bab 35. || hanya mimpi belaka?

8.1K 355 21
                                    


Di tempat lain lebih tepatnya di atas kasur seorang gadis bangun dari tidurnya saat mendengar azan ashar yang berkumandang di masjid.

"Allahuakbar, udah ashar ternyata, aku sholat dulu lah." ujarnya lalu pergi keluar untuk mandi dan berwudhu.

Gadis tersebut baru ingat dia berada di rumah lamanya bersama sang nenek. "Apakah yang aku alami selama ini hanya mimpi? Tapi kenapa begitu nyata?" gumam Mawar.

"Ndok, kenapa melamun, cepat mandi nanti waktu ashar habis?!" teriak sang nenek dari dapur sambil mengulek cabai.

"Iya nek!" Mawar langsung masuk lalu mandi selesai mandi Mawar sholat ashar lalu makan dan pergi ke pesantren dekat masjid untuk diniah atau les.

Di perjalanan Mawar berhenti melihat halaman rumah bibinya nya yang kelihatan ramai oleh mobil mewah.

"Mungkin ada tamu dari kota kali?" ujar Mawar lalu melanjutkan perjalanan dan kebetulan Indah baru keluar dari rumah Mawar pun berangkat bareng Indah.

"Mar, kamu tau tidak tadi di rumah bibi mu ada orang kota dateng terus ada anak cowok mereka ganteng banget!" seru Indah.

Indah ini tipe cewek yang penyuka cogan  sama seperti kita-kita ini yang suka cogan, yang fiksi maupun yang real.

. . .

Mawar memasuki halaman pesantren sambil melihat-lihat sekitar seolah-olah sudah tak lama datang ke sini.

"Udah yok Mar, kita masuk pas Yusuf juga udah berada di kelas." ujar Indah lalu mereka berdua masuk ke kelas dan benar saja pak Yusuf sudah menjelaskan materi nasof.

"Assalamu'alaikum, pak!" salam mereka berdua.

"Waalaikumus'salam, kenapa telat?" tanya pak Yusuf sambil menulis di papan.

"Iya pak, tadi ada kendala di jalan," jelas Indah.

Para siswa-siswi di sana mendengar penjelasan pak Yusuf dengan seksama, sambil menulis materi yang penting menurut mereka.

"Nah, anak-anak berhubungan minggu depan kita akan ulangan untuk menambah nilai kalian agar bisa lulus," jelas pak Yusuf sebelum keluar.

"Pak, untuk lomba antara kabupaten itu kita lombanya di mana? Soalnya kata pak Mujid, kita tidak jadi lomba di tempat biasa?" tanya seorang anak laki-laki yang kisaran umur 17 tahun.

"Besok hari Sabtu bapak akan tanya sama pak kepala sekolah, kata beliau kita akan di pilih untuk mewakili lomba yang berada di Jakarta, jadi mulai sekarang kalian harus giat belajar, tapi ingat... belajar semampunya jangan memaksakan diri?" ujar pak Yusuf.

"Insyaallah pak, kami akan berusaha sebisa mungkin!" jawab mereka dengan antusias.

.
.
.

Mawar pulang sama beberapa anak santri yang tidak ikut mondok, di sepanjang perjalanan mereka bercanda dan saling kejar-kejaran.

"We, Mawar berduri tadi siang kau kemana lah, aku cari tak ada di rumah kau?" tanya Cambi si tubuh buntal.

"Gak, kemana-mana kok Bi, aku di rumah aja soalnya sehabis antar kue aku langsung ketiduran." jelas Mawar sambil menggaruk belakang lehernya yang ketutup hijab.

"Mawar?!" panggil Ningsih, berteriak di depan teras rumahnya.

"Ada apa toh, budhe?" tanya Mawar lalu masuk ke pekarangan rumah sang paman.

"Ini bibi nitip ini iya, soalnya anak paman kamu tadi hp nya ketinggalan," ujar Ningsih.

"Anak siapa budhe, emang bang Ikmal udah pulang?" tanya Mawar sambil melihat handphone mahal tersebut.

"Udah, kamu bawa sana, mereka lagi di rumah nenek!" kata Ningsih.

Mawar hanya mengangguk lalu pergi dari sana, jalan setapak yang agak becek karena hujan tadi pas ashar tapi sekarang sudah reda cuman hanya mendung sedikit.

Mobil tidak bisa masuk ke pekarangan rumah nenek Imah maka dari itu kalian hanya boleh berjalan yang bisa masuk hanya roda dua saja.

"Assalamu'alaikum!" salam Mawar membuka sepatutnya lalu menaruh tas nya di teras Mawar pergi ke depan dan menghidupkan air kran dan mencuci kakinya.

"Waalaikumus'salam!" jawab mereka. Mawar terkejut dia baru sadar bahwa banyak sepatu di undakan teras depannya.

"Ehh, ada tamu iya?" tanya Mawar yang entah bertanya pada siapa.

"Nenek di dalam kan om?" tanya Mawar memastikan, siapa tau nanti neneknya tidak ada di sini.

"Ada kok dek, di belakang,"

"Iya sudah saya ke belakang dulu, assalamu'alaikum." pamit Mawar berjalan ke arah belakang rumahnya.

Seorang remaja laki-laki melihat siluet perempuan yang hilang di balik belokan rumah yang dia lihat tadi yang sempat berbicara pada Hairil.

Mawar masuk ke dalam dan melihat sang nenek tengah menyiapkan camilan yang ada beserta kopi dan teh Mawar membantu sang nenek untuk di bawa ke depan.

"Itu siapa nek, banyak sekali?" tanya Mawar.

"Itu, anak-anak nenek, yang dari kota saudara kandung bapak kamu," jelas nenek Imah.

Mawar di depan lalu menaruh minum' di depan mereka satu persatu. "Silahkan di minum, dan maaf hidangan kami hanya ini," kata Mawar hendak pergi ke dapur.

Nenek Asih keluar dan duduk di hadapan mereka, lalu anak pertama memeluk ibunya sambil menangis, sudah sekian tahun dia tidak bertemu sang ibu.

"Ibu apa kabar? Sehat-sehat kan? Tidak ada yang sakit kan?" tanya anak kedua dengan perhatian, begitu juga dengan yang ketiga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Hijab Pindah TubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang