5. Titip Ya!

26 6 3
                                    

"Biar saya bantu."

"Terima kasih."

Fais dan Rayna berjalan beriringan menuju tenda pleton TNI. Mereka membawa makan malam untuk hari ini.

"Alhamdulillah, akhirnya dateng juga makanannya." ucap seorang prajurit.

Fais menurunkan kantong besar berisi makanan. "Baris yang rapi!"

Satu komando cukup untuk membuat para prajurit berbaris seperti ular. Satu per satu makanan dibagikan sampai hanya tersisa beberapa saja untuk relawan lainnya.

"Ini untuk kamu." Fais memberikan sekotak nasi pada Rayna.

"Kamu duluan aja." tolak Rayna.

"Ini nasinya masih banyak, saya bisa ambil sendiri. Makan ini, cari tempat yang nyaman untuk makan. Kamu sudah bekerja keras hari ini. Terima kasih ya." ucap Fais. Begitu kotak nasi diterima Rayna, Fais beranjak pergi dengan sekantong plastik yang berisi beberapa kotak nasi untuk dibawa ke dapur umum.

Fais mengambil satu kotak lalu membawanya. Mencari tempat yang nyaman untuk menikmati makan malam. Matanya terpaku saat mendapati Rayna duduk sendirian di tempat yang lumayan gelap, ia ingin makan bersama di sana, tapi ragu karena tempatnya di bawah cahaya remang-remang. Walau hanya makan, tapi pikiran orang lain belum tentu sama.

"Rayna. Kok sendirian makan di sini? Di sana aja yuk! Lebih terang juga. Nanti keselek kalo makan gelap-gelapan." ajak Fais.

Rayna mengangguk setuju. Duduk bersama Fais di tempat yang lebih terang dan lebih terlihat oleh orang lain. Mereka sibuk menikmati makanan. Padahal Fais sangat ingin mengobrol, tapi tidak punya topik pembicaraan.

"Makannya cepet banget. Laper ya?" tanya Rayna melihat Fais sudah selesai makan dalam waktu singkat.

"Enggak juga. Mungkin karena sudah terbiasa." jawab Fais.

"Namamu siapa? Maaf lupa." tanya Rayna.

"Fais." Jawab Fais.

"Oh ya, Fais. Aku manggilnya abang, mas, bapak, atau ...."

"Fais saja." potong Fais.

"Oke, Fais. Panggil aku Rayna."

"Salam kenal, Rayna. Terima kasih sudah menolong saya waktu itu." ucap Fais.

"Sudah tugasku. Gimana kondisi kakimu? Sudah membaik?" tanya Rayna.

Fais menggerakkan kaki kananya. "Alhamdulillah sudah lebih enak digerakkan. Masih dalam proses pemulihan." jawab Fais.

"Alhamdulillah." Rayna turut senang mendengarnya.

"Kamu sampai kapan tugas di sini?" tanya Fais.

"Besok selesai." jawab Rayna.

"Besok? Lebih cepat dari saya." Fais cukup kaget mendengar jawabannya. Ia kira bisa bertemu Rayna lebih lama.

"Iya."

"Emm, boleh tanya sesuatu?" sebenarnya Fais sedikit ragu untuk menanyakan hal ini.

"Boleh."

"Maaf, apa saya boleh tau nama ...."

"Danru! Danru! Danru!" Ega dan Cakra lari tergopoh-gopoh menghampiri Fais.

"Ada apa?" Fais menoleh ke dua anggotanya.

"Danru, i-itu ada ... ada ...."

"Ada apa? Bicara yang jelas!" tekan Fais.

"Ada Danyon!" ucap Cakra.

"Hah? Danyon ke sini jam segini? Mau ngapain?" tanya Fais.

"Gak tau, Bang. Ayo Abang ke sana aja langsung. Ayo cepetan!" Ega menarik tangan Fais.

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang