29

572 70 165
                                    

Nadira menghampiri Fahri yang sedang bercanda dengan Ujang karena jam pelajaran sedang kosong namun Fahri hanya diam saja melihat kehadiran Nadira tidak seperti biasanya membuat Nadira merasa bersalah akan hal tersebut.

"Al bisa kita berbicara berdua?" Tanya Nadira.

"Bertiga aja gua gak mau ada salah paham kedepannya," Ucap Fahri.

"Baiklah," Ucap Nadira.

"Put ikut gua!" Ajak Fahri.

"Iya," Ucap Putra malas.

Nadira mengajak Fahri ke belakang toilet wanita untuk membicarakan hal yang terjadi sebenarnya entah apa itu.

"Apa yang ingin lu bicarakan?" Tanya Fahri.

"Gua dijebak Al," Ucap Nadira.

"Rivaldo memberiku obat perangsang hingga hal tersebut terjadi dan aku saat ini malah hamil anaknya," Ucap Nadira.

"Aku tidak sebodoh yang kamu kira Karerina," Ucap Fahri.

"Selama aku sakit di rumah sakit saat bulan puasa itu abang selalu bilang padaku kau diam-diam jalan dengan Rivaldo," Ucap Fahri.

"Aku terus berpikiran positif soal itu dan mengganggap ucapan abang hanya candaan saja," Ucap Fahri.

"Tapi semakin lama hubungan kita malah merenggang saja bahkan sejak kita berdua ta'aruf itu harus aku terus yang mengirimkan kamu pesan," Ucap Fahri.

"Ya aku tahu memang wanita itu tidak boleh mengemis cinta tapi aku juga tidak mau terus-menerus mengemis cinta," Ucap Fahri.

"Semua ini sebenarnya salahmu Al!" Kesal Nadira.

"Kok salahku sih yang jelas-jelas selingkuh kan kamu Karerina?" Bingung Fahri.

"Kamu terlalu sibuk dengan keluargamu sendiri dan tidak pernah sempat untuk mengajakku jalan sama sekali!" Kesal Nadira.

"Kamu pikir selama ini aku sibuk dengan duniaku begitu?" Tanya Fahri.

"Iya kamu terlalu sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna soal seni dan sebagainya!" Kesal Nadira.

"Kau!" Kesal Putra.

"Tahan jangan marah dia ibu hamil," Ucap Fahri menahan tubuh Putra.

"Yah kau sebut tidak berguna dan sebagainya aku terima kok," Ucap Fahri.

"Kau tidak tahu seluruh kehidupanku di masa lalu seperti apa jadi jangan menghakimiku demikian," Ucap Fahri datar.

"Lagipula dalam Islam ta'aruf itu hanya diizinkan bertemu beberapa kali bukan setiap hari," Ucap Fahri.

"Kalau setiap hari itu namanya pacaran," Ucap Fahri.

"Aku menghabiskan banyak waktu dengan keluargaku karena dulu aku tidak merasakan kasih sayang kedua orangtuaku," Ucap Fahri.

"Sementara kau Karerina sudah mendapatkan limpahan kasih sayang dari kedua orangtuamu dan juga kakakmu itu," Ucap Fahri.

"Jangan samakan kehidupanku yang hancur dengan kehidupan sempurnamu itu," Ucap Fahri.

"Tanyakan kepada suamimu apa saja yang telah dia lakukan denganku pasti dia akan jawab dengan mudah," Ucap Fahri.

"Berapa kali main kau hingga bisa menghasilkan benih pria penjilat itu?" Tanya Fahri meledek.

"Ck sialan kau!" Kesa Nadira.

"Aku memang friendly tapi kalau kau memancingku jangan harap aku akan memaafkanmu semudah itu," Ucap Fahri.

"Kuharap kau bahagia dengan pria tersebut," Ucap Fahri datar.

Fahri meninggalkan Nadira begitu saja dan Putra menatap kesal Nadira karena sudah meremehkan impian Fahri.

Fahri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang