25. Komandan (?)

24 4 6
                                    

Komandan bukan hanya jabatan, melainkan ada amanah yang diemban dari ujung kaki sampai ujung kepala
---------

"BANG FAIS! BANGUN, BANG! BANG FAIS, SADAR!"

Lengkingan suara Petra membuat Fais bangun dari lelapnya. Keningnya basah, jantungnya berdegup kencang, napasnya sedikit sesak, ia tak paham kenapa dirinya seperti ini.

"Abang mimpi buruk ya?" tanya Petra.

"Mimpi? Saya mimpi apa?" Fais bingung dengan pertanyaan Petra.

"Ya gak tau. Tadi Abang gak bisa diem di kasur, guling sana, guling sini, tendang lemari, pokoknya kayak orang lagi berantem deh. Abang mimpi apa sih?" Petra menjelaskan apa yang dilihatnya beberapa saat lalu.

Fais diam, sibuk mengatur napas dan berusaha mengingat tentang apa yang dimimpikannya. Nihil, ia tidak ingat barusan bermimpi apa.

"Yaudah, Abang tenangin diri aja dulu. Saya mau ke gereja sama Bang Isa. Oiya, udah jam setengah enam lewat, Abang sholat gak?" pamit Petra.

Fais hanya mengangguk. Setelah dirinya sedikit tenang, ia langsung mengambil wudhu untuk menunaikan sholat Subuh.

Masih duduk di atas sajadah untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya ia sadar kalau harus bersiap karena pagi ini ia diminta menghadap Danton.

"Fais." panggil Dana.

"Kenapa?" Fais menoleh.

Dana melihat lemari yang tepat berada di sampingnya. "Kata Petra, Lu abis nendang lemari. Kenapa?"

"Petra bilang, tadi saya nendang lemari." Fais hanya mengulang perkataan Dana.

"Ya iya kenapa?" Dana geram.

"Gak tau. Saya gak ingat." jawab Fais.

Fais langsung beranjak pergi seraya membawa perlengkapan mandinya.

Selepas apel pagi, Fais langsung menghadap Danton. "Ijin menghadap, Danton!"

"Ya, Sersan Fais. Saya mau bicara sebentar denganmu. Sambil jalan saja ya?" balas Danton.

"Siap."

Menyusuri jalan batalyon dengan langkah santai. Kaki mereka beriringan menjejaki tiap jengkal aspal.

"Sudah dua bulan, bagaimana keadaanmu? Ada kesulitan?" Danton membuka obrolan.

"Sejauh ini semuanya aman, Ndan. Kondisi saya juga sudah pulih. Untuk ingatan, saya rasa sudah banyak yang bisa saya ingat kembali." jawab Fais.

"Syukurlah, saya senang mendengarnya. Saya dapat laporan dari Kapten Aji dan Kapten Rifki bahwa kondisimu memang sudah jauh lebih baik, ini sesuai dengan apa yang saya katakan. Kamu disfungsi dua bulan dan benar saja terjadi. Tapi saya gak mengharapkan keadaannya akan seperti ini." ucap Danton.

"Iya, Sersan Dana juga sempat bilang demikian. Saya sudah dengar banyak cerita dari dia dan saya juga ingat tentang penugasan terakhir yang membuat kondisi saya seperti ini." tutur Fais.

"Apa yang kamu ingat tentang penugasan terakhir?" tanya Danton.

Fais diam sejenak, kepalanya seakan bergidik sampai ke tengkuk. "Saya dipukul menggunakan senjata dari belakang oleh orang tidak dikenal. Saat itu saya tengah membantu Prada Anto untuk mengambil ransum di tasnya. Saya sempat melihat ke belakang, tapi saya belum ingat wajah pelakunya seperti apa. Prada Anto juga gak lihat wajah pelakunya karena dia fokus membantu saya berdiri dan pelakunya terlanjur melarikan diri." jelasnya.

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang