21. Tekad dan Nekat

34 5 8
                                    

"Sersan Fais! Saya bilang tidak ya TIDAK!" mata Danton seakan menyala menatap Fais di hadapannya yang sudah siap dengan senjata dan ranselnya.

"Saya gak akan membiarkan regu saya kekurangan orang, Danton!" bantah Fais.

"Kamu bisa memanggil kembali Sersan Pandega dan Prada Cakra. Ingat, kamu masih masa disfungsi!" tegas Danton.

"Izin mendahului, Danton! Saya janji akan kembali. Jaya Yudha!" Fais meninggalkan komandan pletonnya di tengah hujan deras.

"SERSAN FAIS!"
"Dasar keras kepala!"

Hujan deras disertai angin dan sesekali terdengar gemuruh di langit membuat suasana kian mencekam. Langkah lebar Fais menghampiri ketujuh rekannya yang tidak mengetahui rencananya.

"Danru Fais?" Kurnia mengernyitkan keningnya saat melihat Fais datang dengan seragam tempur.

Sontak, semua anggota Bravo yang sedang mendengarkan arahan Dana langsung beralih fokus ke Fais yang baru datang.

"Danru? Jangan nekat, Ndan!" Anto mulai curiga dengan isi kepala Fais.

"Danru kan masih masa disfungsi. Kenapa bawa senjata?" tanya Dana.

"Saya akan menepati ucapan saya padamu, Sersan Dana." jawab Fais.

"Ucapan? Yang mana?" tidak satu pun ucapan Fais yang terbesit di otak Dana saat ini.

"Saya kembali aktif di Bravo."

Semua mata langsung melebar. Antara senang dan tidak percaya.

"Jangan nekat, Danru! Danru masih butuh istirahat. Kami gak mau ada hal yang lebih buruk menimpa Danru." Dana berusaha mencegah.

Tangan Fais langsung menarik pita merah di bahu Dana dan membiarkannya jatuh di aspal yang becek. "Saya yang memimpin operasi kita malam ini."

-0-

Dua pasang kaki terus berpacu. Kecepatan mereka bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.

"Kami ingin bertemu Letda Syafwan!" di sela deru napasnya, Ega menyampaikan tujuannya datang ke Kipan B.

"Siapa kalian? Ada urusan apa?" tanya provos.

"Kami dari Kompi Senapan A dan perlu bertemu Letda Syafwan segera." jawab Ega.

"Kalian ada perlu dengan saya? Ada apa?" Letda Syafwan tiba-tiba datang dari belakang Ega dan Cakra.

"Izin, Letnan! Kami butuh bantuan Letnan segera." pinta Ega.

"Bantuan apa? Sebentar ... bukannya kalian dari Regu Bravo Kipan A?" terka Letda Syafwan yang sedikit mengenal anggota Bravo.

"Ya, kami dari Bravo. Kami ingin meminta bantuan Letnan untuk membujuk danton kami, Letda Fatala untuk menarik Danru Fais dari misinya hari ini." ucap Ega.

"Hah? Fais menjalani misi? Kenapa bisa?" cukup terkejut mendengarnya, padahal kondisi Fais belum sepenuhnya pulih.

"Semalam Danru Fais memaksa ikut operasi penanggulangan teror dan siang ini Danru Fais kembali memaksa untuk ikut operasi pembebasan sandera. Kami butuh bantuan Letnan." ungkap Ega.

Tanpa bicara apapun, Letda Syafwan langsung lari ke Kompi Senapan A. Ia segera menemui rekannya yang menjadi komandan pleton Fais, Letda Fatala.

"FATA!" suara Letda Syafwan membuat belasan prajurit yang tengah sibuk dengan kendaraan tempur beralih fokus padanya.

"Kenapa teriak-teriak gitu? Ada apa sih?" tanya Danton yang juga ikut menoleh karena suara rekannya cukup mengganggu.

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang