bab. 3

25.1K 1K 7
                                    

Selamat membaca
.
.
Tolong tandai klok ada typo
.
.
.
Happy reading

~~~~

"Kamu siapa sih? Gak usah nuduh-nuduh deh, aku aja gak tau siapa kamu!" pecah sudah tangis Mawar, dia tidak tahan, dia tidak tau apa-apa perihal gadis yang di tempati nya ini

"Alah, gak usah sok gak kenal lo!" ucapnya lalu turun dari motornya dan menghampiri Mawar/Monica. "Ehh, lo itu gak usah sok gak kenal sama gue! Cara lo terlalu rendahan tau gak!" bentaknya di akhir kalimat lalu mendorong tubuh Mawar/Monica, ketengah jalan.

Dan kebetulan mobil sedan berwarna hitam menabrak dirinya hingga terhempas kedalam semak-semak yang berada di pinggir jalan tersebut.

Si pemuda hanya melihat tanpa bersalah lalu pergi meninggalkan Mawar/Monica.

Kita panggil Mawar dengan sebutan Monica ya.

Monica merintih kesakitan di sekujur tubuhnya itu badannya rasanya sudah remuk saking sakitnya. "Ya Allah sakit banget, tolong Mawar ya Allah. Mawar gak kuat" lirihnya lalu pingsan.

* * *
Sebuah mansion kini sedang ribut-ribut karena anak gadis mereka belum pulang. "Pah, gimana ini anak kita belum pulang sampai jam segini?" ucap sang istri sedikit hawatir.

"Alah sudah lah mah, paling juga tuh anak lagi ngejalang ya kan kak?" ucap si kembar sinis dia begitu benci pada sang adik ntah apa sebabnya aku pun tak tau.

Sang istri hanya nangis dia tak tau mengapa anak-anaknya membenci sang adik bungsu, Maria hanya menangis dan menangis perasaanya sungguh tak enak.

Dia takut terjadi apa-apa pada sang anak dia merasakan firasat buruk tentang sang anak.

* * *
Jam menunjukan 10:59 malam dan Monica baru sadar dia melihat sekitar masih sama' pikirnya dia bangun tertatih-tatih kepalanya sangat sakit dia tambah bau darah di sekujur tubuhnya.

Seandainya ada anak kecil yang melihat pasti mereka takut melihat keadaan monica yang cukup memperihatinkan baju seragam yang putih bersih kini menjadi merah bercampur lumpur rambut yang berantakan mukanya yang penuh dengan darah kering.

Monica berjalan menuju rumah dengan keadaan kaki pincang Mawar sudah mendapatkan ingatan tantang Monica dia cukup iba dengan nasib Monica.

.
.
.

Sesampainya di depan gerbang yang menjulang tinggi Mawar terus merapal kan doa dia sungguh gugup saat ini.

Bodyguard yang berjaga di depan gerbang cukup terkejut melihat keadaan nona muda mereka ini. "Nona anda baik-baik saja? Ayo saya anterin masuk?" ucap bodyguard yang berjaga di arah depan itu.

Mawar hanya mengangguk senyum lalu ikut masuk, sungguh dia lelah kaki sama badannya cukup sakit dan kepalanya rasanya mau pecah.

Sesampainya di depan pintu, bodyguard itu langsung mengetuk pintu dan jangan lupakan keadaan Mawar yang saat ini sedang ketakutan.

Setelah pintu di buka oleh salah satu maid itu baru saja mau bertanya ada apa, matanya langsung g tertuju pada Monica.

"Nona muda!" teriaknya histeris hampir pingsan karena keadaan Monica yang cukup mengenaskan. Mawar terjengkit saking terkejutnya. "Astagfirullah!" ucapnya sambil mengelus dada.

Maid itu langsung berlari masuk. "Nyonya, nona muda sudah pulang nyonya! Dia berada di depan," ucapnya. Maria yang mendengar sang anak sudah pulang langsung berlari menuju pintu depan.

"Monica, ya ampun sayang kamu kenapa? Bisa kayak gini?" tanya Maria hawatir.

"Monica gak pa-pa kok buk," gugup Monica dia belum terbiasa dengan semua ini dan di hawatir kan oleh orang tua, dia dulu hanya besar bersama sang nenek.

Ibu' pikir Maria sejak kapan anaknya ini panggil dia ibu? Ahh, sudah lah. "Mas! Mas!" teriak Maria nyaring.

Maria membawa Monica masuk dan orang yang berada di ruang tamu itu cukup terkejut dengan penampilan Monica di tambah banyak darah melekat di bajunya itu sangat menggangu hidung mereka.

"Dia kenapa mah?" tanya Samuel dingin tapi tersirat kekhawatiran di matanya melihat sang adik tapi egonya melawan kerinduan dirinya terhadap sang adik.

Orang-orang yang berada di sana menatap Monica intens orang yang di tatap merasa risih dan dia lagi gak pake hijab dan itu membuatnya semakin risih.

"Mmm, buk kamar Monica di mana ya?" tanya gugup, Maria heran apakah anaknya ini lupa ingatan sampai-sampai gak ingat letak kamarnya.

Dan di tambah panggilannya ibu, dan sifatnya yang angkuh kini terganti dengan sifat kurang enak aja gitu.

"Ahh, iya kamar kamu ada di sebelah pojok Monica, pintu warna pastel." kata Maria dengan senyum manisnya.
.
.
.

Gadis Hijab Pindah TubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang