30

649 46 46
                                    

Selesai memakan seblak Fahri mengajak ke sebuah gedung kosong bekas kebakaran di sudut kota Bandung Timur, Fahri sering menghabiskan waktu disana, apabila beban pikiran di pundaknya terasa berat namun sejak diadopsi jarang kesana.

Dengan berlari bersama-sama canda tawa terdengar lepas mengiringi perjalanan mereka, tidak ada tangisan kesedihan, keluhan soal dibandingkan, dan segala hal menyakitkan terlontar dari mulut Fahri hanya ada tawa lepas saja.

"Yah gua senang lu bahagia sekarang, ri," Batin Putra melirik kearah Fahri.

Sahabat Fahri senang tidak ada air mata kesedihan terlihat dari mata Fahri, walaupun beberapa minggu lalu dikhianati tapi kedua orangtuanya bisa membangkitkan Fahri kembali menjadi pribadi lebih kuat lagi.

"Lu makin bahagia aja ya ri," ucap Ridho.

"Kesedihan sudah berlalu dho, saat ini gua bahagia," ucap Fahri tersenyum.

"Pertahankan senyuman bahagiamu, ri," Danel menepuk pundak Fahri. "Doa yang selalu dipanjatkan sama lu terkabul saat ini, buah dari kesabaran tidak akan mengecewakan ri," ucap Danel.

"Ya benar, gua merasakan pelukan seorang ibu, dimanja penuh kasih seorang ayah, hal kecil yang sejak kecil diinginkan oleh gua," Fahri tersenyum mengingat perlakuan sederhana Angelo dan Angelina kepada dia. "Gua senang banget nel!" pekik Fahri.

"Syukurlah," senang Danel.

"Ri, besok traktir makan dong," mohon Wiwit.

"Rugi bandar traktir lu, nah lebih baik traktir anak yatim piatu baru bagus," ucap Fahri.

"Minggu besok, lakukan kegiatan amal saja," usul Ridho.

"Dho, lu kagak kesurupan, kan?" tanya Fahri.

"Kagak lha!" Ridho menatap tajam Fahri yang malah cengengesan tidak jelas, "bokap kasih duit lebih nih, daripada buat top up diamond, gua pikir nambah pahala lebih bagus," ucap Ridho.

"Kumpul di rumah siapa? masalah begini pasti papi kasih izin," ucap Ali.

"Panti asuhan punya gua? atau yang lain nih? tidak masalah panti lain lagipula panti keluarga gua udah banyak yang nyumbang, saran gua cari panti tidak terurus aja," ucap Putra.

"Kita keliling weekend nanti, dan minggu depan satu lagi baru kasih sumbangan sama panti tidak terurus kesepakatan kita semua," ucap Fahri.

"Minggu lusa dong, bahasa lu kacau bener deh ri," ucap Santo.

"Udah nyampe oi!" pekik Ridho.

Asyik mengobrol tanpa sadar sampai tujuan gedung kosong, Fahri mengambil ancang-ancang dan melompat menuju ke lantai dua sambil bergelantungan.

"Oi ri, jangan nekat nanti gua kena semprot bokap lu!" Danel memperingati Fahri yang bergelantungan seperti monyet. "Turun masa depan cerah menanti!" pekik Danel.

Fahri turun membuat semua sahabat spot jantung akan ulah Fahri, pelakunya malah tersenyum tanpa dosa sama sekali.

"Sini lu, jangan macam-macam segala parkour begituan, patah kaki tahu rasa lu bentar lagi ujian, malah nyari penyakit," Danel menarik tangan kanan Fahri agar mengikuti langkah kakinya. "Lu semua jatuh atau sebagainya kena damprat duluan gua!" kesal Danel.

"Danel paling dewasa diantara kita semua, jadi wajar papi dan mami percaya aku akan bersamamu," ucap Ali polos.

"Ngobrol mulu keburu Magrib!" pekik Putra.

Mereka naik satu-persatu tangga kotor menuju gedung kosong diatap pemandangan sangat bagus sekali, Fahri menghirup udara dengan rakus dan menjatuhkan tubuhnya ke belakang setelah itu.

Fahri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang