17. Istirahard

43 5 9
                                    

Terdiam di depan jendela. Pandangannya fokus pada satu titik. Rasa bersalahnya kembali muncul. Terlebih dendamnya yang dirasa harus terbalaskan.

Sebuah tangan hangat menyentuh bahu Fais, "Dia kuat. Mereka juga gak sekejam menyiksamu kala itu."

"Tetap saja, saya dendam pada mereka. Siapapun yang berani mengganggu apapun yang menjadi bagian dari hidup saya, akan saya hancurkan!" ucap Fais penuh penekanan.

Letda Syafwan mengelus bahu Fais. "Jangan memaksakan diri. Danton kamu gak akan mengizinkan hal itu. Dia sangat menjagamu karena kamu harta Jaya Yudha."

"Maksudnya harta Jaya Yudha?" Fais menoleh ke Letda Syafwan.

Letda Syafwan membuka ponselnya. Menunjukkan sesuatu pada Fais, "Kamu dinobatkan menjadi Komandan Regu Terbaik dalam penilaian tahunan."

Tidak ada ekspresi apapun dari wajah Fais. "Hanya penganugerahan biasa." ucapnya.

Letda Syafwan menghela napas lalu tersenyum, "Terserah kamu. Jangan lupa istirahat dan minum obat. Sana kembali ke kamarmu!"

"Nanti saja. Saya masih mau di sini."

"Sudah sepuluh menit kamu cuma diam berdiri di sini liatin Aldo di dalam sana. Masuk sana ke dalam!" ujar Letda Syafwan.

"Di sini saja. Aldo butuh istirahat." tolak Fais.

TAK!
Satu sentilan di belakang kepala Fais. "Kamu juga butuh istirahat!" tegur Danton.

Letda Syafwan menahan tawanya. "Marahin tuh anggota Lu." ucapnya pada sang rekan yang baru datang.

"Bagaimana keadaan Aldo, Ndan?" tanya Fais.

"Jangan kebiasaan, Fais! Kamu selalu mikirin keadaan orang lain, pikirin kondisimu dulu!" Danton sedikit geram kepada anggotanya yang satu ini. "Istirahat sana!"

"Saya masih ingin melihat Aldo." bantah Fais.

Danton menghela napas. "Sertu Fais, kamu disfungsi dua bulan."

Sontak, Fais langsung menoleh ke Danton. Matanya melebar, keningnya berkerut, mulutnya sedikit terbuka. Tak percaya dengan apa yang dikatakan Danton barusan. "D-disfungsi? Kenapa?"

"Kamu masih tanya kenapa? Pikirkan kesehatanmu sendiri! Sementara kamu menjalani pemulihan, kepemimpinan Bravo akan dipegang Serda Dana. Tidak ada bantahan!" tegas Danton, matanya menatap tajam ke Fais.

"Tapi, Ndan ...."

"Ini perintah!" dua kata yang selalu berhasil membuat prajurit diam seribu bahasa, termasuk Fais. Ia tidak bisa lagi membantah atau memberikan alasan apapun.

Danton beranjak masuk ke kamar rawat Aldo. Meninggalkan Fais yang masih diam mematung. Rasanya sangat hancur. Diremasnya tiang infus yang sedari tadi digenggamnya.

Letda Syafwan menepuk bahu Fais. "Ini yang terbaik untukmu saat ini. Jalani pemulihan dengan baik dan kembali bergabung dalam keadaan sehat."

"Komandan Regu Terbaik tidak lebih dari sebuah hinaan." umpat Fais.

"Hinaan? Maksudnya bagaimana?"

"Saya dinobatkan menjadi Komandan Regu Terbaik di Jaya Yudha? Sedangkan saya didisfungsi oleh danton sendiri. Apa itu bukan sebuah hinaan? Tidak ada kata Terbaik untuk orang yang digeser secara tiba-tiba." jelas Fais.

"Terserah kamu, tapi saya setuju dengan dantonmu. Istirahat, Sersan!" ucap Letda Syafwan.

Fais beranjak pergi ke taman rumah sakit. Duduk di kursi taman, melihat orang berlalu lalang. Mengambil batu kecil di dekat kakinya.

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang