23. Kembali Asing

14 3 0
                                    

Hal terburuk dari segala hal buruk ialah ketika aku berada di hadapanmu, tapi Kamu tak ingat siapa aku.
-----

Menikmati udara panas ibukota. Tidak segar. Tidak juga sejuk. Hanya semilir angin yang menerpa kulit di bawah sengatan matahari.

Sudah setengah jam Fais duduk sendirian di kursi taman rumah sakit. Menatap pepohonan yang ada di hadapannya. Pikirannya melayang ke semua hal yang telah diterimanya dari Dana.

Yonif 201 Jaya Yudha. Bravo. Rayna. Kapten Aji. Dana. Kaki Gunung Gede. Penugasan terakhir.

Belakangan, pikiran Fais dipenuhi oleh itu semua. Semakin banyak yang dipikirkan, kadang kepalanya terasa sakit. Kapten Aji sering mengingatkan untuk tidak memaksakan diri saat mengingat semua hal yang telah terjadi.

"Fais?" sebuah suara lembut seorang wanita masuk ke telinga Fais. Menoleh ke sumber suara. Seorang wanita dengan kerudung hitam yang ujungnya disampirkan ke bahu sedang menatap Fais dengan mata yang berbinar.

"Ya?" sahutnya. Ia tak mengenal sosok wanita itu.

"Kamu ke mana aja?" Rayna —wanita yang menyapa Fais— kini duduk di sisi bangku yang kosong.

"Saya gak ke mana-mana." Fais bingung harus menjawab apa.

"Kenapa kamu gak bisa dihubungi dari minggu lalu?" tanya Rayna.

"Anda menghubungi saya? Lewat mana?" tanya Fais.

"Lewat WhatsApp, lewat Instagram, aku telepon juga, kamu gak ada jawaban. Kamu sibuk ya?" jawab Rayna.

"WhatsApp? Anda menelpon saya?" Fais bingung, ia sendiri belum memegang ponselnya sama sekali sejak kemarin. Bagaimana ia ingat wanita ini.

"Kamu lupa kalau kita janji untuk jalan bareng hari Sabtu?" tanya Rayna.

Fais tersentak. Apa hal ini yang ia maksudkan, bahwa dirinya merasa seperti ada suatu hal yang harus dikerjakan pada hari Sabtu namun belum terlaksana?

"Kamu sendiri loh yang ngajak aku." Rayna berhasil membuat Fais mati kutu.

"Oke, saya minta maaf." ucap Fais. Ia masih kaget dengan pernyataan wanita di hadapannya yang mengaku bahwa diajak jalan oleh dirinya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Rayna kecewa dengan Fais. Ia menunggu lebih dari satu minggu untuk pergi bersama. Menghubungi Fais berulang kali, tapi tidak ada jawaban. Rasanya seperti dipermainkan.

"Kamu sakit?" tanya Rayna.

"Anda tidak lihat tangan saya diinfus?" Fais mengangkat tangan kanannya yang dialiri selang infusan.

"Iya, aku lihat. Sakit apa?" sepertinya Rayna sedikit canggung kali ini.

"Entahlah. Mereka bilang, saya pingsan." jawab Fais.

"Pingsan? Di mana? Kok bisa?" cecar Rayna.

Fais menatap aneh pada wanita satu ini. Kenapa ia seakan sangat peduli padanya? Apa hubungan di antara mereka? Siapa wanita ini? Sejak kapan mereka saling kenal?

"Saya tidak tau," Fais berdiri.
"Maaf, saya pergi duluan. Permisi." beranjak meninggalkan wanita yang asing baginya.

Rayna menatap Fais pergi meninggalkan dirinya sendirian. Ia kira Fais sudah lebih hangat padanya, ternyata justru sebaliknya.

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang