Chapter. 17

9.4K 482 5
                                    


Tandai bila ada typo.
Selamat membaca
.
.
.

Happy reading

Monica sampai di depan rumah sang nenek yang tampak sepi, seketika air matanya keluar begitu saja dia mengingat masa-masa dirinya menjadi Mawar dulu.

"Ya Allah, kuatkan hati hamba." Monica memegang dadanya sesak ketika mengingat masa lalunya.

Tiba-tiba seorang ibu-ibu datang menghampirinya lalu bertanya. "Dek-dek, cari siapa?"

"Ahh, iya kenapa?" gagap Monica sambil menghapus air matanya.

"Adek, cari siapa?" tanyanya lagi.

"Ahh, ini buk, saya cari nenek Ima, kira-kira kemana ya?"

"Ohh, nenek Ima toh, dia sudah pindah beberapa bulan yang lalu," jelas ibu tersebut.

"Ma-ma-maksudnya, pindah kemana bu-k?" rasanya Monica sudah tidak dapat berbicara lantaran menahan tangis dengan sedikit pusing.

"Iya dek, beberapa bulan yang lalu cucu perempuannya meninggal jadi dia memutuskan untuk pindah rumah,"

"Emm, kalok saya boleh tau cucunya meninggal karena apa ya buk?"

"Ouh, itu dek cucunya di temukan tak tak bernyawa, dengan anak panah di belakang kepalanya."

"Ouh, kalok bibi sama pamannya kalau boleh tau mereka kemana?" tanya Monica dengan muka yang tidak bersahabat.

"Adek ini siapa ya? Kok tau banget tentang nenek Ima?" tanya ibu itu dengan muka curiga.

"Ahh, eng-gak kok buk saya temen jauhnya Mawar, makannya saya tanya ini itu, soalnya beberapa bulan ini saya tidak dapat kabar tentang Mawar." jelas Monica sedikit berbohong.

"Ohh.... Paman sama bibi Monica masih ada di sini, tapi beberapa hari yang lalu mereka pergi keluar kota gitu." jelas ibu itu.

"Ouh, terus nenek Imah pindah kemana ya Bu? Kalok boleh tau?"

"Itu dek, ada orang dari kota yang datang jemput nenek Imah, dia memutuskan untuk membawa nenek Imah ke kota."

"Siapa yang dari kota? Apakah paman? Tapi tidak mungkin karena beberapa tahun paman sudah tidak ada kabar!" batin Mawar sambil menatap ibu itu sejenak. "Terus, siapa?"

"Iya udah kalok gitu makasih ya, sudah mau ngasih tau, kalok gitu Monica izin pamit dulu, assalamu'alaikum!" pamit Monica dan pergi dari sana.

"Iya dek, wa'alikumsalam."

🍂🍂🍂

Monica sampai di penginapan dia menangis seharian di dekat ranjang sambil memeluk lututnya dan menelungkup kan kepalanya di antara lengan dan lutut, lalu kembali menangis.

Harap-harap bertemu sang nenek untuk mengobati rasa rindunya terhadap sang nenek, malah pergi pindah tak tau kemana.

Ternyata benar kata Dilan rindu itu berat kamu takan sanggup, begitu juga dengan Monica dia gak sanggup untuk menahan rindu terhadap sang nenek, Mawar rindu dengan kelembutan nenek, kehangatan nenek, kasih sayang nenek, semuanya Mawar rindu.

"Kenapa begini ya Allah? Setidaknya engkau pertemukan aku dengan--"

Brukk

Monica pingsan dengan ke adaan mimisan muka bulatnya itu kini putih pucat bagikan mayat.

🍂🍂🍂

Prang.

Suara pecahan gelas terdengar nyaring di ruangan megah itu.

Gadis Hijab Pindah TubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang