19. Kena Mental

37 5 14
                                    

"FAIIISSS!!! FAIS, FAIS, FAIS! BANGUUNN!!!"

Guncangan hebat pada tubuhnya berhasil membuat Fais tersadar dari lelapnya yang sangat nyaman di hari Minggu dengan langit mendung ini.

"Apaan sih, Dan? Ngantuk, ah! Sana, sana!" Fais menutup wajahnya dengan bantal.

"Ini penting, Danru!" seru Dana.

Fais langsung menyingkirkan bantal dari wajahnya. Matanya terbuka sempurna, kesadarannya langsung penuh seketika. "Ada apa?" menatap Dana dengan intens.

Dana menunjukkan layar ponsel ke hadapan Fais.

"Ada apa?" Fais belum mengerti maksud Dana.

"Liat dong, siapa yang nge-follow?" tanya Dana.

"Hah? Lu bangunin gua cuma buat pamer followers Lu nambah? Kampret!" Fais menggerutu.

"Hehehee ... tapi liat dulu dong siapa yang nge-follow?" Dana menyeringai.

Mata Fais yang sudah terlanjur malas terpaksa tetap membaca notifikasi di ponsel rekannya. "Raynajwa. Itu instagramnya Rayna?"

"Kayaknya sih iya." Dana mengangguk.

"Kok bisa follow Elu?" tanya Fais.

"Dih, oneng! Gak baca nih orang. Itu akun Lu, Fais!" seru Dana hampir menoyor kepala Fais.

"HAH?!" Fais langsung mengambil ponsel Dana. Memeriksa notifikasinya. Benar, itu akun instagram Rayna dan kini menjadi pengikut akun instagram Fais. "Kok akun gua ada di hp Lu?"

"Kan Lu pernah log-in di hp gua, Pak! Efek bangun tidur gini nih, pikun!" seloroh Dana.

"Oiya, lupa." Fais sibuk melihat highlight akun instagram Rayna.

Dana menertawakan tingkah Fais. Selama ia mengenal Fais, baru kali ini Fais tertarik pada seorang wanita sampai mengincar akun instagramnya. "Gua seneng, akhirnya Lu udah mulai suka sama cewek." ucapnya.

Fais menoleh, mengerutkan dahi. "Emang selama ini Lu kira gua suka sama cowok?!" sewot.

"Hahahaaa gak gitu, Pak! Selama ini Lu nutup diri terus. Jangan kaku-kaku amat lah." ucap Dana.

Fais meletakkan ponsel Dana di kasur. Tersenyum dan mengangguk. "Mungkin karena gua udah mulai ikhlas sama semuanya. Gua gak mau terlalu nutup diri cuma karena seseorang yang udah gak ada."

"Hah? Siapa? Kok Lu gak pernah cerita ke gua?" Dana duduk di tepi kasur Fais.

Suasana berubah jadi haru. "Adik gua." terdengar lirih dan menyedihkan.

"Adek Lu? Lu punya adek? Setau gua, Lu anak tunggal, Is." Dana mulai penasaran.

Menghela napas panjang, Fais siap menceritakan bagian dari sejarah hidupnya pada orang yang dipercayainya. "Tahun dua ribu, adik gua lahir. Jenis kelaminnya perempuan. Namanya Aurelia Kartika, gua panggil dia Aurel. Adik yang gua tunggu-tunggu kehadirannya, gua selalu membayangkan betapa serunya punya adik, gua bisa ajak dia main keliling kampung, bisa antar jemput dia sekolah, punya teman di rumah, bisa saling cerita. Pokoknya gua sangat amat bersyukur pas tau ibu gua mengandung lagi."

Dana mendengarkannya dengan seksama.

"Gua selalu nanya ke Ibu, kapan Adik lahir? Kapan gua bisa ketemu Adik? Di mana nanti Adik tidur? Gua boleh gak tidur sama Adik? Dan banyak lagi. Begitu waktunya persalinan, ternyata adik gua ... gak nangis."

"Astagfirullah! Terus gimana?" Dana larut dalam antusiasme.

Fais mengusap matanya. Air mata sudah menumpuk di pelupuk. "Adik gua meninggal."

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang