8. Om Danyon

32 5 4
                                    

Menghentikan motornya di depan ruang komandan batalyon. Mengangkat tiga box berukuran sedang dan berjalan menuju ruangan. Tiga kali ketukan berhasil membuat seorang tentara dengan tali kur di bahu kanan membuka pintu.

"Saya mau antar kue." ucap Rayna Najwa Khalisa.

"Oh iya. Terima kasih," menerima tiga box berisi beragam jenis kue.
"Silakan masuk, tadi Komandan berpesan agar Mbak Rayna duduk dulu karena ada yang ingin dibicarakan."

"Oh baik." Rayna melangkah masuk ke ruangan yang sepi dan dingin. Duduk di sofa tamu, matanya melihat-lihat segala pajangan di ruangan itu.

"Kenapa lihat-lihat? Sudah lama ya gak ke sini?" tegur Mayor Setya duduk di hadapan Rayna.

"Iya, Om, hehehe.." Rayna terkekeh sungkan.

"Sering-seringlah main ke sini. Ini kan rumahmu juga dulu. Sudah nyaman di tempat baru ya?" tanya Mayor Setya.

"Gak gitu, Om. Kan sekarang Rayna sudah kerja, jadi agak susah untuk sering-sering main." jawab Rayna.

Mayor Setya mengangguk. "Kue bikinanmu ini enak, anak saya suka banget. Sering-sering ya kasih tahu Om kamu habis bikin kue apa, nanti Om mau pesan untuk keluarga Om sekalian untuk di sini juga." ucap Mayor Setya seraya membuka toples kecil berisi kue kering yang baru saja diantarkan Rayna.

"Alhamdulillah kalau Om suka. Nanti Rayna sering-sering infoin deh. Nanti Rayna antar ke rumah Om, supaya bisa main sekalian. Boleh kan, Om?" senyum lebar terukir indah.

"Boleh dong! Main-main ke rumah, jangan sungkan," sambut Mayor Setya.
"Jadi sudah ada calonnya belum nih? Apa masih jomblo?" Mayor Setya mengganti topik pembicaraan.

Rayna sedikit terkejut dengan pertanyaan Mayor Setya karena memang dirinya belum ada pendekatan dengan siapa pun. "Gak ada, Om. Masih jomblo."

"Aduh, gimana sih? Anak Pamen masa jomblo. Carilah, Ray. Apa mau Om yang cariin? Om seleksi prajurit di sini untuk jadi pasangan kamu." ujar Mayor Setya.

"Ih, apa sih, Om? Gak usah. Nanti juga datang sendiri. Lagi pula Rayna masih mau sendiri, Abang aja belum nikah." sangkal Rayna.

"Hahahaa iya, iya. Abangmu juga sama aja, masa gak nemu-nemu jodohnya sih dia? Sibuk berkarir atau sibuk yang lain?" seloroh Mayor Setya.

"Sibuk bangunin gedung, Om." celetukan Rayna membuat tawa Mayor Setya tambah kencang.

"Dia pusing mungkin karena arsiteknya kelewat kreatif bikin desainnya." ucap Mayor Setya di sela tawanya.

Rayna Najwa Khalisa, anak dari mantan komandan batalyon yang kini bertugas di Mabes TNI. Ayahnya terkenal akan ketegasan dan keramahannya kepada para bawahan. Namun, beliau bukan pribadi yang cepat dalam mengambil keputusan karena beliau sangat selektif dan pemikir jangka panjang.

TOK! TOK! TOK!

"Masuk!" ucap Mayor Setya. Suara ketukan pintu menghentikan obrolan seru antara Mayor Setya dan Rayna.

Pintu terbuka. "Izin, menghadap!" seorang prajurit masuk dan langsung menghadap Mayor Setya yang masih mengunyah kue.

"Izin melaporkan perihal kondisi terkini Sersan Satu Infanteri Fais Sudarat berdasarkan data dan laporan yang diberikan oleh Dokter Joseph dan Dokter Aji Rafkanta." ucap prajurit tersebut.

Mayor Setya berdiri kemudian mengajak prajurit tersebut menuju pojok ruangan. Mereka terlibat perbincangan serius. Wajah Mayor Setya berubah seketika, dari yang sangat ceria menjadi sangat serius mendengarkan laporan dari salah seorang stafnya. Cukup lama mereka berada di pojok ruangan.

"Terus laporkan perkembangannya. Semua hal yang berpotensi menyelamatkan nyawanya, saya setujui." Mayor Setya mengakhiri percakapan.

"Siap, Komandan! Izin kembali." memberi hormat lalu melangkah meninggalkan ruangan.

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang