26. Dia Kembali

33 4 8
                                    

Kembalikan keceriannya, bukan kecanggungannya.
----------------------

DAG! DUG!
"Hah!!"

Seketika Fais duduk di ranjangnya. Dahinya berkeringat. Dia menendang lemari lagi. Melihat sekeliling, semua tertidur pulas di ranjang masing-masing. Melihat jam di ponselnya, masih pukul 3.15 WIB. Pagi sekali.

"Astagfirullah al'adzim." Fais mengusap wajahnya.

Sepintas, ia mengingat tentang mimpinya. Buru-buru dia mengambil buku dan pulpen.

Pria kaos hitam. Memakai tas rajut selempang warna coklat. Membawa senjata api. Memukul kepala belakang. Dan pergi melarikan diri.

Fais menuliskan apa yang diingat dari mimpinya. Hanya sedikit yang ia ingat. Menutup bukunya, kembali membaringkan diri di kasur. Berusaha menjemput mimpinya kembali.

"Asholatu khairum minannaum! Asholatu khairum minannaum!"

Azan Subuh membangunkan Fais yang tidak sepenuhnya terlelap selepas bangun. Langsung bangun dan bersiap ke masjid.

"Sersan Fais!" suara yang tak asing.

Fais menoleh ke sumber suara. Kapten Aji berjalan dengan sarung yang masih dikencangkannya.

"Selamat pagi, Kapten!" sapa Fais.

"Pagi. Bagaimana keadaanmu hari ini?"

"Baik, Kapten."

"Ada jadwal apa kamu hari ini?" tanya Kapten Aji.

"Ada janji untuk pergi ke pantai." jawab Fais.

Kapten Aji mengernyitkan dahinya, "Mengisi hari libur ya. Sama siapa? Bravo?"

"Bersama teman saya." Fais menyeringai.

"Cewek atau cowok?"

"Perempuan, Capt."

"Bilang aja mau pacaran." seloroh Kapten Aji.

"Eng-enggak." Fais sedikit kikuk.

Kapten Aji tersenyum lebar. "Saya gak tau dia siapa. Tapi semoga itu jodohmu." menepuk bahu Fais lalu berjalan mendahului.

"Jodoh? Masa iya?" monolog Fais dengan senyum yang tanpa disadarinya kian merekah.

Sesuai yang dijanjikan, Fais datang ke PMI Jakarta Selatan untuk menemui Rayna saat selesai tugas piketnya. Tepat pukul delapan pagi, motor Fais terparkir.

"Selamat pagi." salam Fais kepada seorang lelaki berkemeja putih yang duduk sendirian di posko piket.

"Selamat pagi, Mas. Ada yang bisa kami bantu?" balas dia.

"Saya ingin bertemu dengan Rayna." ucap Fais.

"Rayna lagi ke luar, Mas, rujuk pasien. Mungkin sebentar lagi akan kembali ke sini." tanggap lelaki dengan bordiran nama REZA di kemejanya.

"Baik. Terima kasih."

"Duduk aja dulu, Mas. Santai aja." ujar Reza.

Fais hanya tersenyum lalu menduduki kursi merah di dekatnya. Mengeluarkan ponsel, memberitahu Rayna jika dirinya sudah sampai di markas PMI.

"Pacarnya Rayna, Mas?" tanya Reza.

Fais menoleh, cukup kaget dengan pertanyaan dadakan dari lelaki yang kini menatapnya intens. "Bukan, Mas. Hanya teman."

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang