20. KEPERCAYAAN

71 5 6
                                    

Setiap kepercayaan ada harganya. Percaya pada diri sendiri, percaya pada rekan, percaya pada atasan, percaya pada bawahan, dan utamakan percaya pada jalan Tuhan.
-----
BRAVO TEAM IN POSITION!


"ELANG SATU! JANGAN GEGABAH!"

"Memangnya Kau mau mati hari ini?"

"Tapi kata Wadan kan ...."

"Berisik! Gak semua perintah Wadan harus kita turuti. Apalagi Wadan cuma pengganti Danru untuk sementara waktu."

"Tapi tetap aja, kita harus nurut apa kata beliau."

"Udah lah! Lu mau ikut gua atau tinggal di sini sendirian?"

"Tapi kan ...."

"ELANG SATU, ELANG DUA! KALIAN KE MANA? CEPAT KEMBALI KE PASUKAN ATAU KALIAN AKAN DAPAT HUKUMAN?! SEGERA KEMBALI!"

-0-

BRAK! PRAAANGG!!
Telapak tangannya memerah karena pukulan yang keras pada meja. Seiring dengan gelas yang terjun bebas dan pecah membentur lantai. Wajah merah padam dengan sorot mata tajam dan otot leher yang terlihat jelas seperti siap mengamuk.

Tangannya mengepal. Berkali-kali diangkat, tetapi kembali diturunkan.

"Saya gak mau main fisik ke kalian. Tapi kalian sudah keterlaluan!" lantangnya suara Fais membuat kedua mata tertutup rapat.

"Teman kalian saja masih ada yang di rumah sakit, kalian mau nyusul dia? Kalian mau masuk rumah sakit juga? Kalian mau buat saya gila? IYA?!" bentak Fais kepada dua prajurit berbeda pangkat di hadapannya.

"Kami hanya ingin yang terbaik untuk pasukan." ucap Ega.

"APANYA YANG TERBAIK?!" tangan kanan Fais sudah melayang, tapi ditahannya.

"Perintah komandan adalah yang terbaik untuk pasukannya! Paham?" mengeluarkan jari telunjuk kanannya yang sedikit gemetar, berusaha meredam emosi.

"Siap, paham!"

"Terus kenapa kalian main sendiri? Kalian punya regu dan regu kalian punya pemimpin. Hargai pimpinan kalian!"

"Tapi Danru tidak bertugas bersama kami." bantah Ega.

"Saya berikan kepercayaan pada Sersan Dana karena dia yang terbaik di Bravo untuk saat ini. Saya percaya padanya, saya yakin dia bisa menggantikan saya. Ya, Dana memang bisa dipercaya, tapi tidak untuk kalian berdua!" ucapan Fais sangat tajam.

Semula Ega yang menatap meja, kini beralih menatap Fais. "Danru gak tau kondisi di sana seperti apa! Danru gak tau kalau kami diam di tempat, kami bisa mati! Danru gak tau kalau posisi kami dalam ancaman! Mangkanya, saya mengajak Prada Cakra untuk naik ke bukit untuk memperluas pengamanan."

"Tapi cara itu salah, Elang! Kalian memang ditugaskan di tempat tinggi untuk mengincar musuh dalam senyap dan melindungi pasukan. Tapi bukan berarti kalian meninggalkan pasukan, terlebih tanpa seizin komandan pasukan!" Fais sangat marah pada Ega.

"Bang. Abang tau gak sih kondisi di sana kayak gimana? Bang Dana tuh diem aja, Bang, gak ada perintah apa-apa. Bang Dana cuma ...."

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang