Monica dkk, kini sedang kedatangan Zafran dkk yang ikut gabung dengan alasan bangku kantin sudah penuh, emang bener sih.
Celly yang dendam kesumat ama Monica melakukan segala cara untuk membuat Monica semakin di benci dan malu oleh orang-orang.
"Zafran Celly mau bakso itu," ucap Celly dengan cara manja plus menjengkelkan mereka yang melihat itu ada yang jijik dan mual, mereka yang belum tau kelicikan Celly hanya gemes gak karuan.
"Iukk, jijik anjay," ucap Raina dengan gaya mau muntah, Celly yang melihat itu hanya mengerjapkan matanya, polos. Bukannya terlihat polos malah jatuh ke menjijikkan.
"Mau bakso, aku pesanin dulu," ucap Zafran yang hendak berdiri tapi keburu di cegah sama Celly.
"Aku mau bakso yang itu?" tunjuk nya ke arah Monica yang lagi menyeruput kuah baksonya itu.
"Tapi kan itu" perkataan Zafran kepotong oleh Celly yang tiba-tiba nangis membuat Zafran kelimpungan, dengan gesit Zafran mengambil mangkuk bakso Monica, Monica yang melihat itu mau nangis.
"Naya bakso Monica," lirihnya dengan mata mengembun sekali ngerjap air mata Monica turun deras dari mata bulatnya itu. Entah sejak kapan Mawar menjadi cengeng, setelah dia masuk ke tubuh Monica, Mawar menjadi sedikit penangis.
Katakan saja Monica cengeng, karena dari tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah Monica tidak sarapan makannya dia sangat lapar sekarang, tapi dengan mudahnya Zafran mengambil baksonya itu.
"Balikin gak!" desis Naya tajam.
"Ya elah, kan cuman bakso, miskin ya lo sampe-sampe gak bisa beli lagi!" hina Tio dengan gaya angkuh.
"Seharusnya tuh yang ngomong kayak gitu tuh gue, pacar ketua lo ini saking miskinnya ya, sampe-sampe gak bisa beli semangkuk bakso! Dan tadi apa lo ambil punya sahabat gue yang lagi makan!" murka Naya dengan muka merah padam.
"Udah-udah gak usah pada ribut cuman semangkuk bakso doang sampe ribut-ribut gini," relai Toni sambil menyesap putung rokoknya itu.
"Cuman lo bilang, mikir tolol! Kalok dia minta baik-baik sahabat gue bakalan ngasih kok, tapi dengan cara lo ngerebut itu gue gak suka, gak ada akhlak tau gak!"
Celly nangis tersedu-sedu dengan muka merah padam menahan amarahnya, tangannya terkepal kuat di bawah meja tanpa ada yang menyadari sesosok pria melihat kepalan tangan Celly di bawah meja dengan tersenyum miring.
"Mau main-main rupanya beby girls!" desisnya tersenyum miring di wajah tampannya itu, lalu berlalu pergi.
Azlan melihat ke bawah meja dan melihat kepalan tangan Celly lalu melihat ke arah wajah Celly yang tertutupi oleh rambut.
"Ada yang gak beres!" batin Azlan menatap Celly dengan pandangan yang sulit.
~~~~~
"Kita harus gimana ini pak? Biaya rumah sakit sangat mahal!" sang istri terisak pelan di dekat suaminya.
"Bapak juga ndak tau to buk, kita hanya perlu berdoa saja,"
"Apa kita ikuti saja perkataan dokter itu saja pak?"
"Jangan gila kamu Ningsih, kamu mau bunuh keponakan aku hah!" bentaknya dengan murka.
"Tapi kita juga terhalang biaya pak! Bahkan sawah kita gadai, tapi apa? Dia tidak bangun-bangun pak!" teriaknya istrinya lalu berlalu pergi dari koridor rumah sakit itu.
"Ya Allah berilah hamba jalan, pilihan ini sangat sulit."
Mahdi sangat frustasi sekarang, di lain sisi dia sangat gelisah. "Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan, berilah hamba petunjuk ya Allah." Mahdi mengusap wajahnya dengan kasar.
Muhammad Mahdi Nudin, anak tiri nenek Imah yang paling kecil.
~°~°~°~°~
Wanita cantik nan ayu itu kini sedang terbujur kaku sang nenek menangis melihat mayat cucu satu-satunya itu, setelah dia menemukanya pingsan di dekat jendela kamarnya itu sang nenek sangat terkejut.
Buru-buru dia memanggil warga dan membawa ke ke linik terdekat dan cucunya tidak bisa di rawat di situ dengan terpaksa dia di rujuk ke RS Pati Mura di kota.
Setelah di rawat di situ cucunya di nyatakan koma sang nenek sangat sedih begitupun dengan bibi dan paman.
~°~°~°~°
Monica merasakan sakit yang luar biasa pada tubuh barunya ini. "Ya Allah kenapa ini sangat sakit?"
Mereka yang bertengkar pasal bakso itu belum menyadari gelagat aneh dari Monica.
Monica merasakan panas dingin di sekujur tubuhnya dan kakinya lemes detak jantungnya memacu cepat, kepala pusing bagai di hantam oleh ribuan pisau.
Monica meremas rok panjangnya menyalurkan rasa sakit yang tidak bisa di bilang. "Emmmhh!" Monica melenguh tertahan, mereka belum menyadarinya.
Monica berlari keluar dari kantin dan itu membuat orang melihat kearahnya mereka menyerengit bingung kayak lagi nahan sakit.
Naya dkk berlari mengejar Monica yang sudah jauh. Monica berlari tak tentu arah kakinya lemes matanya memanas siap meluncurkan air bening itu.
"Sakit, Monica gak kuat! Akhhh!" Monica teriak saking sakitnya bajunya kusut kerudungnya berantakan.
* * *
"Gimana lo udah nemuin buktinya?"
"Udah tap--" ucapnya terpotong oleh teriakan seseorang. "Ada apa? Siapa yang teriak?" tanya di sebrang telpon, si pemuda tanpa menjawab dia sudah memutuskan telpon secara sepihak.
Membuat orang yang di sebrang telpon berdecak kesel. "Anjim! Yang atasan siapa yang matiin telpon siapa, emang bawahan minta di pites!" keselnya dengan menirukan gaya orang yang mau pites manusia.
Dia pun keluar dari balik tembok sambil menatap sekitar dan menemukan seorang gadis yang mengerang kesakitan.
"Kek kenal?" batinnya lalu menuju ke arah gadis itu.
"Tolong! Ini sangat sakit, gak kuat." lirihnya lalu dia merasa tubuhnya melayang di udara, dengan mata sayu nya Monica samar-samar melihat wajah pemuda itu.
"Arsenal," batin Monica lalu pingsan di dalam gendongannya Arsenal. Arsenal yang melihat Monica pingsan entah kenapa hatinya sangat sesak dan sakit.
Iya Arsenal si murid baru itu yang menolong Monica yang tengah kesakitan.
~°~°~°~°
Wajah cantik nan ceria itu kini sudah berubah menjadi pucat tubuhnya menjadi dingin, mata yang memancarkan kecerahan dan kebahagiaan, kini sudah tertutup rapat.
"Nenek yang sabar ya, semoga cucu nenek di beri amal sholeh oleh Allah SWT, dan di dekatkan di sisinya."
Sang nenek hanya mengangguk sebagi jawaban nenek itu sudah tidak sanggup berbicara, tenaganya terkuras habis karena menangis.
Nenek Imah sangat terpukul atas kepergian cucu satu-satunya yang sangat dia sayang kini telah berpulang ke pangkuan sang pencipta.
"Ya Allah, nduk kenapa kamu pergi secepat ini nduk? Nenek tidak sanggup atas kepergian kamu nduk." nenek Imah hanya bisa menangis di samping jasad cucunya.
~°~°~°~°~
Hingga malam tiba Monica pun tak kunjung bangun dokter mengatakan Monica hanya mengalami keram perut karena tidak makan. Makanya dokter mengatakan setelah Monica bangun dia di suruh makan biar perutnya tidak kosong.
.
.
.
Jangan lupa kasih vote karena itu sangat membantu 🍍 selamat membaca cerita ku yang gak jelas ini 😎🤙
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Hijab Pindah Tubuh
FantastikCerita pertama jadi agak sedikit gaje. . . . . . kalok mau langsung aja baca😉