48. Jena

1.1K 44 0
                                    

Kelas XI IPA 1 sedang pelajaran olahraga. Kali ini mereka hanya akan mengambil nilai praktek. Rachel menunggu gilirannya, nama yang di panggil secara acak.

Setelah lama menunggu akhirnya rachel menyelesaikan pengambilan nilainya. Ia segera mengganti seragamnya di ruang ganti yang memang khusus disiapkan disekolah ini.

Setelah selesai, ia segera menuju toilet. Untuk merapikan penampilannya. Saat sampai disana ia melihat anak dari Aditya. Disini hanya ada mereka berdua.

Gadis itu menatap tajam Rachel "Gue selama ini baik sama lo! Tapi kalau lo makin ngelunjak, gak akan gue biarin gitu aja"

Rachel menaikkan alisnya "Maksud lo?"

"Lo gak usah pura-pura bego! Gara-gara lo papa gue berubah! Lo jauhin keluarga gue dasar anak haram!"

Rachel mengepalkan tangannya "Selama gue tau! gue bukan bagian dari keluarga Artama, gue udah menjauh sejauh mungkin dari jangkauan mereka! Itu karena apa! Karna gue ngehargain perasaan lo!".Tekan Rachel

"Halah bacot! Sekali lagi gue liat lo berhubungan sama keluarga gue! Apalagi sama papa gue. Gue akan bongkar kalau lo cuman anak haram yang gak tau siapa bapaknya! Dan gue akan ngambil semua yang lo punya!"

Rachel tersenyum sinis "yakin lo bisa ambil semua apa yang gue punya? Sedangkan sekarang aja lo udah ketarketir kalau bokap lo udah gak peduli sama lo. Itu baru 1 yang gue punya dan lo dengan pedenya bilang mau ngambil semuanya? Haha! bangun dari mimpi lo bestie!" Sarkas Rachel

Gadis itu mengepalkan tangannya dengan wajah yang sudah memerah menahan amarah. Ia segera keluar dari toilet dan membanting pintu.

Rachel melunturkan senyum sinisnya. Ia menatap wajahnya dikaca. Lalu menghela nafasnya kasar.

"Keluar! Gue tau lo didalem".ucap Rachel entah pada siapa.

Seorang gadis keluar dari bilik toilet menatap rachel dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Chel, maaf gue gak bermaksud buat nguping".ucapnya tak enak

"Gak papa ta, gue ngerti. Lo udah taukan fakta tentang gue? Sekarang terserah lo, kalau lo mau ngejauhin gue. Gak masalah ta".lirih rachel

Sita dengan perasaan berkecamuk, memeluk rachel dengan erat. Lalu menggeleng keras "gue gak akan jauhin lo! lo sahabat gue chel"

Rachel membalas pelukan sita.

Setelah beberapa menit mereka melepaskan pelukannya.

"Jadi ini alasan lo ngejauh dari kita-kita?"

"Lo pegang tangan gue dong, gue suka kalo lagi ngobrol lo pegang tangan gue" Rachel mengulurkan telapak tangannya pada sita. Ia melakukan ini hanya ingin tau apa yang sedang ada dalam pikiran sita. Ia hanya takut mendapat teman yang lain dimulut lain dihati. Ia percaya sita bukan orang seperti itu. Tapi, ia hanya ingin lebih meyakinkan hatinya.

"Maaf ya chel, gue gak tau kalau lo lagi ada  masalah kayak gitu"

"Santai ta, gue gak papa kok"

Sita mengangguk tak tau mau berkata apa lagi. Lalu beberapa saat terdiam dengan tangan yang masih menggenggam.

Rachel menggaruk kepalanya yang tidak gatal "hhmm ta, gue boleh ngomong gak?"

Sita mengernyit lalu mengangguk.

Rachel mengehela nafasnya "Ini mungkin bukan ranah gue, gue cuman mau ingetin lo sebagai sahabat. Itu kalau lo masih mau nganggep gue. Gue tau lo udah ngelakuin dalam keadaan yang gak sadar. Kalian sama-sama dalam keadaan mabuk kan?. Meskipun begitu bisa aja dia hadir ta. Cukup gue yang rasain gimana beratnya ngejalanin hidup gue, yang orang-orang gak tau siapa bokap gue. Mereka nganggap gue aib ta"

"Terima lamaran dia ta, jangan ngehindar. Jangan ulangin kesalahan nyokap gue yang pergi dari bokap gue karena kesalah pahaman. Walaupun sekarang mereka kembali bersama. Tapi tetap aja, fakta bahwa gue lahir tanpa seorang ayah berdampak besar bagi gue".lanjutnya

Sita menatap Rachel dengan mata yang berkaca-kaca. Perasaan campur aduk yang ia rasakan seperti menguap saat ini. Ia butuh teman cerita, butuh seseorang yang merangkulnya saat ini.

Rachel memeluk sita erat, mengelus punggungnya untuk menenangkan. Sita menangis meluapkan segala kegelisahannya.

Setelah tangisnya mereda mereka mengurai pelukannya. Rachel menghapus air mata sita.

"Sekarang gimana ? Udah lega?".tanya rachel

Sita mengangguk lalu tersenyum hangat "Makasih chel, lo udah buka pikiran gue"

Rachel mengangguk lalu tersenyum "gue harap lo bahagia ta".ucapnya mengelus punggung tangan sita.

"Lo juga chel! Gue beruntung punya sahabat kayak lo"

"Gue juga! Udah yuk, sekarang lo cuci muka lo. Terus kita kekantin, Rafael udah nyariin"

Sita mengangguk, lalu mencuci wajahnya. Setelah selesai. Mereka berdu menuju kantin. Rachel melihat Rafael melambaikan tangannya. Ia segera menghampirinya dan menarik tangan sita.

Saat sudah sampe, Rachel langsung memakan makanan yang sudah dipesankan oleh rafael.

Rafael tersenyum lalu mengelus rambutnya lembut.

Bruk

Tiba-tiba seseorang memukul meja didekat Rachel dengan kuat. Membuat rachel kaget, begitupun mereka yang ada disana

Rachel mendongak ingin memarahi siapa pun yang mengganggu makannya.

Rachel membolakan matanya saat melihat orang itu, ia segera berdiri. Rafael mendengus melihat siapa pelakunya.

"JEJE!" "RARA!".Pekik keduanya heboh lalu  berpelukan erat sambil melompat seperti anak kecil.

"Astaga, Rara susu lo makin gede!".pekik Jena atau yang biasa dipanggil jeje oleh Rachel

Uhuk, brak!
Suara orang tersedak dan benda jatuh terdengar sangat berisik. Bagaimana tidak pekikan Jena terdengar oleh orang-orang yang berada dikantin. Saat jena memukul meja suasana menjadi hening jadi pekikan Jena bisa terdengar jelas ditelinga mereka.

Ada juga yang mukanya sudah memerah membayangkan apa yang diucapkan oleh Jena.

Jena ini type orangnya yang ngasal ceplos, apa yang ada dipikirannya, ya udah itu yang keluar dari mulutnya.

Bahkan rafael tersedak minumnya karena ucapan jena barusan. Ia berusaha menetralkan batuknya.

Rachel menatap Jena cengok menyilangkan tangannya didepan dadanya "Dasar lo susu shaming! Punya lo itu makin kecil"

"Wah lo penistaan terhadap susu gue nih! Gue laporin lo"

Mereka menatap cengok pembahasan absurd kedua gadis itu.

Rachel jika sudah bertemu Jena maka mulutnya akan terkontaminasi. Ia akan menjadi lebih absurd bersama jena.

Jena adalah teman kecil Rachel sama seperti Rafael. Jena anak dari orang kepercayaan bundanya Bramatsya.

"Lo berdua bisa gak sih, jangan bahas gitu, pikiran gue traveling" gumam samuel dengan wajah yang sudah memerah.

"Chel, diliatin banyak orang".Cicit sita membuat kesadaran rafael kembali.

Rafael mengedarkan pandangannya "BUANG PIKIRAN KOTOR LO SEMUA! BERANI LO PADA BAYANGIN YANG ENGGAK-ENGGAK GUE HAJAR LO!"

Rachel dan Jena tersentak sama teriakan rafael. Keduanya saling menatap lalu meringis

"Ah jena gue malu!"

"Gue juga anjir"

Rafael lalu membawa Rachel pergi dari kantin secara tiba-tiba.

"Woi rafael, mau lo bawa kemana sahabat gue!".Teriak Jena tapi tak digubris oleh rafael. Rachel menatap Jena dengan memelas.

RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang