Setelah selesai melahap seblak hingga mangkuknya nyaris bersih, Fahri tiba-tiba mengajak semua orang ke sebuah gedung kosong bekas kebakaran di sudut Bandung Timur. Gedung itu adalah tempat yang sering Fahri kunjungi dulu, ketika beban pikirannya terasa berat. Namun, sejak ia diadopsi oleh keluarga baru, tempat itu sudah jarang disinggahi.
Dengan semangat seperti anak kecil, mereka berlari bersama menuju gedung tersebut. Canda tawa terdengar memenuhi perjalanan, menyatu dengan suara langkah kaki yang berlomba di trotoar. Tidak ada tangisan kesedihan, keluhan soal dibanding-bandingkan, atau keluh kesah menyakitkan dari mulut Fahri. Yang ada hanya tawa lepas, seperti semua masalah telah lenyap ditelan angin Bandung yang sejuk.
"Yah, gua senang lu bahagia sekarang, Ri," batin Putra sambil melirik Fahri yang tertawa keras karena Santo hampir tersandung batu.
Melihat Fahri yang ceria lagi membuat hati sahabat-sahabatnya terasa lebih ringan. Meski beberapa minggu lalu Fahri harus menghadapi pengkhianatan dari seseorang yang ia percayai, cinta dan dukungan dari kedua orang tuanya berhasil membuat Fahri bangkit kembali. Kini, ia berdiri sebagai pribadi yang lebih kuat.
"Lu makin bahagia aja sekarang, Ri," ucap Ridho sambil menepuk pundaknya.
"Kesedihan udah lewat, Dho. Sekarang gua lagi bahagia-bahagianya," balas Fahri dengan senyum lebar.
"Pertahankan, Ri. Doa-doa lu akhirnya dikabulin," timpal Danel. "Buah dari kesabaran emang gak pernah mengecewakan."
"Iya, gua ngerasain sekarang gimana hangatnya pelukan ibu, dimanja penuh kasih sama ayah. Hal kecil yang dulu cuma mimpi buat gua," kata Fahri dengan mata berbinar. "Gua bahagia banget, Nel!" pekiknya.
"Syukurlah," sahut Danel dengan lega.
"Ri, traktir makan lagi, dong," rengek Wiwit sambil menatap penuh harap.
"Rugi bandar traktir lu, Wit! Mending traktir anak yatim piatu biar pahalanya nyata," balas Fahri santai.
"Minggu depan kita bikin kegiatan amal aja," usul Ridho tiba-tiba.
"Dho, lu gak kesambet, kan?" Fahri meliriknya curiga.
"Kagak lah! Bokap gua baru transfer duit lebih. Daripada buat top up diamond, mending buat yang lebih bermanfaat, kan?" Ridho menjawab sambil mengangkat alis.
"Kumpul di rumah siapa? Kalau soal amal begini, pasti papi gua izinin," timpal Ali polos.
"Kalau mau, panti asuhan keluarga gua aja. Tapi kayaknya lebih baik kita cari panti yang gak terurus," saran Putra.
"Setuju! Minggu ini kita keliling cari panti yang butuh bantuan, minggu depannya kita kasih donasi," ujar Fahri penuh semangat.
"Lu maksud minggu lusa, kan? Bahasa lu berantakan bener," koreksi Santo sambil geleng-geleng kepala.
Sambil mengobrol, mereka tiba di gedung kosong itu. Fahri yang pertama kali melompat ke lantai dua sambil bergelantungan seperti monyet.
"Oi, Ri! Jangan nekat! Kalau lu jatuh, gua yang kena semprot bokap lu!" teriak Danel, wajahnya sudah tegang. "Turun! Masa depan cerah menanti, oi!"
Fahri turun dengan santai sambil tersenyum tanpa dosa. Teman-temannya, yang sempat menahan napas, langsung lega campur geregetan.
![](https://img.wattpad.com/cover/304278172-288-k920712.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fahri (END)
Teen FictionMahendra Sabil Al Fahri, seorang cowok yang selalu terlihat ceria dan penuh canda tawa di depan semua orang. Namun, di balik senyumnya yang menawan, ia menyimpan luka mendalam akibat perlakuan tak adil dari kedua orangtuanya. Topeng keceriaan yang i...