Chapter. 9

15.3K 824 1
                                    

Pemakaman Mawar sudah selesai beberapa jam yang lalu neneknya pun mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Mawar Zulfakar, cucu satu-satunya itu.

Tapi di lain tempat tubuh seorang gadis mengalami kejang-kejang yang cukup kuat sampai-sampai jarum infusnya melukai tangan mulusnya itu.

"Pah Monica pah." Maria menangis di pelukan sang suami dia melihat anak gadisnya itu mengalami kejang-kejang, dokter yang menangani cukup kewalahan pasalnya mereka baru kali ini menemukan pasien yang kayak gini.

Aldi mengusap punggung Maria untuk menenangkan sang istri dia juga sangat hawatir dengan keadaan sang anak.

Arsenal lelaki itu sudah pergi beberapa menit yang lalu, ada perasaan aneh yang menyelimuti hati Arsenal dia sesak melihat tatapan mata Monica.

Tatapan mata itu sangat mirip dengan tatapannya. "Kenapa kamu begitu mirip dia?" gumam Arsenal berlalu pergi.

* * *

"Ya Allah tempat apa ini? Kenapa panas sekali, arghh!" Monica berteriak kesakitan badannya sangat panas, tenggorokannya, sangat sakit dia sulit untuk berbicara.

"Aku di mana? Mama! Papa! Bang Samuel, tolong Monica, nenek!" lirihnya mencoba untuk bangun dengan tertatih-tatih. "Awsss!" tangan Monica mau kebakar saking panasnya dia menyentuh tanah itu.

"Sebenarnya di mana ini? Kenapa di sini sangat panas?" Monica berjalan tanpa arah dengan telapak kakinya yang panas tanah yang dia pijak ini bagaikan bara api yang melahap kayu.

Monica menangis, tak tentu arah badannya panas di sini bagikan neraka, setiap jalan yang di lewatinya merasa sama seolah-olah dia hanya berdiri tanpa menggerakkan kakinya itu.

Pasalnya jalan yang di lewatinya itu sama persis dengan yang tadi.

~°~°~°~°~

Bughh

Bughh

Bughh

Tiga pukulan yang di berikan untuk Zafran oleh Samuel dia begitu dendam terhadap Zafran, dia yang sudah membuat sang adik di nyatakan koma, Samuel sangat, terpukul akan kabar itu.

"Ini semua gara-gara lo! Bangsat! Adek gue jadi koma! Dan pacar sialan, lo itu!" teriak Samuel dengan muka merah padam akibat amarahnya.

Zafran menatap Samuel nyalang dengan rahang mengeras. "Bangsat, lo gah usah bawa-bawa pacar gue anjing! Emang adek lo aja yang lemah, caper, ck!" Zafran berdecak sinis dan itu membuat Samuel makin tersulut emosi, dengan perkataan Zafran tadi.
.
.
"Ck! Ternyata?" 

"Adek lo itu terlalu murahan, tau gak? Dia rela ngejar-ngejar dengan tampang jalang nya itu." ucap Zafran dengan menekan kata mengejek.

Azlan dan Alzan merasa tak terima dengan perlakuan Zafran terhadap abangnya itu, bagai mana pun Samuel itu lebih tua dari pada Zafran yang anak mommy.

"Dan gue heran sejak kapan si Samuel Eto'o Alexander ini peduli pada adek nya itu?" Zafran semakin seneng memancing emosi Samuel.

"Emangnya kenapa kalok gue sama adek gue? Ohh atau jangan-jangan lo mau balas dendam sama gue lewat Monica dengan cara Monica menjauhi gue?" Samuel melihat Zafran mengepalkan tangannya dengan mata tajamnya itu.

"Sebenarnya ada apa di antara kalian?" batin Azlan, sedari dulu Samuel dan Zafran saling perang dingin entah apa masalahnya, Azlan bingung.

Setiap dia mengajak teman-temannya itu kerumah Zafran selalu memandang Samuel dengan sorot benci yang begitu dalam, awalnya Azlan mengira itu hanya tatapan biasa, tapi lama-kelamaan ada yang aneh.

~°~°~°~°~

Monica sudah pasrah dengan semua ini, dia tidak tau jalan keluarnya, Monica duduk walaupun bokongnya, sakit panas menjalar ke seluruh tubuhnya air matanya sudah tak terbendung lagi.

Monica pasrah dengan semua ini. Monica ikhlas bila ini akhirnya dia membaca ayat kursi tiga kali dan di lanjut membaca surat al fatihah tiga kali, selama Monica membaca ayat-ayat suci tadi tempat yang iya duduki berasa tergoncang sangat kuat.

Monica merasakan badannya bergetar, panas di tubuhnya berkali-kali lipat panasnya dari yang tadi

Sedangkan raganya kembali kejang-kejang dengan sangat kuat Maria yang sedari tadi di sana terkejut dengan sang anak yang tiba-tiba kejang-kejang, membuatnya menangis histeris.

Dokter kewalahan menghadapi pasien dia memberikan obat penenang tapi tidak berhasil pasien masih tetap kejang-kejang, Samuel dia sudah datang bersama twins A.

"Mah adek kenapa mah? Kenapa--" ucapan Samuel terpotong oleh kedatangan seseorang berjubah putih dengan kopiah di kepalanya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alikumsalam," jawab mereka yang ada di sana, baru saja sang ustadz akan bertanya dia sudah di suruh masuk kedalam ruangan Monica oleh dokter.

~°~°~°~°~

"Bagaimana ini pak ustadz? Anak ini tidak berhenti kejang-kejang?" jelas perawat itu, pak ustadz melihat setiap gerak-gerik Monica dia pun langsung merapalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan tenang di dekat Monica yang kejang-kejang.

Keluarga Alexander melihat itu dengan mata berair bahkan twins A, juga menitikkan air mata.

Setelah guncang tadi kini Monica terdampar di rerumputan yang luas nan asri, Monica terbengong melihat ini semua.

"Ini di mana lagi? Ya Allah, Monica takut!" cicitnya dan tanpa sengaja siluet matanya menangkap sesuatu di balik rumput itu.

Karna penasaran Monica pun menghampiri, semakin Monica mendekat benda tersebut semakin jelas.

"Rambut? Baju putih...? Jangan-jangan!" Sebelum Monica teriak. "Hay." sapa nya dengan suara lembut.

Monica ngelek. "Siapa?" batin Monica.

"Hay kak, Mawar?" Monica cengo melihat itu. "Kamu kok tau nama asli aku? Jangan-jangan ....?"

"Jangan-jangan apa hayo...?" goda nya dengan jahil.

Tapi tunggu ini muka kok gak asing sih, iya bener, Monica mengingat-ingat wajah di depannya ini dan seketika. "Kamu Monica asli kan? Iya kan?" tanya Monica palsu antusias.

"Iya, ini jiwa aku, maaf ya kamu harus terseret dalam masalah aku, jujur aku udah lelah dengan semua ini" ucap Monica melemas.

"Sebenarnya apa masalah kamu? Kenapa masalah kamu begitu rumit? Dan aku mau kamu kembali pada tubuh kamu," jelas Mawar.

Monica menggelengkan kepalanya dengan air mata. "Gak bisa, setiap aku coba untuk masuk ke aku, itu tidak bisa, kamu ingat pas di kantin kemarin?" tanya Monica dan di balas anggukan oleh Mawar.

"Iya tubuh kamu merasa panas seolah merasa di bakar," jelas Mawar.

"Nah itu, tubuh aku akan merasakan panas yang luar biasa, dan gara-gara aku kamu terjebak di dalam gubuk panas itu,"

"Jadi kita harus gimana, aku pengen ketemu sama abi dan umi di sana ..."

"Maafkan aku Mawar, tapi aku mohon tetaplah di dunia ini, jaga orang tua aku sama abang-abang aku, bilangin sama mereka Monica minta maaf, Monica banyak salah sama mama papa,"

"Dan semua kehidupan aku, sekarang jadi milik kamu terserah kamu mau apa-apain tubuh aku, aku udah ikhlas dengan semua ini, dan satu hal lagi kamu harus hati-hati sama Celly dia lagi ngerencain, sesuatu sama kamu?!"

~°~°~°~°~

Monica membuka kelopak mata yang sangat berat seolah-olah tertimpa pohon kelapa. "Air...!" lirihnya dan dengan sigap Azlan memberi adiknya ini minum.

"Dek kamu gak papa kan? Ada yang sakit gak?" cerocosnya dengan muka lucu.

"Abang Monica minta maaf?" Azlan tertegun dengan suara Monica yang melemas.

Azlan diam memandang wajah pucat itu dengan intens.
.
.

.
.

Gadis Hijab Pindah TubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang