1. Mereka

65 11 4
                                    

Semua sudah terencana, waktunya eksekusi!

"Jangan terlalu boros, kita jauh dari gudang!" titah komandan.

"Siap, Danru! Saya sudah mengatur sedemikian rupa agar amunisi yang dibawa cukup sampai akhir penugasan." balas prajurit yang sudah berselimut ilalang kering.

"Izin, Danru. Kita harus bicara berdua." seorang prajurit menghampiri komandan regunya yang tengah sibuk mengecek kelengkapan pasukan.

Pembicaraan rahasia antara komandan dan wakilnya mengundang tanda tanya dan rasa penasaran anggota lain. Sembilan anggota lainnya saling memberi kode seakan mempertanyakan dan menebak apa yang sedang dibicarakan oleh kedua atasan mereka. Sampai komandan regu kembali ke pasukan, mereka masih penasaran, tapi tidak berani untuk bertanya.

"Danru! Tunggu, Danru!" Wadanru mengejar di belakangnya.

Danru berbalik badan, "Apa? Kamu tau kan siapa saya? Kenapa harus panik gitu? Kamu takut?"

Wadanru menelan salivanya, "Tidak, Danru. Saya hanya memperingatkan dan juga ...."

"Kamu takut! Tenang saja, kita bisa." pungkas Danru.

Kesebelas prajurit Indonesia yang telah dididik sedemikian rupa akan segera dikirim untuk misi kenegaraan. Hal membanggakan yang patut disyukuri, bukan diiming-imingi uang ataupun kenaikan pangkat dan jabatan, melainkan jika mereka berhasil maka ibu kota akan damai sentosa.

"Tenang, komandan kita kan Sersan Satu Fais Sudarat." seorang prajurit merangkul Wadanru.
"Dia punya banyak taktik mematikan." bisiknya.

Sertu (inf) Fais Sudarat terkenal dengan otak cerdiknya dan tidak pernah mengenal rasa belas kasih pada siapa pun yang telah berani mengusik suatu bagian dari kehidupannya. Seorang prajurit yang disegani bukan hanya karena keberanian dan cara kerjanya, tapi juga karena seorang pendengar yang baik dan ramah walau terkesan cuek.

Hutan tropis yang sudah pasti dihiasi dengan pepohonan tinggi nan rindang, gemericik air yang mengalir di sungai, dan sinar matahari yang menyelinap masuk lewat celah dedaunan. Namun, keindahan hutan tropis ini tidak bisa dinikmati oleh kesebelas prajurit TNI. Misi harus dilaksanakan dan diselesaikan sesegera mungkin.

"Ingat, kita hanya diberikan waktu selama dua jam!" Danru mengingatkan pasukannya.

"Ada pergerakan." salah seorang prajurit menoleh ke arah barat.

"Westa amankan belakang! Elang awasi dari atas! Ale kamu di belakang saya!" perintah Danru.

"Siap!" semua prajurit langsung menempatkan diri di posisinya masing-masing.

DOR!
Satu tembakan diluncurkan oleh Westa. Elang terus memantau dari atas pohon dan memberikan informasi kepada prajurit lainnya lewat alat komunikasi yang mereka semua kenakan.

Semakin dalam mereka menelusuri hutan, semakin mencekam pula suasananya. Ini belum ada setengah jalan menuju titik target, tapi mereka sudah berhasil masuk ke dalam kandang musuh. Lagi dan lagi rencana terorisme tercium oleh intelijen negara. Mereka mengincar Jakarta, ibu kota Indonesia. Sebagai pasukan pengaman ibu kota, Regu Bravo dari Yonif 201/Jaya Yudha ditugaskan untuk menggagalkan rencana terorisme tersebut.

Berbekal informasi dari intelijen TNI yang sudah terjun lebih dahulu, Bravo dipercaya untuk melaksanakan misi penggagalan ini. Terdiri dari 11 orang dengan 3 prajurit bintara dan 8 prajurit tamtama di dalamnya. Dipimpin oleh seorang sersan satu yang baru mendapat kenaikan pangkat tahun lalu. Misi ini juga melibatkan prajurit muda yang baru bergabung dengan Bravo. Di antaranya ada Prada Cakra, Prada Erik, dan Prada Aldo yang baru dilantik menjadi TNI 7 bulan lalu dan ini merupakan misi pertama mereka.

Darat Masih JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang