3. Dia (siapa)

22 8 5
                                    

Seorang lelaki berkaos loreng dengan santainya duduk di pinggir lapangan, sementara para rekannya sudah banjir keringat di tengah lapangan. Seperti tanpa dosa, tiap kali rekannya ada yang menerima teguran keras dari pelatih ia malah tertawa. Sesekali ia meneriaki nama-nama orang yang ada di tengah lapangan, memberi mereka semangat dan bertepuk tangan. Serasa menonton pertunjukan bola.

"Huuhhh.."

Setelah berpanas ria, mereka duduk di pinggir lapangan. Sekadar mendaratkan bokong, mengatur napas, dan membasahi kerongkongan.

"Minumnya ingat teman!" tegur Fais melihat salah seorang anggotanya yang terlalu asyik meneguk air.

"Siap!" Petra langsung memberi botol air ke rekan lainnya.

"Ndan, habis ini latihan apa lagi?" pertanyaan yang berhasil mendapat pincingan tajam dari rekan-rekannya.

"Latihan perenggangan. Di kasur kalian masing-masing." jawab Fais.

"Alhamdulillaaahh!" seru mereka.
"Puji Tuhaaann!" Isa dan Petra tak mau kalah suara.

Begitu tetesan keringat sudah tak sederas air terjun, para pasukan penjaga pertahanan dan kedaulatan NKRI itu satu per satu angkat kaki dari sana. Lapangan seketika sepi, tersisa 3 orang prajurit yang duduk saling bersandar di punggung satu sama lain.

"Mikirin apa sih, Ndan? Sampe betah banget di lapangan gini?" tanya Dana.

"Mikirin cewek kayaknya, Bang." seloroh Ega.

"Udah 4 hari ya, tapi kok masih kebayang-bayang?" ucap Fais sambil memandang langit.

"Hah?" Dana tak paham.

"Kebayang apa, Bang?" tanya Ega.

"Perempuan yang kemarin di posko PMI." jawab Fais.

"Kenapa dia?" tanya Dana.

"Emm.. cantik, hehehee.." jawab Fais malu-malu.

"Mmpphh.." Ega menahan tawanya.

"Hahahahaaaa..." Dana malah tertawa lepas. "Lu suka sama dia?" tanya Dana.

"Gua cuma bilang dia cantik. Emang itu artinya gua suka?" sangkal Fais.

"Lu mau gak ketemu lagi sama dia?" tanya Dana.

"Gatau, deh." jawab Fais. "Jadi pengen ke CFD lagi."

"Sembuhin dulu tuh kaki!" seru Dana.

Fais menatap kaki kanannya yang dibalut perban elastis. Masih terasa nyeri kalau digerakan berlebihan dan masih terlihat jelas bengkaknya. Fais menghela napas, butuh waktu satu bulan untuk pulih, bagaimana dengan tugasnya sebagai seorang komandan regu dan prajurit negara? Pasti akan sangat menghambat pergerakannya.

"Bang, minggu depan bukannya ada latihan di Rindam? Terus Abang gimana?" tanya Ega.

"Hah? Sejak kapan? Emang iya, Is?" Dana terkejut.

"Iya. Ya semoga aja udah sembuhan ni kaki." balas Fais.

"Kok gua gak tau?" tanya Dana.

"Belum diumumin karena belom pasti juga." jawab Fais.

"Lah terus?" tanya Dana.

"Gatau, dah. Antara jadi sama gak jadi. Tungguin aja info selanjutnya." jawab Fais.

"Mau mandi ah, gerah." Dana langsung berdiri.

"Eh!" Ega terjengkang karena sandarannya hilang.

"Malah tiduran. Cepet berdiri!" seru Dana memelototi Ega.

"Siap!" Ega langsung berdiri.

"Lari sana ke barak. Saya sampe di barak terus kamu belom selesai mandi, awas ya!" ancam Dana.

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang