mau ninggalin aku".ucap rafael dengan suara yang sedikit gemetar.

Sejak saat itu, Rafael lebih sensitif jika menyangkut rachel. Entahlah, rasanya seperti masih ada ketakutan dalam dirinya. Ia takut jika yang terjadi saat ini hanya sebuah mimpi.

Rachel membalas pelukan Rafael "aku tadi dari terapi sama bunda"

"Kenapa gak bangunin aku?"

"Maaf, aku gak mau ganggu tidur kamu, kata bunda, selama aku koma, kamu jarang banget istirahatnya"

Rafael mengurai sedikit pelukannya lalu merapikan poni rachel yang sudah hampir menutupi matanya "lain kali, mau aku tidur atau apapun itu, bangunin aku. Aku panik, waktu bangun tidur gak ada kamu. Aku takut, kalau semua yang aku rasain sekarang cuma mimpi".ucap rafael dengan mata yang berkaca-kaca

Rachel menatap rafael lalu memeluknya erat. Keduanya saling berpelukan tanpa memperdulikan seseorang yang sudah mendumel sejak tadi.

"Bisa gak sih pelukannya didalam aja! Jangan di pintu gini mana pake acara mewek-mewekan segala lagi".dumel seseorang yang masih menggunakan seragam sekolah

Rachel memutar wajahnya melihat seseorang yang sudah mendumel sejak tadi.

"kok, lo disini sih? Kan masih jam sekolah? Bolos lo ya!".rachel memicingkan matanya curiga

Seseorang itu memutar matanya malas "enak aja lo! Udah pulang ya, kan hari ini cuman ujian doang"

Rachel mengangguk paham, rafael yang hanya menatap seseorang itu dengan jengah.

"Aakkh".teriak rachel, ia terkejut rafael dengan tiba-tiba menggendongnya.

"Kamu ngagetin tau gak".dumel rachel

Rafael menyengir "maaf"

"Bisa gak sih, jangan mesraㅡ" "Jena! Lo kok ninggalin kita sih?"

Yaps. Sedari tadi mendumel adalah jena.

"Kalian lama, ya udah gue tinggalin aja!"

"Gak ada akhlak lo!".kesal Rina

Sita yang datang bersama Rina tak menghiraukan keduanya, ia menatap rachel dengan mata yang berkaca-kaca.

Rachel tersenyum lalu merentangkan tangannya. Sita dengan cepat masuk kedalam pelukan rachel.

"Gue kangen banget sama lo".ucap sita dengan terisak

"Gue juga kangen sama lo".ucap rachel dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajahnya

Rachel mengelus pelan perut sita.

"Udah berapa minggu?".bisik rachel dengan pelan membuat sita membeku.

Sita mengurai pelukannya lalu menatap rachel dalam. Seolah-olah berkata "lo tau darimana?"

Rachel tersenyum lalu mengelus tangan sita "Lo gak bisa sembunyiin apapun dari gue. Kenapa sit? Kenapa gak bilang sama daniel? Lo takut? Gak ada yang perlu lo takutin. Semua akan baik-baik aja. Jangan lari dari masalah ya".ujar rachel

Sita menundukkan kepalanya, air matanya sudah tak terbendung lagi. Beberapa hari belakangan ini. Ia bingung, pikirannya berkecamuk. Ia takut, mengatakan semuanya, takut kalau semuanya diluar ekspektasinya. Ia takut orang-orang akan membencinya dan paling ia takutkan adalah mengecewakan kedua orangtuanya.

"Rachel! Gue kangen banget sama lo!".ucap Jena dan Rina lalu memeluk rachel dengan erat membuat rachel hampir terdorong kebelakang.

Rafael yang melihat itu langsung melototkan matanya lalu memisahkan rina dan jena dari rachel.

"Bisa gak sih pelan-pelan! Kalau kalian mau rusuh mending keluar dari sini!".kesal rafael

Rina dan Jena menatap rachel dengan perasaan bersalah.

Rachel menatap dan mengelus pelan tangan rafael seolah berkata "aku gak papa kok"

"Tadi aja lo ngedumel, sekarang baru ngomong kangen sama gue! Lo bohong nih".canda rachel pada jena untuk mencairkan suasana.

"Itukan karena gue kesel! Baru juga mau ketemu lo, malah disuguhin keuwuan! Ya gimana gak ngedumel gue!".ujar Jena malas

"Lo gak kangen sama gue?".ucap Rina sedih

Rachel merentangkan tangannya "Gue kangen banget sama lo"

Rina memeluk rachel "maafin gue, gue bukan sahabat yang baik ya?".isak rina, ia merasa bersalah, pasalnya sebelum kejadian menimpa rachel. Ia menghindar dari sahabat-sahabat. Bukan karena marah, hanya saja ia dalam keadaan yang kurang baik.

"Gak papa, gue paham kok. Lo waktu itu lagi butuh waktu untuk sendiri"

Rina tak menjawab ia hanya terisak, selama ini rachel selalu tau apa yang ia rasakan. Tanpa bertanya rachel selalu tau apa yang ia rasakan.

"Udah dong, jangan nangis. Masa lo sama sita mau saingan sih nangisnya?"

"Weeh, ada apa nih. Sita sama Rina nangisnya kenceng banget".ujar seseorang dengan pakaian sekolah yang sudah terlihat berantakan.

"Bacot! Anj".ucap sita membuat seseorang itu menganga. Pasalnya sita bukan tipe orang yang gampang mengeluarkan kata-kata kasar

Rina yang juga sudah bersahabat lama dengan sita menganga tak percaya. Ia mengusap air matanya.

"Lo kok ngomong kasar sih? Siapa yang ngajarin".tanya rina

"Wah, pasti ajarannya si daniel nih!".ucap Samuel

"Lo aneh deh sit, gue perhatiin dari kemarin-kemarin. Sensitif banget lu kek ibu hamil".ujar Jena

Ucapan jena membuat ruangan yang tadinya berisik menjadi senyap. Sita dengan gelagat yang aneh membuat seseorang yang sedari tadi menatapnya menjadi curiga.

Sita menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia baru saja ingin berkata namun matanya tak sengaja bertemu dengan daniel. Membuatnya merasa mual.

Sita membekap mulutnya lalu berlari menuju kamar mandi.

"Nah kan, aneh deh. Jangan-jangan beneran hamil lagi".ujar Jena

Plak

Rina memukul tangan Jena dengan keras"jangan sembarangan kalau ngomong!"

"Lah salah gue dimana?, kan gue cuman ngomong!"

Pikiran daniel semakin berkecamuk, ia segera menyusul sita. Rachel dan rafael hanya saling padang.

Tak lama kemudian, sita keluar dari kamar mandi. Disusul oleh daniel, keduanya seperti sedang perang dingin.

"Chel, gue balik duluan ya. Badan gue gak enak". Pamit sita

"Iya gak papa, cepat pulih ya sit, banyakin istirahat. Makasih udah jengukin gue".ujar rachel

"Kayak sama siapa aja lo!, lo juga cepat sehat, biar kita bisa ngumpul bareng lagi"

Rachel mengangguk, sita keluar dan disusul oleh daniel. Membuat yang lain semakin keheranan melihat tingkah sita dan daniel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang